Meski telepon pintar (smartphone) sudah mendominasi di Indonesia, tetap saja saya beserta keluarga mempertahankan telepon rumah (landline, fixed-line). Selain untuk kepentingan nostalgia, kadang telepon rumah ini biayanya lebih hemat jika kita harus mengadakan hubungan telepon ke kantor-kantor atau instansi.Â
Bahkan di tengah maraknya penipuan berbasis aplikasi yang menyerang pengguna smartphone, kami tadinya yakin bahwa telepon rumah memiliki risiko lebih kecil untuk terkena modus penipuan lewat telepon atau phone scam. Ternyata, dari pengalaman kami tetap mempertahankan telepon rumah, ada saja modus-modus penipuan yang ingin dilakukan oleh para pelaku. Menjelang hari raya Idul Fitri, intensitas upaya penipuan itu justru lebih sering. Biasanya, calon penipu beranggapan orang yang masih memiliki telepon rumah adalah pensiunan atau orang-orang berusia lanjut yang sudah tinggal hanya berdua atau sendirian tanpa pendamping, sehingga lebih mudah menjadi sasaran empuk tipu daya mereka. Makanya, berikut tiga modus phone scam yang paling umum dan sering kami alami di rumah.
1. Penelepon mengaku sebagai perwakilan Taspen, BUMN yang bergerak di bidang asuransi hari tua atau dana pensiun bagi aparatur sipil negara (ASN) dan Pejabat Negara. Mereka umumnya mengatakan bahwa kita mendapatkan dana undian, kenaikan pensiun, atau kelebihan dana pensiun yang akan dibagikan lewat transfer kepada semua pensiunan, termasuk kita.Â
Jika kita memercayai berita itu, mereka kemudian mengatakan ada pajak untuk dana transfer itu dan kita diminta ke ATM untuk mentransfer "pajak" itu ke rekening pelaku, yang tentu saja rekening atas nama pribadi, bukan atas nama PT Taspen. Untuk memastikan kebenaran segala informasi dari Taspen, kita tinggal menelepon call center Taspen di 1 500 919. Modus ini juga terjadi pada pengguna smartphone yang akan diminta mengunduh aplikasi palsu yang bisa membobol data pribadi dan layanan m-banking kita.
2. Penelepon mengaku dari Telkom untuk mengabarkan bahwa kita memiliki tagihan tertunggak yang jika tidak segera dibayar maka layanan telepon kita akan dihentikan. Lagi-lagi, jika kita percaya saja dengan si penipu, kita akan diarahkan untuk membayar tagihan yang katanya tertunggak itu ke nomor rekening penipu, bukan nomor rekening perusahaan. Bisa juga si pelaku mengatakan kita memenangi undian sebagai pelanggan setia Telkom, tapi ada pajak yang harus disetorkan terlebih dulu ke, tentu saja, rekening si penipu.
Jika mendapat kabar ini, tutup telepon dan hubungi call center Telkom di 188 untuk mendapatkan kepastian tentang kabar apa saja dari Telkom.   Â
3. Pelaku mengaku sebagai dokter yang mengabari anak atau kerabat kita "katanya" sedang mengalami kecelakaan dan perlu mendapatkan pertolongan bedah darurat. Hanya saja, sebelum tindakan medis itu dilakukan, kita perlu mentransfer dana bernominal tertentu.Â
Apabila ini terjadi, tutup telepon dan hubungi anggota keluarga kita yang dimaksud guna memastikan keberadaannya. Juga, jangan menggubris permintaan transfer dana apa pun karena setiap rumah sakit pasti meminta pembayaran dana lewat rekening resmi rumah sakit, bukan rekening pribadi.
Semoga informasi ini berguna. Tentu masih banyak modus phone scam lainnya, tapi tiga di atas-lah yang kebetulan paling sering kami alami di rumah dan, syukur alhamdulillah, hanya kami anggap angin lalu sehingga kami bisa terhindar dari kerugian akibat penipuan. Doa selamat dan sukses selalu untuk kita semua.
Â