Mohon tunggu...
Suyadi Tjhin
Suyadi Tjhin Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa

Who Moved My Cheese?

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mencari Allah Melalui Metafisika (Avicenna dan Scotus)

2 Desember 2018   07:42 Diperbarui: 2 Desember 2018   09:49 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.theblackvault.com

    

Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih (Rom. 1: 20).
Pada umumnya filsuf-filsuf tidak menyangkal Allah, namun di dalam metafisika terdapat perbedaan pendapat tentang Allah. Aristoteles walaupun tidak secara ekpslisit menyebut istilah Allah, namun di dalam pernyataannya kita bisa menemukan istilah "a first mover" atau penggerak utama, atau "cause its own motion" atau penyebab dari pergerakan itu sendiri.

Perbedaan dalam metafisika berkenaan dengan Allah ialah Allah bukanlah objek metafisika, Allah ialah subjek.  Filsuf yang menganut Allah itu transcendent sehingga tidak bisa dijangkau maka Allah tidak mungkin dapat dijelaskan dalam metafisika secara logika dan Allah adalah subjek untuk itu tidak bisa dijadikan objek. Pendapat ini lebih cenderung dari non Christian Aristotalians seperti Avicenna yang mengatakan, "God is not the subject of metaphysics, because no science proves [the existence of] its own subject." Avicenna yang menganut Allah transcendent menyatakan bahwa Allah tidak dapat dijelaskan secara metafisika atau logika.

            Sebaliknya para filsuf Aristotalians yang lain terutama yang memiliki pandangan bahwa Allah bukan hanya transcendent tetapi juga immanent, mereka berkeyakinan bahwa Allah itu bisa dijelaskan dengan logika walaupun harus bergumul bagaimana supaya Allah dapat dikenal sebagaimana mestinya atau sesuai dengan penyataan-Nya, seperti Duns Scotus: "O Lord our God, when Moses thy servant asked Thee, the most true teacher, about Thy Name, so that he might tell it to the children of Israel, Thou, knowing what the intellect of mortals could concive of Thee, didst answer: I AM WHO I AM, thus disclosing thy Blessed Name.  Thou are True Being.  Thou are total Being.  This, if it be posibble for me, I should like to know.  Help me, O Lord, in my inquiry as to how much knowledge our natural reason can attain concerning the true Being, which Thou art, beginning with "being," which Thou hast predicated of Thyself".   Anne Fremantle dalam The Age of Belief menjelaskan, bahwa "God, for Duns Scotus, is demonstrable in physics, which arrives at unmoved mover, and in metaphysics, which arrives at a first being."  Duns Scotus adalah salah seorang yang melihat Allah sebagai penyebab yang utama, penggerak yang tidak digerakkan, dan sebagai  first being.  

         Melalui filsafat, khususnya metafisika dapat menunjukkan bahwa adanya Allah, dan Dia adalah the first being, penggerak utama yang tidak digerakkan.

       

Referensi bacaan:

Copleston, S. J. Frederich.  A History of Philosophy, vol: 2, Medieval Philosophy from Augustine to Duns Scotus. New York: Image Books, 1993.

Clark, Gordon H.  Thales to Dewei.  Dallas, Texas: The Trinity Foundation, 1997.

Fremantle, Anne.  The Age of Belief: The Medieval Philosophers. USA, Boston: Houghton Mifflin and The Riverside, 1954.

Scotus, John Duns.  Duns Scotus on The Will and Morality, edit. William A. Frank. Washington, D.C.: The Catholic University of America, 1997.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun