Mohon tunggu...
Sutriyadi
Sutriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Pengangguran

Sekali hidup hidup sekali

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Nostalgia Bocah-bocah 90-an

25 Oktober 2018   01:39 Diperbarui: 25 Oktober 2018   21:23 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kompasiana.com/rilvion

Masih ingatkah kawan?
Sewaktu bocah dulu, ketika hujan turun sore-sore. Kawan-kawan seusiaku selalu tahu di halaman rumah siapa ia harus berkumpul, becek-becek bermain air. Berseluncur bergantian, seolah-olah berolahraga skating es. Ternyata saat itu kita suci, tidak dikotori nafsu walaupun laki-perempuan menanggalkan pakaian. 

Atau kamu masih ingat? Dengan kawan kita yang dihukum oleh guru, karena ngobrol soal film power rangers yang ditonton bersama-sama saat hari minggu di rumah tetangga.

Jangan-jangan kalian sudah lupa dengan pendekar guli. Sakunya selalu penuh dengan hasil aduan. Atau kamu lebih ingat dengan kawan kita yang selalu curang, mencuri jarak saat mau membidik. Hingga perkelahian tak bisa dihentikan dan tangis pun pecah di tengah-tengah permainan.

Nasibku tak selalu manis, beradu gambar pun aku tak pernah menang. Hingga jadi penonton bahkan tukang pungut milik kawan yang selalu menang.

Apakah permainan perang-perangan masih ada sampai saat ini? Yang seolah-olah kita memegang geranat dan setas bom. Dengan bunyi peluru dan dentuman bom yang  bervariatif sesuai rongga mulut masing-masing, dan pura-pura mati. Hingga perseteruan makin sengit karena ada lawan yang tidak mau mati.

Atau yang masih membekas hingga saat ini permainan sepak bola. Ketika sepasang sandal menjadi tiang gawang dan setiap ukuran gawang menjadi sumber permasalahan. Atau kalian pernah cekcok soal gol dan tidaknya sepakan lawan. Atau kalian masih sadar jika kita pernah menjadi anak gawang. Setiap ada pertandingan sepak bola dewasa kita selalu menunggu bola keluar lapangan bahkan berebut dengan kawan-kawan

Adakah yang masih menyimpan ketapel di belakang pantat, diselipkan dalam celana. membawa peluru dalam kantong hitam. Saat berpetualang di hari minggu memburu burung yang minum di tangkai jambu. 

Mungkin kawan kita masih ada yang dulu menjadi kutu air. Hidupnya selalu di parit. 'Alekgur' hingga dikejar-kejar oleh emaknya dengan sapu lidi. 

Yang perempuan misalnya, maukah kalian sekali-kali mengajak kami lagi (yang laki-laki ini) menjadi partner bermain lompat karet seperti dahulu saat kalian mengenakan rok merah. 

Aku baru sadar bahwa dulu aku pernah menjadi seorang ibu, saat membangun rumahan kecil dari dedaunan. Masak nasi dari tanah,  sayur dari daun kopi. Saling berkirim-kiriman. Dan menyuap bayi yang terbuat dari batang daun pisang. 

Apakah saat ini masih ada kebiasaan bocah-bocah saat pulang ngaji menakut-nakuti ada hantu. Hingga kita dapat perhatian dari si perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun