Selain kecerdasan buatan juga sekarang berkembang teknologi Virtual Reality (VR). Seperti apakah dunia saat teknologi sudah menguasai dunia ?
Film "Luz" besutan kolaborasi Hong Kong dan China memberikan gambaran itu. Film dengan dialog bahasa Mandarin ini masih dapat dinikmati dengan baik pada hari kelima JWC 2025 dengan adanya sub title dalam bahasa Inggris.
Film ini disutradarai oleh Flora Lau, menggabungkan dua tokoh yang tidak pernah saling bertemu secara fisik (dunia nyata), namun dipertemukan melalui teknologi.
T
Tokoh pertama, Wei (Xiaodong Guo), seorang pria yang tinggal di Hong Kong sendirian pada sebuah apartemen. Teeobsesi menemui putrinya yang dibawa kabur oleh mantan istrinya  Akibatnya, Wei menjadi pelanggan tetap aplikasi "Luz" sebuah program chat interaktif, dari Chongqing, dimana putrinya Fa (En Xi Deng) bekerja. Wei jadi panik setelah Fa memblok akunnya. Wei berusaha mencari kenana-mana.
Sementara di lokasi lain di Hong Kong, Ren (Sandrine Pinna, seorang kurator seni harus ke Paris karena mendapat informasi dari Mimi, bahwa ibu tirinya Sabine (Isabelle Huppert) sedang sakit. Ketika Ren bertemu Sabine, kondisinya baik-baik saja. Keduanya bahkan sempat berwisata bersama dan mengunjungi pameran Seni.
Ren sempat memperkenalkan Sabine dengan teknologi VR, dimana pada aplikasi berburu rusa mereka sempat bertemu Wei.
Review
Film ini mengeksplorasi tema hubungan antar manusia dan dampak teknologi terkini pada kehidupan sehari-hari.
Akhir cerita tidak digambarkan secara gamblang, sehingga penonton boleh menafsirkan masing-masing.
Dengan perpaduan antara sinematografi yang memukau dan narasi yang kompleks, "Luz" menawarkan sinematik yang unik dan penonton memahami penggunaan VR pada kehidupan.f
Kelebihan film ini memiliki visual yang menakjubkan, khususnya saat menggambarkan kota Chongqing secara nyata dan dunia virtual.
Kekuatan aksi peran Isabelle dan Sandrine patut diapresiasi  Juga pengambilan tema teknologi VR sangat relevan dengan kondisi saat ini.