Lasem adalah sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang makin berkibar. Meski tetap mempertahankan suasana heritage, namun kita merasakan denyut kemajuan kota ini.
Adalah Agik, seorang warga Lasem yang sangat memperhatikan denyut kotanya. Salah satu hal yang diminatinya adalah kiprah wanita Lasem dari masa ke masa.
Untuk mewujudkan mimpinya, Agik mendirikan sebuah museum sederhana yang khusus didedikasikan untuk kemajuan wanita Lasem.
Museum dengan luas sekitar 2x6 meter ini terletak di bagian belakang tempat kerja kulinernya "Nyah Lasem".
Museum Wanita "Nyah Lasem" mengambil istilah yang lazim digunakan untuk wanita Lasem, yakni Nyah yang artinya wanita, Nyah adalah singkatan dari kata Nyonyah.
Museum ini terbagi menjadi tiga bagian. Ruang pertama tentang kiprah wanita Lasem dalam usaha batik, ruang kedua peta penyebaran bisnis batik di Indonesia dan ruang ketiga tentang koleksi perabotan dapur dari wanita Lasem dari masa ke masa.
Bisnis batik Lasem berkembang pesat atas kiprah wanita Lasem oleh Tio Swan Sien. Yang terpaksa ditutup pada tahun 1976, karena generasi penerusnya tidak berminat pada batik. Puteranya lebih berminat pada pengumpulan dan pemanfaatan sampah kertas.
Pada ruangan ini terdapat koleksi foto-foto keluarga Tio  Swan Sien, canting membatik dari masa ke masa, alat produksi batik cap.
Pada ruang kedua ditampilkan peta penyebaran batik Lasem di Indonesia lengkap dengan petanya.
Pada ruang terakhir banyak ditampilkan koleksi peralatan dapur. Dapur memang sebuah area yang sangat dekat dengan wanita.