Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terapkan PACE Demi Kesehatan Mental

13 Oktober 2022   05:00 Diperbarui: 13 Oktober 2022   05:03 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: grid.id)

Masyarakat modern atau yang tinggal di metropolitan atau kota besar, saat ini mengalami tingkat stress yang tinggi. Berada di jalan raya stress, di rumahpun stress karena semua harga berpacu naik. Sejak adanya pandemi Covid-19 ditambah perang Ukraina vs Rusia dan perang ekonomi USA vs Tiongkok. 

Nilai tukar Rupiah kian merosot, kini nilai tukarnya sudah menyamai dengan nilai tukar saat krisis ekonomi tahun 1998 yang lalu. Satu USD sudah sama dengan 15.000 Rupiah. Meski kenaikan pelan-pelan, tidak setajam tahun 1998 dari 2 ribu ke 15 ribu, melainkan dari 14 ribu ke 15 ribu.

Penggunaan fasilitas digital mempermudah aktivitas, tetapi mempersulit kaum lansia karena tulisan yang kecil-kecil pada aplikasi. Perbankan sudah serba digital, tak ada lagi senyum manis dari gadis cantik pada bagian layanan pelanggan, semua dilayani dengan mesin dari ATM hingga tukar buku dan ganti kartu. Kita tak perlu pergi ke Bank, bisa bertransaksi dari kantor, kafe atau bahkan sambil rebahan di rumah.

Namun guna menghindari memburuknya kesehatan mental, mulai dari stress hingga depresi, kita harus menerapkan PACE. Bukan makan buah pace atau mengkudu, tetapi menerapkan aktivitas dengan singkatan P.A.C.E agar dapat terhindar dari penyakit akibat terganggunya kesehatan mental. Daripada harus berhubungan dengan psikiater hingga psikolog.

P.A.C.E. adalah singkatan dari:

P (physically)

Manusia harus selalu beraktivitas secara fisik, istilah paling mudahnya berolahraga, entah sekedar jalan santai, bersepeda, lari, senam ringan, yoga, taichi, reiki, hingga nge-gym. Karena dengan beraktivitas, otak kita akan bekerja aktif dan berpikir positif. Beda kalau kita lebih banyak berdiam diri, otak akan tidak bekerja dan menimbulkan pikiran negatif, misal melamun. Jadi berolahragalah agar pikiran kita juga sehat.

A (achievement)

Kita harus memiliki tahap pencapaian meski sederhana. Tentukan hal-hal yang dapat dicapai secara terukur. Misal, bila kita masih sekolah / kuliah, harus lulus tepat waktu, bila masih bekerja menyelesaikan laporan sore ini, atau bila sudah pensiun, jalan kaki 5 KM tiap hari. 

Atau, bagi yang tadinya merokok, milikilah tahap pencapaian tidak merokok. Bila kita bergabung dalam komunitas, cobalah ikut kegiatan, misal Koteka Trip, Kompasiana Nangkring, arisan atau reuni. Dengan adanya tahap pencapaian, kita akan memiliki semangat hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun