Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengelola Konflik

20 Februari 2021   13:07 Diperbarui: 20 Februari 2021   13:10 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konflik (sumber: saintif.com)

Konflik dapat terjadi kapan saja, dan di mana saja, bisa di lingkungan terbatas seperti keluarga dan komunitas maupun lingkungan luas seperti sebuah negara. Hal ini disebabkan pemikiran tiap individu berbeda.

Bahkan dalam keluarga, suami istri yang terikat pada pernikahan, sering menimbulkan konflik disebabkan munculnya perbedaan seiring perkembangan waktu. 

Harus dipahami bahwa konflik mungkin saja terjadi meski ada cinta dalam hubungan pernikahan. Yang terpenting adalah bagaimana cara mengelola konflik dengan tepat agar tidak terlalu meruncing.

Dasar dari konflik adalah sikap egois dari masing-masing individu. Orang bersengketa karena masing-masing ingin mempertahankan kepentingannya masing-masing.

Suami isteri yang sudah dianggap dewasa, harusnya tidak bersikap seperti anak kecil yang mempertahankan mati-matian sikap egoisnya. Cara mengelola konflik adalah harus menyelesaikan konflik secepat mungkin. Jangan terlalu lama menyimpan bara konflik karena bila sudah terbakar hebat, sulit untuk memadamkannya.

Usahakan konflik dapat diselesaikan dalam satu hari. Jangan membiarkan konflik terus bertahan dalam kehidupan Anda. Rasa benci akan merusak kehidupan Anda dan akan memicu pertengkaran yang kian lama kian kasar dan memanas.

Jangan ingin memenangkan pertengkaran, salah satu pihak harus bersikap bijak dan mengalah, dengan berusaha menjaga menghindari kata-kata yang tidak baik keluar dari mulut Anda.  Usahakan menahan diri dengan menarik nafas dalam-dalam atau membuat hitungan guna meredam emosi. Karena jedah waktu itu cukup memberikan waktu bagi Anda untuk menenangkan diri dan membuat pikiran lebih jernih. Agar Anda sanggup menjadi pendengar yang baik dan tidak langsung mendebat dengan kata-kata tajam.

Bila Anda tidak sanggup menenangkan pikiran, bisa pergi sejenak, namun dengan tenang tanpa harus membanting pintu atau menggebrak meja yang dapat makin memperkeruh suasana. Sebaiknya berpamitan untuk mencari waktu untuk menenangkan hati sambil menyendiri. Tapi Anda harus benar-benar menyendiri, jangan pergi ke rumah teman atau keluarga yang justru membakar hati dan pikiran Anda.

Bertemulah kembali setelah pikiran tenang agar dapat berkomunikasi dengan lebih tenang. Kerendahan hati dan sikap memaafkan akan mampu menghasilkan perdamaian.
Berupaya meraih perdamaian jauh lebih baik daripada terus saling beradu kata-kata tajam dan menyakitkan. Jangan membuang waktu untuk berdebat tentang hal-hal yang tidak berguna.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun