Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Enam Seni yang Harus Dikuasai Pemuda Tempo Dulu

17 Oktober 2020   16:16 Diperbarui: 17 Oktober 2020   16:22 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enam (sumber: png.wing.com)

Kalau saat ini anak-anak harus lulus SMU atau SMK, maka pada era dinasti Zhou, pemuda-pemuda dianggap sudah dewasa bila sudah mengusai enam seni yakni Filosofi, Matematika, Memanah, Menunggang Kuda, Musik dan Tata Krama).

Kurikulum sekolah pada jaman dulu mengharuskan setiap pemuda harus lulus enam seni diatas agar disebut pria dewasa yang boleh melamar anak gadis orang.

Bahkan mentor paling terkenal pada zaman itu Konfusius juga selalu mengajarkan enam seni diatas pada semua muridnya. Namun yang dianggap lulus hanya 72 pemuda dari 3.000 pemuda yang menjadi muridnya. Nama ke 72 murid yang lulus ini tercatat dalam catatan pribadi Konfusius dan menjadi standar kecerdasan di Tiongkok pada era dinasti Zhou.

Seorang murid dianggap berhasil bila dari pertumbuhannya menghasilkan prestasi atau "buah". Bagaimana mengukur keberhasilan murid sekarang? Apa standar keberhasilan seorang murid? Apakah murid yang sekedar pandai menghafal pelajaran atau yang dapat mengimplementasikan sari pelajaran dalam kehidupan.

Untuk dapat mengimplementasikan setiap pelajran yang telah diterima, seorang murid harus mampu mempraktekkan dari hal-hal kecil hingga sesuatu yang dapat bermanfaat bagi orang lain.

Seorang murid yang dianggap berhasil bukannya karena berhasil menjadi orang sukses, namun harus menjadi pribadi yang berguna bagi sesama manusia.

Sudah saatnya Anda mengevaluasi diri sendiri, apakah Anda sudah bertumbuh dan menghasilkan manfaat bagi sesama manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun