Mohon tunggu...
Sutardjo Jo
Sutardjo Jo Mohon Tunggu... Konsultan - Penggiat dan Pemerhati Desa dan Kawasan Perdesaan

Penggiat dan Pemerhati Desa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menjaga Tradisi untuk Desa Inklusi

29 Agustus 2016   18:39 Diperbarui: 29 Agustus 2016   19:05 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Momentum adalah tonggak dari perjalanan kehidupan sebuah bangsa, suku bahkan negara. Momentum yang terjadi pada negeri ini menjadi penting sebagai upaya kita merawat ingatan perjalanan bangsa. Kita mengetahui berbagai peristiwa sejarah dari mulai perang terbuka melawan penjajah, perang diplomasi, hari kemerdekaan hingga peristiwa-peristiwa setelah kemerdekaan.

"Jasmerah" jangan melupakan sejarah menjadi slogan penting, tidak saja memahami sejarah bangsa tetapi sejarah perkembangan masyarakat dan fenomena-fenomena lain, termasuk yang terjadi dalam perkembangan komunitas dalam menghadapi persoalan dimasyarakat pada era saat ini, komunitas memiliki sejarah dan pengalaman panjang dalam membangun dinamika di masyatakat dengan segudang ide/ gagasan dan berbagai resolusi yang dihadapinya.

Perlu kita sadari kembali bagaimana cara mengingat dengan penanda atau momentum tradisi seperti yang dilakukan oleh nenek moyang dan para sesepuh pendahulu kita, yang membuat dan menjadikan ritual dalam aktivitas kolektif sehingga merupakan momentum dan menjadi penanda perkembangan alam dan sosialnya melalui aktivitas ritual yang menjelma menjadi tradisi dan budaya masyarakat desa.

Saya teringat yang disampaikan Dr Rumadi pada saat Diskusi hari kebangkitan bangsa. Bahwa mengingat tanpa penanda dapat menciptakan kekerdilan. Kalimat Ini yg penting untuk kita renungkan kembali betapa peringatan seyogyanya bukanlah sekedar pesta pora, tetapi bentuk upaya membangun kohesi sosial atas kesamaan sejarah dari suatu perjuangan bersama.

Kekerdilan lahir karena kita lupa mengingat sejarah dan perkembangan. Mungkin bisa kita tanya kembali apa yang terjadi di desa-desa kita bagaimana dengan berbagai bentuk kegiatan sebagai wujud melestarikan ingatan dalam menjaga kohesi sosial melalui aktivitas kolektif di Desa seperti  bersih Desa, Syukuran Desa, Naik Dangoh, festival/festa desa, pilkades, panen raya, dll itulah penanda penting untuk menjaga nilai dan moment sebagai ingatan kolektif sebagai bagian dari membangun kohesi sosial.

Kaitan dengan Desa menurut Erani pada saat kegiatan FGD hari kebangkitan bangsa, mengatakan bahwa "Cerita desa adalah cerita kekalahan"

Desa layaknya kehidupan komunitas sepanjang sejarah teraniaya oleh kekuatan rezim yang tidak rela mengakui dan mendudukan desa layaknya sebuah negeri yang mampu mengatur dan mengurus dirinya, Desa memiliki potensi konflik dengan berbagai keberagaman kepentingan, yang tidak saja dipengaruhi internal wilayah desa tetapi faktor luar yang masuk ke desa.

Demikian pula Komunitas/ kelompok-kelompok masyarakat di desa memilki potensi konflik hingga saat ini, karena pafa dasarnya Desa meliputi keragaman komunitas baik berbasis  RAS maupun komunitas hobi, komunitas kerja dan lain-lain, hal ini terjadi karena mereka berinteraksi dalam sistem yang tidak mereka sepakati atau kurangnya keterlibatan dalam proses-proses perubahan atau pembangunan desa. Sehingga penting bagaimana konsesus komunitas dalam memperkuat jatidiri Desa untuk terlibat aktif menjadi kelompok aktif "aktif netizen" sehingga urusan Desa menjadi urusan kolektif warga desa dengan pemerintah desanya (menginspirasi Model Rembug Desa dan permasalahan partisipasi).

Upaya menjaga keberagaman sebagai jatidiri desa, Yeni Wahid melalui Wahid Foundation, juga didukung Gerakan Desa Membangun melalui Gedhe Foundation serta kawan Lakspedam NU senantiasa gencar menyuarakan program inklusi sosial dan ini sudah harus dipahami didesa melalui peran Pemerintahan Desa dan kelembagaannya.

Sejarah masa lalu  keberagaman bangsa merupakan bukti kekayaan bangsa dan menjadi alat diplomasi. Tapi kondisi saat ini mulai sedang dan tengah terjadi proses terkikisnya kohesi sosial dengan munculnya sikap dan tindakan intoleransi yang banyak diarusgerakan oleh media sosial (facebook, dll),  potensi konflik dari keberagaman komunitas masyarakat mengakibatkan terjadi arus mengeklusi kelompok-kelompok tertentu terutama kelompok minoriras, kaum marjinal dan kelompok-kelompok lainnya, hal ini semakin nampak dalam kehidupan sosial di masyarkat termasuk di perdesaan, banyak lahirlah komunitas peduli, gerakan sosial menjadi penyeimbang arus ekslusifisme di masyarakat.

Untuk tetap tercipta kekuatan  keberagaman kembali menjadi kebanggaan, perlu wawasan inklusi berbicara di Desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun