Mohon tunggu...
Sutandijo
Sutandijo Mohon Tunggu... dosen

Finance, investasi, ekonomi, akuntansi, geopolitik, filsafat

Selanjutnya

Tutup

Financial

BRICS Currency (Kembalinya Emas sebagai Mata Uang Dunia)

2 Oktober 2025   23:20 Diperbarui: 2 Oktober 2025   23:20 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Emas pernah selalu menjadi mata uang dunia, sampai pada tahun 70-an dimana statusnya sebagai uang berhenti sejenak. Kembalinya emas sebagai "raja" mata uang sekarang hanya tinggal menunggu waktu. Harga emas selama beberapa tahun terakhir selalu meningkat, khusus setahun terakhir harga emas meningkat sekitar 40% sehingga kini harga emas berada di sekitar Rp2.250.000 per gram. Diprediksi emas akan terus melanjutkan dalam mode "rally" sampai harga emas menjadi sekitar dua kali lipat dari sekarang yaitu sekitar Rp5 juta per gram.

Sebab utama rally emas ini adalah pembelian neto (tidak ada yang menjual) besar-besaran dan konstan dari bank-bank sentral dunia, terutama dari negara-negara BRICS. Dilaporkan emas kini menduduki peringkat kedua setelah USD sebagai cadangan devisa global (global reserve). Pertanyaannya, mengapa negara-negara menumpuk emas? Salah satu jawaban yang mungkin adalah negara-negara BRICS sedang menumpuk emas sebagai persiapan pembentukan mata uang BRICS (BRICS Currency). Sebab lain yang terkait adalah goyahnya mata uang dolar Amerika Serikat (USD) sebagai mata uang dunia dan sebagai aset safe haven.

Beberapa indikasi kuat dari dari melemahnya USD :  utang AS yang sangat besar mencapai 37 triliun USD, atau sekitar 144% dari PDBnya, dan terus meningkat karena AS selalu mengalami defisit perdagangan dan juga fiskal, membuat kemampuan AS untuk memenuhi kewajibannya semakin menurun (bunga yang harus dibayar setahun sudah mendekati angka 1 triliun USD setahun); semakin turunnya permintaan akan obligasi pemerintah AS (T-Bond) yang berakibat terus meningkatnya yield, membuat semakin berat untuk me-rolling utangnya yang jatuh tempo, dan aliran modal ke AS semakin turun karena investor global mulai mengalih modalnya ke aset-aset non-USD ; turunnya secara signifikan porsi USD dalam cadangan devisa global dan dalam transaksi internasional; bangkitnya Tiongkok yang menjadi pesaing utama dalam berbagai bidang : ekonomi, keuangan, teknologi, dan militer, melemahkan dominasi AS di berbagai bidang, dan menjadikan Yuan Tiongkok muncul menjadi mata uang kuat dunia menyaingi USD dan lain-lain ; semakin canggihnya teknologi informasi semakin memungkinkan jalur transaksi non-USD seperti transaksi dalam mata uang lokal (LCT) dengan berbagai mode seperti swap line, ORIS, dimana negara-negara bertransaksi langsung dengan mata uang masing-masing mem-by-pass USD mengurangi ketergantungan negara-negara lain terhadap USD  ; berbagai tindakan AS yang menjadikan USD (dan SWIFT) sebagai senjata untuk mengancam dan memberi hukuman kepada negara lain menjadi motivasi bagi negara-negara lain untuk berpaling atau mengurangi ketergantungan pada USD; belum lagi ketidaknyamanan negara-negara lain ketika bank sentral AS (The Fed) melakukan pelonggaran dan pengetatan moneter yang mengacaukan moneter dan perekonomian negara-negara lain (karena USD adalah mata uang dunia yang sangat dominan).

Diprediksi, dengan kecepatan rally yang sama, sekitar dua tahun lagi negara-negara BRICS akan bisa mengumpulkan paling tidak 10.000 ton emas, ketika harga emas menjadi sekitar Rp5 juta per gram. Emas tersebut akan di simpan di brankas-brankas negara-negara BRISCS, dan dikelola oleh Bank BRICS. Emas tersebut berfungsi menjadi jaminan bagi mata uang BRICS. Ya, mata uang BRICS adalah mata uang yang 100% dijamin dengan emas murni. Sehingga mata uang tersebut sama saja dengan emas, bukan seperti mata uang konvesional (fiat currency). Tidak seperti uang fiat yang bisa dicetak (dan dimusnahkan) sesuka hati oleh bank penerbit, mata uang BRICS tidak bisa dicetak karena ia sesungguhnya adalah emas yang tidak bisa dicetak sesuka hati. Bank BRICS sebagai pengelola hanya berfungsi untuk mengelola dan menjaga brankas emas (agar transparan dan aman), dan mencatat pergantian kepemilikan emas akibat adanya transaksi yang dilakukan dengan mata uang BRICS.

Dengan 10.000 ton emas pada harga per gram Rp5 juta modal yang terkumpul bernilai sekitar Rp50.000 triliun atau sekitar 3 triliun USD. Jika satu unit mata uang BRICS dijamin dengan emas murni seberat 0,01 gram maka akan bisa menghasilkan 1 triliun unit BRICS yang dibagikan kepada negara-negara anggota sesuai dengan jumlah emas yang dikontribusikan masing-masing anggota. Besaran-besaran mata uang BRICS tersebut cukup untuk mengakomodasi berbagai transaksi internasional, perdagangan maupun investasi yang dilakukan bukan hanya oleh negara-negara BRICS melainkan secara global.

Mata uang BRICS jelas akan lebih superior daripada USD karena dijamin 100% dengan emas murni. Nilai 1 unit mata uang BRICS adalah sama dengan nilai 0,01 gram emas murni, karena dijamin dengan 0,01 gram emas murni. Secara natural semua orang atau negara akan lebih suka menerima emas daripada uang fiat yang tidak memiliki nilai intrinsik. Mata uang BRICS adalah emas yang dimonetize, dijadikan alat pembayaran yang likuid dan diterima oleh semua orang dan semua bangsa.

Mata uang BRICS tidaklah mematikan fungsi mata uang-mata uang dunia lain atau mode-mode lain dalam bertransaksi internasional. Namun mata uang BRICS menjadi inti atau menjadi jalan utama, yang didukung dengan berbagai jalan alternatif yang tersedia, sehingga tidak akan terjadi kemacetan akibat kelebihan beban lalu lintas perdagangan dan investasi. Seperti telah disebut sebelumnya sekarang ada banyak pilihan dalam bertransaksi maupun berinvestasi lintas negara. Transaksi dan investasi internasional tetap bisa dilakukan dengan menggunakan mata uang USD, Yuan, Euro, bahkan Yen, Pound, Rupee, Rubel, dan lain-lain, juga LCT seperti swap line atau QRIS dan sejenisnya, namun jalan yang paling utama, karena paling aman dan disukai, adalah dengan mata uang BRICS, emas murni (atau mata uang BRICS-like, jika ada negara atau kelompok negara lain juga menerbitkan emas sebagai mata uang). AS juga di masa lalu pernah melakukan hal serupa dengan USD, yaitu menjamin USD dengan emas, namun gagal. Pada waktu itu jumlah emas tidak cukup untuk menjamin jumlah USD yang diperlukan oleh dunia untuk bertransaksi dan berinvestasi, karena pada waktu itu tidak terdapat alternatif lain yang cukup kredibel selain USD.

Naiknya mata uang BRICS sebagi mata uang utama membawa konsekuensi perubahan ekuilibrium nilai tukar (kurs) antar mata uang. Pada waktu lampau bursa-bursa emas dunia beroperasi dengan menggunakan USD, misalnya bursa di New York, London, maupun Zurich. Namun dengan adanya bursa emas yang juga sangat besar yaitu bursa Shanghai yang dalam Yuan dan bursa Hongkong yang dalam dolar Hongkong (mungkin juga akan ada bursa emas BRICS yang ditransaksikan dalam mata uang negara-negara BRICS), penentuan harga emas tidak lagi hanya berpatokan pada USD. Ditambah lagi sekarang emas (uang BRICS) sudah mengambil alih tahta USD maka penentuan kurs antar mata uang sekarang berjangkar pada harga emas, bukan lagi USD. Hal ini membuat penentuan kurs antar negara lebih mendekati pada tingkat daya beli. Jadi kurs antar mata uang nanti bakan cenderung berdasarkan pada paritas daya beli antar mata uang (PPP).

DI masa lalu (sebelum muncul BRICS currency) karena USD sangat mendominasi sebagai mata uang dunia dan menguasai bursa-bursa emas dunia, maka harga emas dipatok pada USD, sehingga USD menjadi mata uang jangkar dalam penentuan kurs antar negara. Penentuan kurs dengan berpusat pada USD membuat USD dinilai lebih (premi) daripada paritas daya belinya. Misalnya 1 unit USD dinilai sama dengan 16.000 unit Rupiah (IDR), padahal jika secara PPP, daya beli 1 USD hanya 6.000 IDR. Perbedaan tersebut karena USD dinilai jauh lebih unggul daripada IDR ; AS sebagai adi daya dalam segala hal memiliki perekonomian yang jauh lebih besar, sehat, dan kuat daripada perekonomian Indonesia, dan USA adalah mata uang dunia yang diterima oleh semua negara, sehingga terdapat nilai lebih atau premi diberikan yang tercermin pada kurs USD dan IDR sebesar IDR 10.000. Namun dengan lahirnya kembali emas (dalam wujud mata uang BRICS ) sebagai mata uang dunia sejati maka premi yang diberikan kepada USD, dan juga mata uang dunia lain, seharusnya berkurang. Konsekuensi bagi IDR (dari lahirnya mata iuang BRICS) adalah menguatnya IDR terhadap USD, paling tidak menjadi sebesar IDR 11.000 per 1 USD jika premi yang diberikan kepada IDR kepada USD berkurang sebesar 50%.

Disclaimer : tulisan ini hanyalah analisis dan prediksi, yang disusun berdasarkan mossaic theory, yang mungkin saja meleset atau mengandung kesalahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun