Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya, https://www.kompasiana.com/susantogombong/6361561308a8b571544cbba2/mengajar-dengan-poin-besar
Murid dan Kesalahan yang Dilakukan
Ada kalanya, sesekali anak melakukan kesalahan. Kesalahan yang dilakukan oleh murid tidak boleh dibiarkan begitu saja. Pun, tidak boleh ditanggapi dengan sikap reaktif emosional. Jika terdapat murid yang melakukan kesalahan guru menempatkan beberapa posisi kontrol. Posisi dengan nilai terendah apabila ia menempatkan diri sebagai penghukum.Â
Guru sebagai penghukum, alih-alih mendisiplinkan siswa, ia mengekspresikan kemarahannya menggunakan kata-kata bernada menyindir bahkan menghardik. Guru menunjukkan kesalahan dengan membentak atau menunjuk-nunjuk.Â
Meskipun dengan kata-kata atau kalimat bernada lembut, guru tipe penghukum menempatkan murid sebagai pembuat rasa bersalah. Kesalahan yang dilakukan murid dikatakannya sebagai penyebab guru kemungkinan jantungan, membuat orang tua bersedih, dan sebagainya.Â
Jika tidak memosisikan sebagai penghukum, dalam menghadapi kesalahan murid, guru kadang menempatkan diri sebagai teman. Sebagai teman, ia menggunakan humor. Alasannya mencairkan suasana atau bermaksud memberikan pengaruh. Sebagai teman, kadang guru memberikan penjelasan atau pembelaan.
"Wajar, ya, kamu berbuat begitu. Kamu tidak boleh lagi melaukan itu. Kali ini tidak apa-apa. Tetapi, lain kali jangan dilakukan, ya!"
Posisi yang lebih baik dari kedua posisi sebelumnya adalah sebagai pemantau atau monitor. Penerapan disiplin adalah peraturan dan konsekuensi yang disepakati. Daftar peraturan menjadi pegangan guru dalam mendisiplinkan murid.Â
"Tahu peraturan apa yang kamu langgar? Apa konsekuensinya jika melakukan kesalahan?"
Murid ditunjukkan poin-poin peraturan pada sebuah daftar periksa. Murid pun melakukan konsekuensi yang disepakati akbiat kesalahan yang dilakukan.
Poin terbesar bagi seorang guru jika menghadapi murid yang melakukan kesalahan adalah menempatkan diri sebagai manajer. Meskipun kadang menggunakan posisi pemantau, guru memandang wajar kesalahan yang dilakukan. Namun, guru menanyakan alasan murid melakukannya dan membantu murid mencari jalan keluar.Â