Adanya masa pandemi covid 19 pada awal tahun tepatnya pada tanggal 2 Maret 2020  mengubah pola kehidupan manusia mulai dari anak - anak hingga dewasa. Hal itu juga meninggalkan dampak di bidang pendidikan. Pada bidang pendidikan dapat dilihat bahwasanya pembelajaran menjadi berbasis Daring atau pembelajaran dari jarak jauh. Pembelajaran daring ini banyak sekali dampaknya. Pembelajaran pada saat itu hanya mengandalkan akses internet serta perangkat digital dalam proses belajar mengajar. Banyak sekali peserta didik yang harus bisa beradaptasi dengan pembelajaran tersebut. Dalam proses pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh ini menggunakan waktu yang singkat, tanpa kesiapan yang cukup tentang teknologi. Sehingga proses belajar mengajar yang dilakukan secara online ini tidak penuh menjamin keefektifan dan efiensi pembelajaran yang optimal. Hal itu disebabkan juga oleh tenaga pendidik yang kurang menguasai tentang teknologi dan internet serta fasilitas yang kurang memadai juga membuat guru merasa kebingungan.Â
      Pembelajaran daring ini terkesan sangat fleksibel dan bermacam - macamnya sumber belajar yang tidak ada batasan sehingga anak - anak mempunyai kebebasan dalam mencari beberapa materi. Pada awalnya banyak sekali orang yang mengira bahwa belajar jarak jauh tanpa pergi ke gedung sekolah itu seru dan menyenangkan, karena pada bayangan mereka dapat dilakukan dengan bersantai - santai bisa dengan rebahan atau duduk dengan penuh kebebasan tanpa menggunakan seragam sekolah dan kebebasaan yang lain - lainnya. Namun, seiringnya waktu banyak yang mulai bosan dengan tata cara belajar yang itu - itu saja dan banyak yang mengeluhkan tentang pembelajaran daring. Hal itu disebabkan karena adanya anak - anak yang sulit untuk memahami materi pembelajaran yang telah disediakan oleh guru. Implementasi pembelajaran daring ini cukup banyak mempunyai tantangan mulai dari konsekuensi psikologis yang dialami oleh peserta didik.Â
      Konsekuensi psikologi ini terjadi karena secara tiba - tiba sistem pembelajaran ini diterapkan secara online dan anak - anak secara terpaksa harus bisa mengikuti model pembelajaran tersebut. Hal itu membuat anak - anak menjadi stres karena harus beradaptasi dengan sistem yang baru dengan kurun waktu yang singkat dan kurangnya persiapan. Tidak semua anak dapat beradaptasi dengan cepat. Bahkan, mungkin ada anak yang menyerah karena merasa bingung dengan metode yang telah diterapkan dan mereka merasa kurang menguasai. Selain dari itu juga interaksi sosial anak - anak menjadi terganggu saat wabah covid - 19 ini merajalela, sehingga menyebabkan adanya lockdown akibatya anak - anak tidak diperbolehkan keluar rumah membuat mereka merasa terisolasi serta kesepian karena tidak bisa bertemu dengan teman - temannya untuk sekedar bermain karena pada dasarnya anak - anak sangat memerlukan waktu untuk bersenang - senang dengan teman - temannya yang mempunyai tujuan mehilangkan rasa jenuh. Kejenuhan yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berdampak pada kondisi psikis anak. Anak menjadi lebih merasa gelisah, cemas yang berkelanjutan sehingga bisa saja anak - anak mengalami gangguan depresi ringan. Anak - anak juga akan menjadi anak yang anti sosial karena mereka sangat sedikit untuk mempunyai waktu berinteraksi langsung sesama teman atau bersama guru, perkembangan belajar serta kontrol emosinya menjadi terganggu dan anak - anak lebih memilih untuk menarik diri dari dirinya sendiri yang berakibat anak menjadi kelelahan mental.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI