Minimalis dalam berpakaian saat ini kerap identik dengan gaya orang kaya. Tengok saja gaya Mark Zuckerberg atau Elon Musk saat menemui Presiden Jokowi tempo hari.
Gayanya yang sederhana berkaus oblong mungkin tampak sedikit mengecoh, padahal aset dan kekayaannya menggolongkan mereka sebagai orang super kaya di dunia. Mereka termasuk orang yang tidak mendewakan penampilan yang selalu rapi, memakai kemeja dan juga stelan jas.Â
Saya teringat dengan Bob Sadino, pengusaha Indonesia yang selalu memakai celana pendek. Penampilannya minimalis dan sederhana. Bahkan, pakaiannya tidak mencermikan dia termasuk segelintir pengusaha kaya di Indonesia.Â
Sejak dahulu, saya terbiasa membeli pakaian baru setahun sekali. Kebiasaan yang mungkin secara tidak sengaja dibentuk oleh orang tua, saat membelikan pakaian baru saat lebaran setahun sekali.
Kalaupun terpaksa harus membeli pakaian, saya harus mengeluarkan pakaian yang ada di lemari sejumlah pakaian yang saya beli. Di luar seragam pakaian dinas untuk ke kantor tentunya.Â
Apabila tidak dikeluarkan atau disumbangkan, jumlahnya akan memenuhi lemari pakaian saya yang sudah minimalis. Sejak dahulu saya memang tak pernah mementingkan corak, warna, trend maupun gaya dalam berpakaian.
Jika di rumah, saya bahkan lebih nyaman dengan kaus oblong dan celana pendek. Bahkan kaus oblong itu saya beli di pasar loak, bekas tetapi bermerek.Â
Saya merasa nyaman menggunakan kaus oblong, walaupun sedikit bolong tak pernah mengurangi kenyamanannya saat saya gunakan di rumah. Ditambah cuana panas di negara tropis ini membuat saya betah berlama-lama menggunakan kaus oblong.
Minimalis berpakaian saat pandemi
Sejak pandemi, gaya minimalis ini terus berlanjut. Bekerja di rumah, membuat saya lebih terbiasa menggunakan kaus oblong dan celana pendek.Â