Mohon tunggu...
Suryani Amin
Suryani Amin Mohon Tunggu... -

Penyuka jalan jalan dan tulisan tentang perjalanan. Sosiolog, bekerja sebagai Konsultan untuk Adaptasi Perubahan Iklim di lembaga bantuan pembangunan Internasional di Jakarta. Menulis fiksi dan mendokumentasikan perjalanan adalah minatnya diluar pekerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Permainan Jadul Anak-anak Makassar (Bagian 1)

13 Oktober 2014   03:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:17 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jauh lebih sulit mendeskripsikan  jenis permainan masa kecil ketimbang menulis  mengenai  penganan yang beberapa waktu lalu saya rangkum secara terbatas.  Kendala utamanya karena berbagai jenis  permainan ini nyaris tak lagi ditemukan dimainkan. Yang bisa diandalkan hanya sedikit  jejak ingatan yang tertinggal.  Sisanya, bertanya ke beberapa teman yang generasinya sebelum saya. Yang lain,  mencari sumber daring  yang  ternyata juga tidak banyak. Ah, semoga saya diberi kesempatan untuk melakukan riset yang lebih serius satu hari nanti.

Saya percaya langkah besar, selalu dimulai dari satu langkah kecil. Inilah langkah kecil itu. Merangkum semampunya . Jika sebagian salah mendeskripsikan, tak apalah. Setiap tempat bisa sedikit berbeda cara memainkannya. Namun umumnya, inti permainan sama.

Seri kali ini tentang permainan masa kecil.Disebut demikian untuk sedikit membedakannya dengan permainan tradisional.

Permainan tradisionalcakupannya lebihluas, mengandung nilai tradisi, lekat dengan alam dan mata pencaharian , umumnya dimainkan secara berkelompokyang tidak terbatas oleh anak kecil. Didalamnyaseperti Gandrang Bulo, dan Bise’-bise’ang.

Permainan masa kecil, dalam tulisan ini dibatasi pada jenis permainan anak yang tak lagi sarat tradisi tradisi namun tetap kaya nilai.Jenis permainanyangdilakukan pada masa transisi daripermainan tradisional menuju permainan modern yang berbasis teknologi.

Generasi yang lahir sebelum tahun 80-an adalah mereka yang diberi keistimewaan untuk mencicipi jenis permainan ini. Beberapa tahun terakhir, membanjirnya jenis permainan modern berbasis teknologi menumbuhkan kekuatiran akan hilangnya pelajaran tentang nilai-nilai yangterkandung dalam permainan anak generasi sebelumnya. Disamping itu, permainan berbasis teknologi cenderung mengisolasi anak dari ruang sosialnya karenabanyak dimainan secara solitair, juga minim gerakan fisik .

Lagi-lagi, rasa rindu menjadi dorongan kuat untuk menuliskannya. Sambil harap-harap cemas, bilakah ada jalan untuk melestarikannya. Adakah anak-anak setelah kitamasih akan mengenalnya.Sambil berharap, ayo nikmati romantisme masa kecil.

Dende-dende Jenis permainan ini jadi pembatas akhirsebelum era permainan modern.Masih bisa ditemukan satu dua kelompok anak memainkannya. Yang diperlukan adalah sedikit bidang datar. Diatasnya, ditarik garis teratur. Alat bantu pembuat garisnya bergantung pada media bidang datar dan ketersediaan alat bantu yang ada. Cukuppotongan kayu untukmedia lapangan tanah dan kapur untuk lantai beton.



Dibagian teratas yang disebut kepala,dibuat garis berbentuk setengah lingkaran. Dibawahnyaberturut turut adalah bujur sangkar . Jumlahnyabujur sangkar terbanyak dua dan terkecil satu. Membentuk seolah anatomi manusia dengan leher, tubuh dan kaki.

Permainanmensyaratkan lebh dari satu orang. Karena ada kompetisi didalamnya. Masing-masing anak wajib memiliki satu batu kecil (kemudian dimodifikasi dari berbagai bahan lain) sebagai gaco’sebagai pelontar. Secara bergantian mengambil giliran. Cara bermainnya sederhana.Setiap anakmelompat dengan satu kakimenjejak ke masing-masing kotak. Mulai dari kota pertama.Dari kaki sampai ke kepala. Bidang yang tak boleh dijejak adalah bidangyang berisi gacok. Baik gacok sendiri maupun gacok lawan.

Setiap satu putaran permainan, gaco’ dilontarkan ke bidang yang lebihatas hingga mencapai kepala. Pemain dianggap melakukan kesalahan jika menginjak garis, gagal melempar gacokpadakotak ataugagal menjejak dengan satu kaki. Jika kesalahan terjadi, pemain berikut nya mengambil giliran untuk bermain.

Jika gaco’ mencapai kepala,syarat mengambilnya kembaliadalah dengan membalikkan badan dengan masing-masing satu kaki disatu kotak kiri dan kanan.

Permainan ini lebih banyak dimainkan oleh anak perempuan. Minimal oleh dua orang anak. Kandungan nilainya adalah pelajaran tentang kesabaran dari menanti giliran bermain dan kompetisi yang jujur.

GebokDiperlukan dua kelompok anak untuk memainkan permainan ini. Secara harfiah, gebok diartikan (semacam) bola yang mengenai tubuh lawan.Demikian inti permainannya. Alat bantu yang dibutuhkan adalahbola kecil atau sesuatu yang dibentuk seperti bola.Saat bola tenis masih jarang dijumpai, biasanya bola gebok dibuat dari kertasbekas. Dibentuk menyerupai bola kecil. Untuk mengikatnya agar tak terburai,biasanya menggunakan karet gelang.

1413119784726379999
1413119784726379999


Selain bola, diperlukanbatu-batu kecil dengan permukaanrata. Bisa diganti dengan pecahan keramik genteng atau semacamnya. Ditumpukkeatas setinggi sekitar 20 cm.

Perwakilan darisatu kelompok anak akan mendapatkan giliran pertama untuk bermain. Dari jarakbeberapa meter, bola dilontarkan untuk mengenai tumpukan batu. Jika gagal, digantikan oleh perwakilan pemain dari kelompok lawan.Jika berhasil menjatuhkan sebagian atau seluruh tumpukan batu,inti permainan baru dimulai.

Bola diambilcepat oleh kelompok lawan untuk dilemprkan agar mengenai bagian tubuh pemain dari kelompok yag berhasil menjatuhkan tumpukan batu. Pemain berhamburan menghindari sebisa mungkin lemparan bola. Untuk bisa menang, pemaindari kelompok pertama wajib menyusun kembali seluruh tumpukan batu. Yang agak sulit karena harus dilakukan sambil menghindari agak tidak terkena gebok. Taktik umum nya adalahbeberapa pemain mengarahkan bola menjauh dari tumpukan batu. Dengan memancingpemegang bola kearah berlawanan. Sambil memberi kesempatan teman untuk menyusun kembali tumpukan batu.

Jika lawan berhasil melakukan gebok sementarakelompok pemain pertama belum berhail menyusun tumpukan batu,tugasmenyusun batu berbalik pada pihak lawan. Demikian seterusnya hingga satu seri permainan diselesaikan.

Unuk bisa bermain gebok, butuh ruang yangagak lapang untuk berlari. Diperlukan stamina yang bagus untuk berman gebok. Dijamin keringat akan bercucuran. Seru, karena ditimpali teriakan oleh para pemain. Biasanya untuk mengingatkan teman kelompoknya agar tak terkena gebok. Jika terkena gebok, bersiaplah untuk merasakan sedikit nyeri. Jikabola dilemparkan penuh tenaga oleh lawan.

Permainan ini mengajarkantentang kerja tim, kepercayaaan pada teman dan jugakepemimpinan .

Cokko-cokko/EnggoIni versi lokalpermainan universal hide & seek .Intinya samauntuk bersembunyi dan menemukan teman yang bersembunyi. Di Sulawesi Selatan, dilakukan dengan carayang khas.

Seluruh peserta permainan pemain berbaris memanjang menghadap satu arah menempel ke satu tembok atau tiang. Satu pemain pertama yang persis menempel ketembok menjadi pemimpin permainan. Tugasnya adalah secara acak menyebutkansatu angka. Pemain yang berada padaurutan angka yang disebutkan itulah yang akan menjadi pencari pertama. Sementara sisanya akan bersembunyi.

Pemain yang bertugas mencari akan meberikan kesempatan pemain lain untuk bersembunyi. Dengan mata terutup,peserta yang kebagian jadi pencari akanberhitung hingga angka yang sepakatisambil terus memejamkan mata. Saatpemain lainmencari tempat yang pas untuk bersembunyi.

Setelahnya, adalah saatnya mencari teman yang bersembunyi. Yang perlu di perhatikan agarmata tetap awas padatembokawal tadi. Karena perlu untuk dijaga agar pemain lainkeluar dari peresembunyian dan menyentuhnya. Pemain yangtidak berhasil ditemukan persembunyiaannya dan berhasil menyentuh tembok akan keluar sebagai pemenang.

Pemain penjaga, hanya bisa menang jika berhasil menemukanteman yang bersembunyi dan menyerukan “te’” . Dalam bahasa lokal artinya “kena” .Jika penjagatidak berhasil menemukan seluruh teman, atau teman lebih dahulu menyentuh tembok yang dijaga, ia kembali harus mengulangi dari awal permainan dan kembali berjaga.

Lojo-lojo Permainan sangat sederhana. Hanyamengejar teman. Dimulai dengan menentukan pihak pengejar dan yang dikejar. Satuanak memimpin permainan. Diatas satu telapak tangannya, seluruh peserta permainan meletakkan jari telunjuk.

Diikutioleh seluruh peserta permainansebait lagupendek dinyanyikan bersama. Lagunyamungkin dibeberapa tempat bisa berbeda. Satu yang saya ingat adalah “Lojok lojok samanna lojok sare bunga tonjong, jappok!” Persis di seruan terakhir, pemimpin permainan menutup telapak tangannya cepat. Peserta lain secara bersamaan menarik jarinya. Berusaha untuk tidak tertangkat. Satu yang tertangkap tangan akan menjadi pihak pengejar. Jikadi satusesi gagal menangkap jari, akan diulang dengan mendendangkan lagu yang sama berulang.

Jika pengejar sudah ditentukan. Saatnya perburuan dimulai.Pengejar tinggal memburu teman lain. Jika terjangkau tangan, tinggal menerikakkan “te’” . Maka teman yang terkena akan menerima giliran sebagai pengejar. Demikian seterusnya.

Asing Bidang datar yang luasnya cukup,dibutuhkan dalam permainan ini. Sedikitnya dimainkan oleh empat orang yang membagi diri dalam dua tim. Diatas bidang datar, dibuat garis mebentukempatbujursangkar kecil bersisian membentuk bujursangkar yang lebih besar . Ini cukup untuk dua tim terdiri dari masing-masing dua orang.

Satu timmempunyai tempat dalam kotak sementara tim lain menempatigaris. Tim dalam kotakakan berusaha untuk melewati garis untuk bisa keluar ke kotak berikut. Takmudah karenagaris dijaga oleholehlawan.Perlu kelihaian untuk menembus garis lawan.Dua teman perlu bekerja sama untuk mengalihkan perhatian penjaga garis agar bisa keluar. Jika terkena tangan,posisi berganti sebaliknya. Penjaga garis, selanjutnya akan menjadi pihak yang berusaha menembus garis dari dalam .

14131198711243499605
14131198711243499605


Baguli Atau kelereng/gundu dalam bahasa Makassar. Jenis permainan inibanyak dimainkan oleh anak laki-laki. Variasi permainannyasepertinya terbanyak. Denganbutiran kelereng ditangan, tinggal disepakativariasi permainan yang diinginkan bersama. Paling sedikit dimainkan oleh dua anak. Keseruan akan bertambah jika lawan bertambah banyak.

Ulu-ulu atauberarti “kepala”adalah yang paling sederhana. Masing-masinganak menyerahkan baguli dalam jumlah yang sama untuk dipasang sebagai taruhan. Dalam satu garis, kelereng dijejerkan dengan memberi tanda pada ujung yang disetujui sebagai ulu.

Setelahnya peserta permainan melemparkan kelereng pakkamba (jagoan) nya menjauhi barisan kelereng. Pesertayang memilih melempar terakhir akan menyeru “dillas (terakhir)” .Jika memilih giliran melemparkedua sebelum terakhir akan berseru “rampikna dillas (dekatdengan terakhir)” .

Pemain melempar berdasarkan perkiraan jarakdimana ia merasa mampu untuk mengenai barisan kelereng. Karena titik terakhir berhentinya guliran kelereng akan menjaditempat pemain menggulirkan kelerangnya untuk mengenai barisan kelereng.

Pemain dengan titik terjauh dari barisan kelereng akan mendapat giliran pertama untuk menggulirkan kelerengnya. Jika mengenai barisan kelereng, pemain berhak atas kelereng tersebut. Mulai dari titik yang dikenai hingga kebelakang. Dihitung dari ulu.

Banyak sekali istilah yang digunakan dalam permainan baguli. Bebeberapa diantaranya seperti “resteng” artinya “bergeser”, “tannang” artinya “jumlah kelereng taruhan”, “dondoro” artinya “mengenai kelereng lawan” Untuk jenis baguli, dikenal beberapa misalnya “ciber” untuk “kelereng yang bersinar/baru”, “cippe: untukmenyebut kelereng yang cacat/pecah sebagian, “kelereng susu” untuk kelereng putih susu dan “mata kucing” untukmenyebut kelereng berwarna tunggal

Untuk variasipermainan lain baguli dan jenis permainan lain, akan dilanjutkan di bagianberikut tulisan ini . Sambil meneruskan berguru dulu pada pelaku sejarah permainan ini . Mohon bantuannya untuk mengingatkan jenis permainan lain (one’).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun