Beberapa hari yang lalu ada video viral tentang emak-emak yang mengumpat seorang kurir yang mengantar pesanan. Karena ketidak tahuannya tentang sistem pembayaran di tempat (COD) sang emak kemudian membuka kemasan paket yang diantar tersebut yang ternyata tidak sesuai keinginan dia, kemudian terjadilah situasi yang bisa kita saksikan dalam video. Kata-kata tidak sopan meluncur dari Si Ibu sehingga menghebohkan jagat media sosial negeri kita.
Awalnya video tersebut diposting melalui Facebook, kemudian juga di Youtube. Seperti akun-akun milik media massa mainstream ikut meramaikan sehingga video tersebut menjadi viral
Saya sendiri mengkomentari hal lain yang menyangkut proses pembayaran di tempat (COD) atau karakter emak-emak tersebut, tetapi ada hal menarik yang terjadi setelahnya yang menyangkut media sosial.
Tidak lama setelah peristiwa tersebut, ramai-ramai netizen kita kemudian mencari tahu akun yang dimiliki Si Ibu atau Si anak yang juga diketahui ikutan mengambil gambar dengan gadget yang dimiliki.
Setelah diketahui akun Instagram yang diduga milik ibu atau anaknya kemudian netizen ramai-ramai mengeruduk akun tersebut. Dalam hal ini selalu ada kesempatan dalam kesempitan dimanfaatkan oleh segelintir orang, Akun-akun abal-abal bermuncuan. Pemilik akun tersebut sengaja mengidentifikasikan dirinya sebagai anak dari si ibu, dengan membuat postingan permintaan maaf.
Saya melihat yang terbanyak ada 15.000an pengikut (follower) hingga 1.000an. Dalam instagram memang sulit sekali kita mengumpulkan pengikut jika tidak sangat populer,perlu waktu dan rayuan manis untuk saling follow dan follow back. Pengikut yang banyak dalam Instagram akan membuat kesempatan terbuka bagi kita untuk menjadi bintang iklan atau mempromosikan suatu produk atau lebih kerenya dikenal sebagai endorser.Â
Magnet penghasilan endorser yang melimpah membuat banyak orang tertarik menggeluti profesi tersebut, meski tidak semuanya sukses. Cerita sukses ini juga membuat orang merelakan dirinya menjadi orang lain bahkan siap menerima umpatan. Seperti yang sudah-sudah umpatan itu hanya bersifat sementara selanjutnya maka sebagian besar netizen akan cenderung melupakan.