Mohon tunggu...
surya hadi
surya hadi Mohon Tunggu... Administrasi - hula

Pengkhayal gila, suka fiksi dan bola, punya mimpi jadi wartawan olahraga. Pecinta Valencia, Dewi Lestari dan Avril Lavigne (semuanya bertepuk sebelah tangan) :D

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kala Politik Kembali ke Sepak Bola

16 Januari 2018   13:00 Diperbarui: 16 Januari 2018   13:27 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kongres tahunan PSSI 2018 yang diadakan di Nusantara Hall, ICE BSD, serpong, Tangerang Selatan pada sabtu 13/01/2018 berakhir sudah. Dari beberapa media yabg saya baca, perhelatan tahunan PSSI itu menjadi sedikit berbau politis, mengingat Ketua Umum PSSI saat ini, Edy Rahmayadi memamg tengah bertarung untuk menjadi Gubernur di Sumatra utara.

Teriakan "Hidup Gubernur !! " hingga "Sumut Satu !!" sempat terdengar di arena kongres, yang kalau mau jujur, tidak ada hubungannya sama sekali dengan sepak bola dan PSSI. Keputusan Edy yang memilih menggunakan hak politiknya dengan maju sebagai Gubernur Sumut, kembali menjadikan Induk olaharaga sepak bola di Indonesia itu menjadi dekat dengan politik.

Pada periode 2003-2011 silam, PSSI sempat di pimpin oleh Nurdin Khalid yg notabene merupakan kader partai golkar. Pada tahun 2010, PSSI di tenggarai melakukan politisasi tim nasional Indonesia yang kala itu sedang berjaya di Piala Aff Suzuki Cup. 

Sebelum partai puncak menghadapi malaysia, timnas sempat dibawa dahulu menemui Abdurizal Bakrie yang notabene tidak ada hubungannya dengan sepak bola dan jelas menganggu persiapan timnas. Selain itu, Nurdin juga pernah mengklaim bahwa keberhasilan tim nasional kala itu merupakan karya dari partai golkar.

Sepak bola, politik, dan peluang raup suara

090206000-1492862512-img-20170422-wa0018-5a5d9483dcad5b675b7d76a2.jpg
090206000-1492862512-img-20170422-wa0018-5a5d9483dcad5b675b7d76a2.jpg
Sebagai olahraga yang memang di gilai di negri ini, sepak bola memang menjadi komoditas yang cukup seksi bagi kalangan politisi. Lihat saja ketika pilkada DKI jakarta kemarin, dimana salah satu calon menjanjikan akan membangun stadion setara theater mimpi manchester united (baca Old Trafford).

"Kami akan bangun (stadion baru persija) jadi kayak di Old Trafford. Kan dekat sekali. Yang di cari adalah pengalamannya. Experience datang ke stadion. Di situ itu yang tak pernah bisa tergantikan."-Sandiaga Uno, Wakil Gubernur DKI Jakarta-

Sepak bola seolah menjadi obat pelipur lara bagi masyarakat Indonesia di tengah kepenatan dan berbagai problem pelik yang tengah dihadapi negeri ini. Lupakan isu SARA yang bertebaran di media sosial, lupakan pribumi non pribumi, lupakan kasus korupsi berjamaah EKTP yang melibatkan banyak pihak, lupakan impor beras di tengah klaim Indonesia akan swasembada pangan. 

Ketika timnas bermain, yang ada hanya satu bendera merah putih dengan hentakan suara "Indonesia !!" yang menggema di seisi stadion dari masyarakat bersatu. Bisa di bilang, sepak bola menjadi alat pemersatu bangsa yang paling ampuh ditengah hoax yang bersifat memecah belah.

"PSSI tidak boleh berurusan dengan politik. Untuk pilkada Sumatra Utara, saya tidak memanfaatkan PSSI " --Edy Rahmayadi, Ketua Umum PSSI.  

Syarifudin Sudding politisi yang pernah menjabat Waketum PSSI
Syarifudin Sudding politisi yang pernah menjabat Waketum PSSI
Sepak bola dan politik di Indonesia merupakan hal yang sesungguhnya berdekatan, namun sangat di haramkan. Statuta FIFA pun sangat mengharamkan Federasi sepak bola suatu negara menjadi kendaraan sebuah kendaraan politik untuk meraup kekuasaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun