Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tunduk Bukan Tertindas

28 November 2021   18:28 Diperbarui: 28 November 2021   18:32 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


DI dunia ini, kita boleh bangga dengan semua label yang kita sandang. Bangga dengan kekayaan, gelar, jabatan, ketenaran, penghargaan, serta sederetan prestise lainnya. Tapi ingat, jangan sampai kita terlena. Jangan sampai gelap mata hingga kita lupa kepada yang maha pemberi nikmat.

Semua yang kita anggap adalah miliki kita dan bangga akan hal itu, sesungguhnya hanyalah titipan. Sementara yang lain mengatakan itu hanyalah ujian. Sebab, tidak ada yang benar-benar kaya, benar tinggi jabatannya. Karena semua yang disandang, selain sifatnya yang sementara juga akan berganti seiring berjalannya waktu.

Tetap langitkan doa, agar pemberian itu memiliki manfaat bagi sesama. Karena bagaimana pun, sabang hari kalau bukan dia yang meninggalkan kita, kitalah yang meninggalkannya. Bukankah kita kaya dengan literatur sejarah. Kita mengetahui kisah Fir'aun dan kisah karung. Nama-nama itu merupakan orang kaya dan tenar di zamannya. Tapi karena lupa kepada yang maha pemberi, bahkan sikap sombongnya yang melampaui penciptanya, jadilah hidupnya sungguh terhina.

Ingatlah, perubahan itu pasti. Sama seperti sewaktu kita beranjak dewasa. Kala itu kita dengan susah payah hanya untuk berjalan. Ibu kita dengan limpahan kasih sayangnya menuntun kita dengan cintanya. Yang pada akhirnya kita benar-benar bisa berjalan hingga berlari menembus hari.

Sebagaimana Heraclitus  dengan penta re-Nya, bahwa semua akan berubah. Dan yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Perubahan hanya dibedakan dua hal secara garis besar. Perubahan lambat atau di kenal dengan sebutan evolusi. Sementara perubahan yang ke dua adalah perubahan cepat atau di kenal dengan sebutan Revolusi.

Jadi pada pemilik semesta, kita wajib patuh, tunduk, lalu berserah diri atas semua yang kita perjuangkan. Tapi kepada sesama manusia kita harus berani mengatakan kebenaran jika itu benar. Kita tidak boleh tunduk pada sesuatu yang salah atau bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Karena membiarkan sesuatu yang salah itu terus terjadi, maka sesungguhnya kita adalah bagian dari kesalahan itu.

Maka jangan pernah berhenti untuk merapalkan nilai ketuhanan yang harus terus mewujud dalam tindakan. Karena dengan begitu, kita telah menjadi manusia yang sesungguhnya. Sebab, tuhan menganjurkan, sebaik-baiknya manusia adalah yang memberi manfaat pada semesta. Tak perlu risau akan kemilauan dunia yang sementara. Bersabarlah dalam bertindak, karena hanya dengan tindakan semua bisa diharapkan.

Yang terpenting tunduk bukan tertindas. Karena ada saatnya kita meresapi dan merayakan semua pencapaian yang ada. Dan ada saatnya kita kembali melangkah untuk menuntaskan misi yang belum terjawab. Satu langkah pertama akan menentukan langkah berikutnya. Maka teruslah melangkah dan bertindak.

Karena satu kali tindakan akan jauh lebih berarti dibandingkan dengan seribu nasehat. Sepakat?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun