Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Muhtar dalam Merawat Tradisi Maritim di Bumi Nggahi Rawi

9 September 2020   21:26 Diperbarui: 10 September 2020   04:21 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pembuatan kapal (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Dia sedang berdiskusi dengan pak Haji pemilik kapal sembari melihat-lihat dan mengarahkan beberapa pekerja yang sedang memaku badan kapal, ketika saya menghampirinya. Ingatannya tentang ruang samudra masih terawat dengan rapi hingga kini. 

Tidak banyak orang seperti dirinya yang memiliki pengalaman yang luas tentang pengetahuan mengenai pelayaran. Masa mudanya telah ia habiskan berlayar dengan beragam kapal menelusuri ragamtempat di tanah air.

Raden't Success Forever (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Raden't Success Forever (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Dialah Muhtar, dirinya berhenti sekolah ketika masih duduk di kelas dua sekolah dasar. Dia telah berpindah banyak kampung, sebelum benar-benar menetap di pesisir desa Hu'u, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu NTB. 

Pengalamannya membuat kapal dan ilmu pelayaran yang ia dapatkan sejak masih usia muda, kini mulai diwariskan kepada anak-anaknya.

Pengetahuan Muhtar tentang membuat kapal dengan berbahan kayu didapatnya sejak ia memutuskan merantau dan meninggalkan kampung halamannya di desa Rompo, kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima. 

Ia bercerita ketika pertama kali memberanikan diri untuk bekerja di banyak kapal orang Bugis, walaupun dia sendiri adalah keturunan Bugis dari kampung pesisir Sorong, di ujung timur pulau Sumbawa.

Muhtar bersama rekan-rekan membuat kapal (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Muhtar bersama rekan-rekan membuat kapal (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Muhtar merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara. Dirinya pertama kali berlayar menuju Banjarmasin di usia 25 tahun dengan kapal Toti Mori yang memuat bawang merah. Muhtar memutuskan pergi dari kampung halamannya, ketika dirinya akan dijodohkan dengan keluarganya sendiri. 

Saat saya bertemu dengannya, Muhtar nampak sederhana dan hanya mengenakan sarung saja, lalu ia pun berkisah  tentang perjodohan itu, "Waktu itu, saya hanya ingin cari pengalaman, dan itu pun bermodalkan beberapa bungkus rokok. Bahkan saya bawa uang beberapa Rupiah saja. Soalnya ketika itu saya juga mau dijodohkan dengan pihak keluarga. Namun pihak keluarga ada yang setuju tapi ada pula yang menolak, daripada keluarga ribut lebih baik saya menjauh", ujarnya.

Muhtar dengan kapal-kapal buatannya (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Muhtar dengan kapal-kapal buatannya (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Ketika dirinya berada di kota Banjarmasin, ia mulai memiliki banyak kenalan. Baginya hanya kejujuran yang menjadi pondasi hidupnya ketika berlayar dan mengangkut berbagai jenis barang di atas kapal. 

Bahkan pada saat berlayar, dirinya sering memasakkan makanan buat anak buah kapal yang lain. Berkat kejujuran dan kerja kerasnya itulah, membuat dirinya disenangi oleh para pemilik kapal, di mana pun ia singgah dalam membawa barang bersama kapal tempatnya bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun