Hari Ahad sudah Lewat
Tanggal enam November 2022 bertepatan dengan hari Ahad. Cuaca cerah membuat hidup lebih bergairah. Aktivitas hari libur kerja berbeda dengan hari-hari biasa. Pagi hari saya masih asyik di depan laptop. Menjelang pukul delapan saya mengantarkan istri tercinta ke pasar induk Penajam.
Sejak semalam istri tercinta sudah merencanakan untuk membeli ini dan itu. Tadi pagi sebelum berangkat juga berbicara lagi terkait keperluan dapur yang akan dibelinya. Salah satu benda atau barang yang akan dibeli adalah kertas yang mengandung lem untuk menangkap lalat.
Beberapa hari terakhir cukup banyak lalat yang beterbangan di sekitar meja dapur. Tentu ada rasa jijik atau kurang nyaman saat makan dikerubuti lalat yang bersayap hitam itu. Bukan hanya hinggap pada makanan, lalat-lalat nakal itu juga hinggap pada anggota badan. Hal ini tentu membuat risih.
Sepeda motor saya jalankan dengan kecepatan sedang. Tiba di dekat parkiran sepeda motor, istri turun dari boncengan. Saya jalankan sepeda motor lagi untuk menyusuri jalan pulang. Sebelum meninggalkan lokasi pasar induk Penajam yang cukup luas, saya sempat melihat orang berjualan dengan mobil yang berada di antara dua jalur jalan. Mereka memanfaatkan lahan yang agak lebar untuk memarkir mobil dan menggelar dagangannya. Ada beberapa pedagang buah dan penjual minuman semacam cendol dengan mobil itu.
Beberapa pembeli tampak memarkir kendaraan semaunya di dekat pedagang yang "memakan" jalan umum itu. Saya kurang paham mengapa ada orang berjualan menggunakan lahan yang seharusnya untuk lalu lintas pengunjung pasar.Â
Sepeda motor saya parkir agak jauh dari lokasi pedagang bermobil itu. Posisi agak di tepi. Saya sedang menunggu pedagang burjo (bubur kacang ijo) Â yang biasa mangkal di pinggir jalan dekat trotoar. Baru beberapa menit saya menunggu, terlihat sang pedagang dari Petung itu muncul dengan senyum.
Ia mengenakan kaos berwarna merah dan celana panjang hitam. Dengan cekatan ia standarkan sepeda motornya dan menyiapkan barang dagangannya. Perlahan saya mendekati tempat ia berjualan.
"Dua bungkus, Pak Lik!"
Tangan terampil pedagang itu segera beraksi. Plastik tempat menampung burjo disiapkan. Alat untuk memasukkan racikan burjo dipasang agar burjo tidak tumpah atau berhamburan saat dimasukkan ke dalam plastik putih seukuran plastik gula satu kilogram.
Ada dua orang calon pembeli yang mendekat. Keduanya merupakan pengemudi dan kernet truk yang berhenti di belakang sepeda motor penjual burjo itu. Setelah dua bungkus burjo selesai diracik, saya mengulurkan satu lembar uang berwarna hijau. Uang kembalian dua lembar dua ribuan segera saya terima.