Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hukum Minimum Liebig dan Negaraku

12 Mei 2020   04:52 Diperbarui: 12 Mei 2020   05:04 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Mari kita selalu bersyukur karena kita selalu memperoleh nikmat yang banyak, dengan mengucapkan alhamdulillahi rabbal alamiin. Mari kita juga selalu berselawat kepada nabi, Allahumma shaliala muhammad. Selalu bersyulur menjemput nikmat Allah yang lain. Selalu berselawat kepada nabi membuat Allah ridho kepada kita. Tulisan ini mengajak merenung sedikit tentang hukum minimum Liebig.

Kondisi aktual 

Belakangan kita disuguhi oleh kondisi dunia dan negara kita yang sedang dilanda pandemi Covid 19. Serangan covid 19 bermula dari Wuhan China. Setelah itu pandemi ini menyebar ke seluruh dunia. Berbagai negara menerapkan berbagai kebijakan, ada yang menerapkan "lock down" tetapi ada juga yang PSBB. Apapun kebijakan semua ada plus minusnya. Yang minus inilah sering lebih menonjol dari yang plus. 

Hukum minimum
Ada seorang profesor Jerman yang menemukan hukum yang menentukan produktivitas suatu kumpulan orang, nutrisi makanan, suatu organisasi. Hukum ini dia beri nama *Hukum minimum*.

Beginilah yang terjadi di masyarakat kita, bangsa kita, atau juga kelas pada sekolah atau Universitas kita. Dalam ilmu gizi, dikenal ada empat sehat lima sempurna. Dalam ilmu tanah dan agronomi dikenal unsur hara esensial. Dalam ilmu manajemen SDM dikenal ada motivasi dan demotivasi.

Dalam agama juga dikenal juga kekuatan orang miskin mempengaruhi kekuatan superpower. Doa orang miskin dan fakir mengguncang arasy.  Karena itu agama islam mengkampanyekan agar menyantuni anak yatim dan memberi makan orang miskin.

Saya juga memperhatikan dinamika itu pada kalian para mahasiswa saya. Yang rajin banyak, yang sedang banyak, yang kurang rajin dan gak peduli juga tidak sedikit. Saya juga memperhatikan di masyarakat kita. Ada penduduk yang kerja keras tetapi hasilnya biasa biasa saja. Ada juga yang biasa biasa aja tetapi hasilnya luar biasa. Mereka mengambil hak rakyat tanpa ada rasa bersalah.

Saya menjadi semangat oleh mahasiswa yang rajin, saya jadi makin suka berkorban. Tetapi saya juga berfikir untuk tidak terlalu semangat alias biasa biasa saja berkah dari yang gak aktif, gak peduli. Mungkin begitu juga dengan masyarakat kita. Ada yang tidak peduli, ada yang peduli dengan semua keadaan. Pertamina misalnya belum sempat mengkomunikasikan apakah akan menurunkan harga BBM yang ditunggu tunggu oleh rakyat.

Prilaku rakyat kita tergambar juga pada mahasiswa saya. Jika orang seminar dia gak ikut. Jika orang kuliah online pakai zoom, dia gak ikut. Jika orang nyetor tugas dia gak ikut. Jika orang submit UTS dia juga diam saja. Saya berterima kasih kepada orang tipe begini. Karena mereka membuat saya berdecak kagum. Semoga tidak banyak yang begini pada kumpulan mahasiswa saya. Dan tidak banyak ditemui di kalangan masyarakat di negara beta.

Tapi itulah gambaran hukum minimum Liebig sang profesor Jerman itu. Selamat berpuasa, tahajud dan makan sahur. Tetap semangat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun