Nasi sudah menjadi bubur. Berharap timnas U-23 melanjutkan trend positif dengan bermain impresif, nyatanya harapan tinggal harapan.
Saat usai laga penggawa Garuda U-23 membantai China Taipei, saya sudah memberikan catatan bahwa beberapa pemain masih tetap dalam zona tidak cerdas intelegensi hingga akhirnya melakukan tindakan yang jauh dari cerdas psrsonaliti.
Untuk itu, saat meladeni Palestina, sejatinya pelatih wajib memasang kompsisi pemain terbaik, sama seperti saat menghadapi China. Terlebih yang dihadapi adalah tim sekelas Palestina yang lebih unggul postur dan cerdas segalanya.
Mengapa pelatih berani-beraninya bertindak seperti pelatih timnas U-19 yang senang dengan gaya rotasi pemain meski semua laga adalah genting.
Malam ini, pelatih asal Spanyol ini benar-benar menghancurkan hati rakyat Indonesia dengan bermain-main sok-sokan rotasi pemain.Â
Asian Games yang sudah ditunggu begitu lama, saat laga dan sepenuhnya seluruh rakyat Indonesia menunggu prestasi sepakbola di Asian Games, ternyata Luis Milla tak ada bedanya dengan Indra Syafri.
Tengok di pertandingan sebelah. Hongkong juga membantai China Taipei. Artinya, Hongkongpun siap menerkam Indonesia.Â
Mengapa ada kesempatan meraih poin, berlaga bermain strategi dengan rotasi! Apa yang terjadi, pemain cadangan yang tadi Anda turunkan, bukan levelnya meladeni Palestina!
Andai yang pegang tim Fakhri Husaini, tak mungkin Fakhri ambil risiko dan melepas kesempatan meraih poin demi memgamankan langkah ke babak berikut.
Malam ini Anda tidak cerdas Milla. Sangat mengecewakan! Memang masih ada dua laga. Tapi masih ada Hongkong dan Laos yang tentu juga tidak mudah dikalahkan.Â
Yah, berharap pemain bermain lebih cerdas, malah pemain cadangan yang diturunkan. Jadi siapa yang harus lebih cerdas. Jauh-jauh dari Spanyol lho.Â
Sudah gelaran Asian Games, masih main-main!