Salam terhangat teruntuk rekan-rekan Perwira TNI dan PNS TNI yang sangat tercinta... Dalam seleksi dunia kerja, umumnya perusahaan-perusahaan maupun instansi pemerintahan melakukan proses seleksi calon karyawan atau calon pegawai bahkan calon pejabat negara, dengan menggunakan salah satu model yakni wawancara. Di mana sang calon pegawai, karyawan maupun calon pejabat tersebut diwawancarai oleh satu pewawancara atau tim (lebih dari dua orang pewawancara) untuk memastikan kompetensi dan kemampuan intelektual, kecakapan lisan dan keluwesan tubuh dari orang-orang yang diseleksi. Dalam konteks itu, wawancara menjadi sangat penting maknanya, karena umumnya juga menjadi tahap akhir untuk sebuah penyeleksian lowongan kerja atau jabatan.
Salah satu cara untuk menggali atau mendapatkan sumber berita yakni dengan melakukan wawancara. Wawancara adalah proses kegiatan liputan jurnalistik yang diadakan untuk mendapatkan sumber data/berita primer mengenai sebuah masalah atau kejadian dari para narasumber yang berkompetens. Sangat jelas, untuk membuat berita yang bermutu baik, jurnalis tidak cukup mengandalkan hanya dengan cara pengamatan langsung di lapangan atau yang biasa disebut sebagai reportase. Tetapi juga harus diikuti dengan penjelasan-penjelasan dari berbagai pihak yang mengetahui mengenai duduk persoalan, kejadian atau peristiwa. Dalam dunia hukum, kita mengenal saksi. Saksi-saksi inilah yang dalam proses persidangan hukum, kerap kali menjadi kunci bagi para hakim memutuskan keputusan hukum tetap.
Dalam bidang jurnalisme, saksi-saksi mata yang melihat langsung sebuah kejadian, mengetahui mendalam mengenai sebuah perkara (para pakar atau ahli), adalah pihak-pihak yang sangat layak dijadikan narasumber. Narasumber merupakan orang yang dinilai paling berkompetensi dalam memberikan berbagai keterangan mengenai sebuah kejadian atau kasus, karena yang bersangkutan menyaksikannya langsung, bahkan terlibat langsung atau menjadi pelaku. Namun bisa juga mereka ini menguasai masalah-masalah kehidupan, misalkan ia seorang ahli komputer dan lain sebagainya.
Kegiatan wawancara berfungsi untuk mendapatkan data, fakta, komentar dan keterangan pokok sebagai pendukung keobjektivitas berita. Karena keterbatasan wartawan, entah dalam hal jumlah maupun ruang geraknya, mengakibatkan banyaknya peristiwa yang luput dari perhatian para jurnalis. Inilah yang menyebabkan kenapa para wartawan tidak bisa menyaksikan secara langsung peristiwa awal sebuah kecelakaan lalu lintas, kebakaran dan kasus-kasus spontanitas atau insidental lainnya. Untuk itu, melakukan wawancara dengan orang-orang yang menyaksikan langsung atau dengan para korban kecelakaan lalu lintas dan kebakaran di atas, menjadi sangat penting dan utama, dalam membantu keobjektivitasan membuat berita.
Wawancara juga berfungsi sebagai bentuk konfirmasi atas kebenaran sebuah informasi. Dalam dunia wartawan, ada istilah check and balance serta recheck atau istilah lainnya verivikasi. Adalah tuntutan yang harus dilakukan oleh para wartawan untuk selalu mengkonfirmasi ulang kebenaran sebuah berita/informasi kepada para narasumber atau pihak-pihak yang berkompetens. Berita dibuat harus berlandaskan pada data dan fakta, bukan hasil opini penulisnya, maka prinsip mengakomodasi kepentingan dua belah pihak menjadi prasyarat mutlak dalam menghasilkan berita yang netral.
Ditinjau dari sisi fungsinya, ada tiga jenis wawancara. Pertama, wawancara berita faktual. Kedua, wawancara pribadi. Ketiga, wawancara biografi. Sedangkan berdasarkan situasi dan kondisinya, ada 6 model wawancara:
Pertama, wawancara terjadwal (teragenda). Kedua, wawancara insidental (spontanitas). Ketiga, wawancara bersama. Keempat, wawancara dalam jumpa pers. Kelima, wawancara jalanan. Keenam, wawancara per telpon dan atau melalui surat-menyurat (email, surat dll).
Persiapan umum menghadapi wawancara: Pertama, persiapan pengetahuan. Kedua, persiapan peralatan. Ketiga, persiapan mental. Ketiga jenis persiapan prawawancara itu sangat menunjang kesuksesan seseorang dalam melakukan tugas wawancara. Wawancara yang sudah terencana dan terskenario dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan kegiatan wawancara yang mengasyikkan. Acap kali banyak jurnalis pemula yang grogi alias kurang percaya diri ketika mewawancarai para tokoh. Entah tokoh politik, artis, pengusaha, ulama terkenal, pakar maupun tokoh-tokoh Internasional.
Untuk mengatasi masalah ketidakpercayaan diri dalam melakukan wawancara, ada baiknya setiap jurnalis maupun pewarta warga (citizen journalism) harus mempersiapkan segala persiapan yang harus dilakukan.
Berikut ini, adalah jurus jitu yang bisa Anda terapkan ketika melakukan wawancara dengan narasumber (tokoh nasional maupun Internasional):
Pertama, carilah seluruh jejak rekam (track record) mengenai sosok yang ingin Anda wawancara. Baik profilnya (kepribadian, keluarganya, kesukaannya dll), gagasan (pemikirannya) maupun prestasi menonjol yang dimiliki.