Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Generasi Phi, Milenial Pengubah Bangsa

6 Februari 2018   16:13 Diperbarui: 11 Februari 2018   14:22 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Dengan latar belakang pengaruh perang dunia II (PD II) pakar Sumber Daya Manusia (SDM) membagi generasi dalam generasi X, Y, Z dan baby boomers. Namun taksonomi ini tidak sepenuhnya berlaku di negara yang mengalami peristiwa politik yang berbeda. Sehingga penulis menyebutkan taksonomi generasi Indonesia dengan penyebutan yang berbeda.

Ada tiga kelompok generasi yang penulis sebutkan yaitu generasi tetha (), generasi phi () dan generasi Neo-Alpha (). Penyebutan generasi phi () berdasar abjad Yunani kuno yang  menyimbolkan harmoni dan kesempurnaan. Dalam ilmu Biologi dan Matematika, huruf phi () juga merepresentasikan angka irasional yang mewakili generasi milenial yang kerap dianggap irasional dalam bertindak (halaman 5).

Generasi phi ini tumbuh besar di era pasca reformasi. Mereka memiliki doktrin politik yang tidak sekuat pada generasi sebelumnya. Generasi phi () cenderung mudah untuk memindahkan afiliasi politis mereka dari satu ideologi ke ideologi lain.

Buku ini ditulis berdasarkan riset. Hasilnya cukup mengejutkan dan banyak kesimpulan yang berbeda dengan pandangan umum. Contohnya, hasil riset menyatakan bahwa globalisasi tidak membuat anak muda Indonesia menjadi indukan individualistis tetapi justru semakin komunal. Buktinya adalqh mereka sering mengadakan berbagai kopdar dan reuni lintas komunitas. (Halaman 41). Ini kan berbeda dengan pandangan umum tentang generasi milenial yang kita anggap terkena paparan globalisasi membuat mereka tidak produktif, individualistis, kecanduan gawai atau persepsi negatif lainnya.

Banyak pergeseran kultur yang terjadi pada generasi phi (). Contohnya gengsi. Di generasi senior, gengsi adalah komparasi style yang lebih mendekati style masyarakat kalangan atas atau borjuis. Masyarakat kalangan bawah dan menengah pun berusaha meniru masyarakat kalangan atas. Namun pada generasi phi () , gengsi adalah berpenampilan dan cara berpikir yang anti mainstream.

Kultur mereka juga melabrak kultur yang terjadi pada generasi sebelumnya. Misalnya mereka menjalankan bisnis kedai kopi yang memiliki program mengedukasi konsumen tentang kopi Indonesia. Berbeda dengan kultur bisnis yang ada sebelumnya yang pelit dengan informasi. Bahkan mereka tidak menggubris nilai sales contohnya di masyarakat adanya edukasi tentang cara membuat keju sendiri yang secara logika ekonomi justru sangat beresiko memunculkan pesaing mereka sendiri. Atau pada kebun roti 'Sourdough' yang memiliki antrian yang sangat panjang dimana konsumennya justru sengaja dibuat susah payah dengan membawa kotak Sendiri untuk menikmati roti karena penjualnya tidak menyediakan wadah serta tas plastik.  Semua yang serba tidak biasa dan aneh bila parameternya adalah pola berbisnis yang selama ini dijalani oleh generasi seniornya.

Membaca buku ini bersiaplah untuk mendapatkan hasil riset yang akan bertentangan dengan persepsi kita tentang generasi muda. Namun perbedaan itu bisa jadi ajakan penulis untuk memandang generasi muda dengan positive thinking. Kekurangannya, buku ini banyak memuat istilah-istilah riset yang membuat orang awam bukan berkecimpung didunia penelitian atau riset cukup mengganggu sehingga perlu memahami arti katanya sebelum memahami apa yang tertulis di buku

Buku ini sangat layak untuk dibaca siapa saja terutama perusahaan, sekolah, dan orang tua sebagai informasi tentang karakteristik generasi phi. Perbedaan generasi bisa membuat jarak dan memancing persepsi yang salah tentang mereka. Berlandaskan riset yang dilakukan oleh biro riset anak muda Indonesia melalui Youth Laboratory Indonesia, penulis memaparkan bukti empiris hasil riset di lapangan sehingga hasilnya mendekati kebenaran. Penulis juga mengajak generasi muda yang dapat bangkit dan berani secara positif menghadapi tantangan zaman dari siapapun dan memotivasi generasi muda untuk bersemangat menjadi generasi phi, milenial pengubah Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun