Mohon tunggu...
LCN Dua Tujuh Delapan
LCN Dua Tujuh Delapan Mohon Tunggu... Editor - Editor yang haus pengetahuan

Soar to the sun crossing the sea

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan Strategis Intelijen AS terhadap Ancaman "Global Warming/Climate Change" dan Ramalan "Tenggelamnya" Jakarta

11 Agustus 2021   13:50 Diperbarui: 11 Agustus 2021   14:01 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Direktur Badan Intelijen Nasional Dan Coats dan Direktur  FBI, CIA dan  Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat pada saat mengikuti kegiatan pembahasan the Worldwide Threat Assessment sebelum mengadakan rapat bersama Senat Amerika Serikat,2019 . Credit: Saul Loeb/AFP/Getty

"Komunitas Intelijen AS memperingatkan tentang isu perubahan iklim
yang akan menjadi ancaman global baru dan sangat berpengaruh terhadap hajat hidup umat manusia. Bencana alam tersebut meliputi cuaca ekstrim, kekeringan, banjir bandang, kebakaran hutan, dan naiknya permukaan air laut yang akan merusak fasilitas infrastruktur, kondisi kesehatan dan keamanan global”


1. Bahaya “Global Warming” dan “Climate Change”.

Ancaman perubahan iklim telah menjadi salah satu musuh utama yang berpotesi berpengaruh terhadap kelangsungan hidup umat manusia di masa depan. Belajar dari kemunculan wabah pandemik Covid-19 yang selalu bermutasi dan menjadi musuh bersama (Common Enemy) umat manusia saat ini, faktor alam adalah salah satu penyebab merebaknya wabah pandemik dunia yang masih belum berakhir dalam kurun waktu 1.5 tahun belakangan ini. Dimana, salah satu teori kemunculan pademik Covid -19 dengan segala mutasinya adalah ketidakseimbangan ekosistem serta kerusakan lingkungan yang masif. Sehingga virus yang telah lama berhibernasi di tubuh kelelawar  dan trenggiling yang dikonsumsi oleh penduduk Wuhan, RRT sebagai makanan tradisional, telah bermutasi secara radikal menjadi virus yang sangat mematikan yang mampu menular yang berawal dari Animal To Human, menjadi Human To Human, akibat dari adanya mutasi genetis pada tubuh kelelawar yang mampu merubah kemampuan Imunity Survivability Virus dalam merespon perubahan alam yang terjadi di habitat alam bebas. 

Gambar 2. Visualisasi Asal Muasal dan Mutasi Virus Covid-19 di awal pandemik yang awalnya “Animal to Human” menjadi “Human To Human”  (Courtesy : International Journal of Corona Virus, Shilpi Gupta 1  Hoda Elkhenany 3   Prabhat Kumar 2   Faten A. Okda 4  1Division of Molecular Genetics & Biochemistry Lab, National Institute of Cancer Prevention and Research (NICPR), I-7, Sector-39, Noida, India.2Stem Cell and Cancer Research Lab, Amity Institute of Molecular Medicine & Stem Cell Research (AIMMSCR), Amity University Uttar Pradesh, Sector-125, Noida, India. 3Department of Surgery, Faculty of Veterinary Medicine, Alexandria University, Abees 10, Alexandria, Egypt.4National Research Center, Dokki, Egypt.)
Gambar 2. Visualisasi Asal Muasal dan Mutasi Virus Covid-19 di awal pandemik yang awalnya “Animal to Human” menjadi “Human To Human”  (Courtesy : International Journal of Corona Virus, Shilpi Gupta 1  Hoda Elkhenany 3   Prabhat Kumar 2   Faten A. Okda 4  1Division of Molecular Genetics & Biochemistry Lab, National Institute of Cancer Prevention and Research (NICPR), I-7, Sector-39, Noida, India.2Stem Cell and Cancer Research Lab, Amity Institute of Molecular Medicine & Stem Cell Research (AIMMSCR), Amity University Uttar Pradesh, Sector-125, Noida, India. 3Department of Surgery, Faculty of Veterinary Medicine, Alexandria University, Abees 10, Alexandria, Egypt.4National Research Center, Dokki, Egypt.)


Kegiatan harian yang berupa eksplorasi pertambangan, eksploitasi alam, penggundulan hutan untuk alih fungsi lahan perkebunan industri, industrialisasi, aktifitas ekonomi dalam rangka persaingan ekonomi global antar negara maju dan berkembang, perlombaan teknologi militer, pergerakan manusia dengan menggunakan sarana transportasi antar benua hingga penjelajahan luar angkasa, industrialisasi global konsumerisme yang menghasilkan gaya hidup modern hedonis yang telah berimplikasi negatif terhadap  lingkungan hidup, perubahan secara drastis dalam komposisi udara di atmosfer, urutan rantai makanan, keberlangsungan habitat/ ekosistem alam bebas, kualitas dari lingkungan hidup, ketersediaan hutan sebagai paru-paru dunia dan habitat liar makhluk hidup serta ekologi dunia yang berfungsi sebagai penyeimbang dan penjamin ketersediaan oksigen alami sebagai material udara telah mengalami pergeseran (kerusakan), sehingga mengancam  keberlangsungan makhluk hidup di planet bumi. Karena saat ini produsen oksigen sekaligus berperan sebagai “Paru-Paru Utama di Dunia” adalah hutan-hutan yang berada di wilayah garis ekuator (hutan tropis) serta hutan-hutan yang berada di iklim sub tropis. 


Peningkatan aktifitas pembakaran energi fosil sebagai penyedia utama energi penyokong aktifitas manusia, akan menambah komposisi CO2 di lapisan udara (Atmosfer) sehingga mengakibatkan sinar ultraviolet yang teradiasi dari matahari ke permukaan bumi tidak bisa menembus kembali lapisan stratosfer. Fenomena ini akan menaikkan suhu permukaan udara di bumi. Dengan adanya kenaikan suhu permukaan per tahun hingga 5 derajat celcius, maka akan berpotensi mencairkan es yang berada di kutub Utara dan Selatan Bumi.

Penelitian dari para ilmuwan NASA menyebutkan bahwa indeks kenaikan temperatur global saat ini telah mengalami kenaikan secara drastis dengan total kenaikan rata-rata sebesar 4 sampai dengan 7 derajat Celcius. Angka ini telah melebihi kenaikan temperatur rata-rata yang terjadi selama kurun waktu 5000 tahun. Di kisaran waktu seabad yang lalu, temperatur dari iklim global telah mengalami kenaikan sebesar 0.7 derajat Celcius, sepuluh kali lebih cepat dari masa periode glasial (Masa Pleistosens).   

Gambar 3.  Data yang ditampilkan oleh Satelit NASA yang menunjukkan kenaikan temperatur pada suhu dan iklim global (Courtesy:earthobservator.NASA)
Gambar 3.  Data yang ditampilkan oleh Satelit NASA yang menunjukkan kenaikan temperatur pada suhu dan iklim global (Courtesy:earthobservator.NASA)

Akibat dari kenaikan suhu iklim bumi yang sangat drastis, kemunculan fenomena alam cuaca ekstrim, indeks presipitasi curah hujan yang tinggi, serta ancaman tenggelamnya pulau-pulau kecil atau negara-negara di sekitar Pasifik dan Polinesia serta beberapa pulau di Indonesia akibat dampak mencairnya  pulau atau benua es di kutub baik di belahan bumi Utara dan belahan bumi Selatan tidak dapat dielakkan lagi. Bahkan, diprediksi oleh para ilmuwan jika permasalahan “Global Warming”atau “Climate Change” ini tidak ditindaklanjuti secara serius, maka kota-kota besar yang terletak di bibir pantai atau di tepi pantai di seluruh dunia akan tenggelam akibat naikknya permukaan air laut. Dengan kenaikan suhu bumi dua derajat Celcius saja, 20 persen populasi dunia harus bermigrasi menjauhi garis pantai. Hal ini karena naiknya permukaan laut akibat es yang mencair di daerah kutub, termasuk New York, London, Rio de Janeiro, Kairo, Kalkuta, Jakarta, dan Shanghai (dilansir dari the Guardian, Senin 8/2/2016).

Tentu saja dengan adanya ancaman bencana alam yang tidak bisa dibendung, akan memberikan efek lanjutan migrasi besar-besaran puluhan juta penduduk dunia akibat tenggelamnya sebagian atau keseluruhan daratan atau kota besar di dunia yang berpotensi menimbulkan konflik bersenjata, perubahan geopolitik dan strategis dunia, peperangan atau persaingan perebutan lahan untuk bertahan hidup dan pertanian,  bahan pangan, tempat aman, sumber daya alam bersifat pangan dan ketersediaan air bersih serta perubahan secara radikal peta politik dunia. Karena adanya migrasi besar-besaran penduduk untuk mendapatkan akses kehidupan bertahan hidup (survival’s lifes acces).


2. Perubahan Analisa Strategis Intelijen Amerika Serikat.

Pada saat memberikan sambutan di pertemuan Agensi Keamanan Dalam Negeri dan Komunitas Intelijen Amerika Serikat pada tanggal 27 Juli 2021. Dalam pidatonya Presiden Joe Biden menyampaikan bahwa Amerika Serikat harus bekerja sama dengan negara-negara kompetitor yang bahkan berpeluang besar menjadi “Mortal Competitors Down The Road “, seperti RRT dan Rusia, dalam menghadapi “The Existensial Threats” yaitu perubahan iklim  dan pemanasan global. Karena terbukti terjadi perubahan iklim yang sangat ekstrem yang berakibat pada munculnya gelombang panas yang melanda belahan bumi Eropa-Amerika Serikat-Australia yang menyebabkan kabut asap akibat dari kebakaran hutan lahan hingga ke pemukiman penduduk. Bencana banjir bandang di negara Belanda, Jerman, dan Belgia yang telah menghancurkan beberapa desa serta menelan ratusan korban jiwa.

Hilangnya peradaban di wilayah terdampak akibat dari banjir bandang disertai longsor di beberapa belahan dunia yang melanda benua Eropa dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun. Dan yang paling fatal adalah ancaman tenggelamnya benua-benua es di kutub Utara – Selatan akibat pemanasan global yang berpotensi menaikkan permukaan laut hingga beberapa meter di atas daratan, sehingga memunculkan potensi krisis pangan dan keterbatasan ketersediaan air bersih untuk penghidupan (food and water insecurity) yang merupakan dampak dari perubahan iklim dan pemanasan bumi. Hal tersebut dianalisis bisa memicu kemunculkan konflik bersenjata atau krisis kemanusiaan baru. Akibat dari perebutan tempat atau wilayah dengan sumber daya alam untuk hidup, serta wilayah yang lebih aman dari serangan bencana alam yang berupa tenggelamnya daratan karena berada di bawah permukaan air laut.

Gambar 4. Ancaman Faktual Akibat Perubahan Ilkim (Courtesy : https://globalchange.umich.edu/globalchange1/current/lectures/dangerous_climate/dangerous
Gambar 4. Ancaman Faktual Akibat Perubahan Ilkim (Courtesy : https://globalchange.umich.edu/globalchange1/current/lectures/dangerous_climate/dangerous


Prediksi awal jika air laut pasang atau naik adalah tenggelamnya negara-negara di pesisir pantai utara Afrika yang akan memaksa terjadinya perang saudara. Selain itu adalah terjadi perubahan Geo Politik, Geo Strategis, Geo Ekonomi, dan Geo Spasial yang sangat radikal karena Rusia akan kehilangan sebagian besar atau keseluruhan wilayahnya di belahan benua Arktik /Siberia yang akan memicu migrasi penduduk yang berada di sekitarnya , begitu pula RRT yang saat ini menjadi negara adidaya baru akan terkena dampak langsung dari sisi alam dan sosial sehingga berpengaruh terhadap kebijakan ketahanan dan kemanan dalam negrinya.

Tentu saja, ancaman “Climate Change/Global Warming” bukanlah suatu ancaman yang dipandang menjadi ancaman lingkungan hidup saja. Tetapi ke depan, jika kenaikan air laut akan terjadi secara drastis, maka dipastikan kebijakan strategis negara, doktrin strategis pertahanan serta politik Luar Negeri AS harus disesuaikan dengan perubahan Poros Ancaman Non Konvensional yang berupa perubahan iklim dan kenaikan suhu bumi yang tentu akan sangat berpengaruh terhadap Keamanan Dalam Negeri AS dalam kurun waktu 5, 10, 15 hingga 25 tahun ke depan.

Perubahan kondisi geografis di belahan bumi akan memindahkan poros proyeksi kekuatan utama serta armada militer untuk pertahanan AS serta membentuk poros potensi ancaman baru yang datang. Hal ini wajib untuk diantisipasi secara dini, karena krisis lingkungan hidup dan bencana alam yang hebat akan memicu terjadinya konflik baru bahkan konflik bersenjata atau krisis kemanusiaan, dihadapkan dengan kondisi geografis dunia yang telah berubah secara radikal akibat bencana alam yang meluas. Bahkan dalam pidatonya tersebut, Joe biden memberi prediksi bahwa dalam kurun waktu 10 tahun Ibukota Jakarta akan "tenggelam" akibat  dari kenaikan suhu permukaan bumi dan naiknya permukaan air laut.  Hal inilah yang sangat menarik, karena sebegitu banyaknya kota-kota besar di dunia yang berada di tepi garis pantai, tetapi kenapa Ibukota Indonesia yang disebut paling berdampak dan dijadikan contoh oleh Presiden Negara Adidaya di dunia, Joe Biden.


3.  Skenario Kebijakan Politik LN Amerika Serikat terhadap Indonesia. 


a.  Analisa ke-1 : 
penyebutan Jakarta sebagai Ibukota Negara RI yang akan mengalami “tenggelam” akibat dampak dari kenaikan suhu bumi dalam sepuluh tahun ke depan kemungkinan adalah NKRI dianggap sebagai mitra strategis AS di wilayah Indo-Pasifik. Sehingga, pernyataan Presiden Joe Biden bersifat mengingatkan atau memberikan ‘Alert’ kepada pemangku kebijakan RI untuk sesegera mungkin mempercepat proses pemindahan Ibu kota. Karena apabila jantung pemerintahan Indonesia mengalami kelumpuhan akibat bencana alam, tentu akan menghambat atau mengganggu jalannya pemerintahan sehingga secara langsung atau tidak langsung akan berimplikasi terhadap kepentingan AS di Indo Pasifik.  Untuk hal ini bisa dikatakan bahwa Negara AS adalah negara sahabat yang peduli dengan mitranya.

b.  Analisa ke-2  : karena NKRI adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang berada di kawasan Indo-Pasifik. Dengan kemampuan teknologi pengamatan cuaca yang dimiliki oleh negara adidaya AS, dengan menggunakan satelit pengamatan dan perubahan iklim serta modifikasi cuaca yang mengamati perubahan pada lapisan ionosfer, yaitu The High Active Auroral Research Program (HAARP) serta kemampuan Agensi Intelijen Nasional Geo Spasial (The National Geospatial-Intelligence Agency/NGA) dalam menyediakan keakuratan data-data perubahan cuaca/iklim beserta modifikasi cuaca untuk mengantisipasinya, tentu pernyataan Joe Biden memiliki banyak arti dan konsekuensi. Karena, apabila dalam sepuluh tahun ramalan naiknya permukaan laut setinggi 5 meter terjadi serta menenggelamkan Jakarta, maka bisa dipastikan pulau-pulau terluar yang berfungsi sebagai batas wilayah terluar NKRI akan hilang, serta diikuti oleh negara-negara pulau di Pasifik.

Perlu diingat pula bahwa pangkalan militer terbesar AS di Hawaii juga terletak di wilayah teritori kepulauan.  Sehingga jika fenomena ini benar terjadi, maka akan merubah seluruh peta geopolitik, strategis, pertahanan, serta doktrin strategis pertahanan serta keamanan nasional AS.

Bisa jadi, dengan tenggelamnya Jakarta merupakan “Warning Point” bagi AS untuk segera memindahkan atau mencari pangkalan militer untuk armada ke-7 nya. Atau bahkan, harus memulai untuk memindahkan proyeksi kekuatan permukaannya ke wilayah baru yang terbebas dari fenomena kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem. Karena pemilihan dan pemindahan penempatan kekuatan militer akan sangat berpengaruh terhadap kondisi Geopilitk, strategis, militer, dan ekonomi bagi kepentingan dalam negeri Amerik Serikat. Keputusan penempatan pangkalan militer tentu sangat bergantung dan berdasar pada analisis mendalam dari intelijen strategis pertahanan dari berbagai sisi ancaman, potensi kekuatan, faktor pendukung serta kondisi alam. Terutama dalam memberikan pengaruh kontrol politik luar negeri yang kuat di kawasan Indo-Pasifik. 

Gambar 5. Penjelasan teknis sistem kerja HAARP dalam memodifikasi cuaca dan logo The National Geospatial-Intelligence Agency/NGA (Courtesy : NGIA)
Gambar 5. Penjelasan teknis sistem kerja HAARP dalam memodifikasi cuaca dan logo The National Geospatial-Intelligence Agency/NGA (Courtesy : NGIA)

c.  Analisa ke-3 : Dengan disebutkannya Jakarta dalam pertemuan komunitas Intelijen Dalam Negeri AS kemungkinan besar karena Indonesia merupakan salah satu negara pendukung dan menjadi harapan di kawasan Asia Pasifik sebagai motor penggerak dalam mendukung program PBB yang dimotori oleh Presiden Obama pada tanggal 25 September 2015. Program tersebut adalah The Sustainable Development Goals (SDGs). Tujuan dari program PBB ini adalah mewujudkan pembangunan dunia berdasarkan azas keseimbangan sosial (balance social), pertumbuhan ekonomi, yang sangat menganut prinsip kegiatan industri atau ekonomi ramah lingkungan (economic and enviromental sustainability). Dengan target di tahun 2030 seluruh negara-negara dunia terbebas dari kemiskinan, kelaparan, masalah kesehatan, masalah kesetaraan gender dan status sosial, pemerataan hak Pendidikan, serta peningkatan teknologi penopang industri dan aktifitas ekonomi yang sangat ramah lingkungan.

Diharapkan program PBB ini akan mewujudkan komposisi penduduk dunia yang sangat menghargai alam atau ekosistem di dalamnya, menghindari eksploitasi yang bersifat desduktrif serta merajut bingkai perdamaian dunia berdasarkan azas persaudaraan antar umat manusia. Seiring dengan meningkatnya isu perubahan lingkungan hidup yang mengakibatkan pandemik global Covid-19 beserta mutasi virus yang sangat cepat yang belum terselesaikan, maka diharapkan peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik untuk lebih aktif sekaligus menjadi motor dalam menerapkan teknologi ramah lingkungan dalam kegiatan industri atau keseharian dalam merawat ekosistem alam harus semakin dominan. Karena Indonesia merupakan salah satu aset dunia dalam mereduksi laju perubahan iklim yang ekstrem atau pemanasan global karena memiliki hutan-hutan tropis yang paling luas di kawasan Asia Pasifik.

Gambar 6. Program PBB tahun 2015 SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG) 2030 (Courtesy:www.un.org/sustainabledevelopment)
Gambar 6. Program PBB tahun 2015 SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG) 2030 (Courtesy:www.un.org/sustainabledevelopment)

d.  Analisa ke-4 : Hanya sekedar basa-basi atau “lips service” saja. Sebagai bagian politik diplomasi luar negeri AS di bawah kepemimpinan Joe Biden. Karena kita tahu Jakarta merupakan tempat dimana masa kecil Presiden Obama, yang pada saat beliau menjabat Wapresnya adalah Joe Biden. Kemungkinan, di benak beliau Jakarta adalah kota impian dan harapan bagi suatu mimpi anak-anak yang indah di masa kecilnya. Karena dari kota inilah salah satu putra terbaik AS yang berasal dari golongan biasa atau bukan dari kalangan elitis mampu menjadi salah satu pemimpin terbaik negara Adidaya selama dua periode. Dengan disebutnya Jakarta, tentu menjadi daya tarik seni dalam berdiplomasi untuk menarik simpati negara-negara berkembang di kawasan Asia Pasifik dan belahan dunia untuk mendukung kebijakan politik luar negeri AS dengan menjadikan Indonesia sebagai representasinya.

4.   Kesimpulan.  Terlepas dari beberapa Analisa kemungkinan adanya perubahan dalam kebijakan strategis AS dalam merespon isu perubahan iklim dan pemanasan global, Kota Jakarta yang saat ini masih menjadi “Jantung Pemerintahan” harus merespon dengan hal yang positif. Karena kita sadari bahwa kondisi riil saat ini Jakarta adalah salah satu kota metropolitan di Asia Tenggara yang mulai kelebihan okupasi serta untuk pembangunan fasilitas infrastruktur yang mengedepankan keselarasan ekosistem atau kepedulian terhadap lingkungan hidup, masih perlu untuk ditingkatkan. 

Salah satu contohnya adalah secara faktual untuk saat ini kawasan hijau dan penerapan pembangunan daerah serapan air hujan masih sangat kurang dan mengalami penurunan jumlah luasan di kawasan. Karena penurunan tinggi tanah terhadap permukaan air laut adalah suatu kepastian apabila konsumsi air tanah untuk memenuhi kebutuhan jutaan penduduk yang tinggal di gedung-gedung pencakar langit, apartemen, dan kawasan padat populasi tanpa ada kontrol atau pembatasan. Hal yang patut diapresiasi untuk jangka pendek kebijakan yang diambil oleh pihak pemprov Jakarta adalah pengoptimalan penggunaan PAM Jaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebagai salah satu alternatif untuk menahan percepatan penurunan ketinggian permukaan daratan. 

Perlu segera disusun rencana jangka panjang sebelum adanya pemindahan Ibukota, karena Jakarta akan beralih menjadi kota bisnis (seperti New York)  yang masih menjadi pusat destinasi para pelancong baik dari dalam atau luar negeri. Konsep untuk terus mewujudkan “Green and Smart City” harus senantiasa direncanakan dan diprogramkan, tidak hanya dengan pembangunan infrastruktur, tapi yang lebih penting adalah edukasi serta kesadaran penduduknya untuk lebih menyayangi lingkungan tempat mereka bernaung serta mencari rezeki untuk bertahan hidup. Karena lingkungan alam yang kita tempati saat ini pada hakikatnya adalah pinjaman dari anak cucu kita untuk keberlangsungan kehidupan umat manusia. (LCN-278)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun