Mohon tunggu...
Anggia Rahajeung
Anggia Rahajeung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hai teman-teman^^ Welcome in my first blog. Let me introduce myself first. Namaku Anggia Rahajeung. Akrab disapa Gia, Anggiii, Anggia, atau Ajeng. Aku adalah perempuan berdarah sunda yang gemar sekali membaca, mendaki gunung, traveling, dan fangirling NCT. Aku lahir di kota Bekasi, tepatnya pada tanggal 25 Mei 2003. Saat ini, aku sedang melanjutkan studiku sebagai mahasiswa program S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Alasanku memilih prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam adalah sebagai bentuk representasi dari cita-citaku berkuliah di prodi ilmu Komunikasi. Sejak kecil, aku sudah tertarik dengan dunia komunikasi. Aku mulai mengembangkan minat dan potensiku dalam bidang komunikasi dengan mengikuti berbagai perlombaan dan aktif dalam organisasi dan kegiatan di sekolah. Menurutku, komunikasi merupakan ilmu penting dan wajib dimiliki setiap individu. Karena pada hakikatnya, komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan. Aku juga tertarik dalam bidang sosial dan pendidikan. Oleh karena itu, aku memilih prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam sebagai sarana untuk berproses dan mengembangkan potensi komunikasi dalam diri serta merealisasikan cita-citaku dalam aktif berpartisipasi dalam bidang sosial dan pendidikan lewat media komunikasi. Sebagai mahasiswa komunikasi, aku juga memiliki ketertarikan yang besar dalam bidang media kreatif. Setelah lulus kuliah nanti, aku memiliki keinginan untuk bekerja di perusahaan-perusahaan yang fokus bergerak di bidang media dan entertain seperti Trans corp dan SM Entertainment. Jika aku berhasil bergabung dalam perusahaan yang bergerak di bidang media nanti, aku berharap dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang aku dapat selama kuliah untuk mengembangkan dunia sosial dan pendidikan lewat media guna menghasilkan konten-konten edukatif yang segar dan kreatif. Ada satu kalimat Najwa Shihab atau yang akrab disapa mba Nana yang selalu aku ingat, “Pendidikan adalah awal dari perubahan. Tanpa Pendidikan tidak ada perubahan”. And last but not least, sebagai generasi muda Indonesia let’s do good, be kind, and be brave. See u on the TOP!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memetik Hikmah dari Pengalaman Membaca Novel Ayahku (Bukan) Pembohong

1 Oktober 2022   22:32 Diperbarui: 1 Oktober 2022   22:34 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Novel Ayahku (Bukan) Pembohong merupakan salah satu mahakarya dari seorang penulis terkenal Indonesia, yakni Tere Liye. Novel berjumlah 304 halaman ini pertama kali diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2011 dan sudah dicetak ulang beberapa kali karena tingginya antusias membaca masyarakat Indonesia terhadap novel ini. Novel ini mengangkat genre keluarga dan slice of life yang tentunya sangat direkomendasikan untuk dibaca disela-sela waktu luang.

Novel ini menceritakan kisah tentang seorang anak bernama Dam yang tumbuh dengan kisah-kisah inspiratif dan penuh hikmah yang selalu diceritakan ayahnya sejak ia kecil. Dam selalu antusias dan senang dengan semua kisah-kisah yang ayahnya ceritakan padanya. Terutama adalah kisah ketika ayahnya mencari apel emas di Lembah Bukhara, suku Penguasa Angin, dan ayahnya berteman sangat dekat dengan pemain bola yang menurut Dam adalah pemain terhebat di seluruh dunia, yaitu El Capitano alias El Prince.

Semakin beranjak dewasa, Dam merasa bahwa kisah-kisah yang selalu ayahnya ceritakan padanya hanyalah sebuah karangan fiksi belaka. Ketika Dam menikah dan mempunyai anak, ia berusaha menjauhkan ayahnya dari anak-anaknya. Dam khawatir ayahnya meracuni pikiran anak-anaknya dengan dongeng-dongeng fiksi yang selalu Dam dengarkan sejak kecil. Dam juga bertanya-tanya mengenai siapakah ibu kandungnya? Ayahnya pun memberi tahu padanya bahwa ibunya merupakan seorang mantan bintang televisi terkenal. Akibat dari banyaknya keraguan dalam diri Dam terhadap kisah-kisah yang ayahnya ceritakan padanya, Dam menuduh ayahnya adalah seorang pembohong. Tibalah pada hari kematian ayahnya, satu per satu kebenaran dari kisah-kisah masa lalu ayahnya mulai terungkap. Dam pun merasa sangat sedih dan menyesal telah menuduh ayahnya sebagai seorang pembohong.

Berdasarkan pengalaman membaca novel Ayahku (Bukan) Pembohong yang diceritakan oleh salah satu teman saya, Salma Maritza Riad. Ketika membaca novel ini, ia merasa banyak sekali hikmah dan pembelajaran penting seputar permasalahan-permasalahan yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan keluarganya. Salah satunya adalah pentingnya aspek komunikasi dalam membangun harmoni antar anggota keluarga. Komunikasi merupakan sebuah kunci penting dalam menghidupkan jalinan kasih dalam sebuah lingkup keluarga. Komunikasi yang buruk akan mengakibatkan kesalah pahaman antar anggota keluarga dalam memahami maksud dan tujuan yang ingin mereka sampaikan. Sehingga seringkali terjadi miscommunication yang menimbulkan kerenggangan antar anggota keluarga. Salah satu contohnya adalah cara orang tua berkomunikasi dengan anaknya. Seringkali kita temukan beberapa orang tua mengklaim bahwa marah merupakan ekspresi penyaluran kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Akan tetapi, maksud kasih sayang yang ingin orang tua sampaikan itu tidak ditangkap dengan baik oleh sang anak hingga timbulah perselisihan antar keduanya. Padahal, banyak sekali cara yang lebih baik dan tepat dalam mengekspresikan sebuah perasaan kasih sayang. Memarahi anak dan menilai anak secara sepihak tanpa mendengar pendapat atau another view dari sang anak dengan dalih menasehati merupakan sebuah tindakan yang tidak tepat. Jika kita sebagai orang tua memposisikan diri sebagai anak yang langsung dihakimi tanpa diberi ruang untuk beropini apakah kita akan merasa lapang dada dan menerima semua nasihat tersebut? Tentu saja tidak. Oleh karena itu, pentingnya memahami ilmu komunikasi merupakan sebuah kunci sukses dalam menjalani kehidupan dan bermasyarakat.

Salma merasa sangat bersyukur bisa membaca novel Ayahku (Bukan) Pembohong. Karena dari sanalah iya mulai belajar untuk membangun komunikasi yang baik antar dirinya dengan orang tuanya. Ia tidak mau menyesal seperti Dam. Selama hari ini masih ada kesempatan, maka lakukanlah. Karena belum tentu kesempatan-kesempatan itu akan datang di hari-hari berikutnya. Dari novel ini juga, Salma termotivasi untuk mempelajari seputar dunia ilmu komunikasi lebih dalam. Ia pun memutuskan untuk melanjutkan studinya sebagai mahasiswa program S1 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sebuah pembelajaran hidup tidak hanya lahir dari sebuah karakter nyata. Sebaliknya, karakter-karakter fiksi yang diceritakan dengan apik dan penuh dengan pesan-pesan kehidupan juga dapat memberikan inspirasi bagi setiap insan yang ingin belajar dan berproses. Karena sejatinya, ilmu itu bisa datang dari mana saja dan kapan saja selama kita sadar dan mau untuk terus belajar dan berbenah diri menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun