Mohon tunggu...
masunardi
masunardi Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen

hanya dosen jelata...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bencana asap jangan untuk penglaris dagangan…

7 Oktober 2015   11:38 Diperbarui: 7 Oktober 2015   11:54 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai orang Banjarbaru, Kalimantan Selatan,  yang hampir setiap tahun merasakan dan mengalami bencana asap, tahun ini adalah tahun yang sangat berbeda.  Selain memang kondisinya sangat parah, semua kompak menyalahkan orang yang sama, dengan gaya khas cemoohan orang yang sakit hati.  Bahkan orang-orang yang sebelumnya tak pernah peduli menjadi seolah orang yang paling tersakiti, hanya demi memuaskan diri untuk untuk jadi tukang sorak.  Sekedar tukang sorak, karena sejatinya tidak pernah melakukan apa-apa selain agar dianggap pahlawan meski sebenarnya sekedar menjual dagangan…

Lihat fesbuknya Jon**, yang memasang cover peduli asap dan mengumpulkan sumbangan untuk membantu korban bencana asap? Siapa dia memangnya?! Orang hebat yang bisa segalanya?! Ahli agama, pengamat politik dan ahli kebijakan publik?  Lha covernya bencana asap tetapi statusnya tetep menjelekkan apapun yang dilakukan pemimpinnya sambill dalam beberapa kali posting barang dagangan? Mau membantu atau jual buku? Kalau mau membantu lha mbok datang ke tempat kami, sekedar menggantikan kerja para anggota “manggala agni” yang siang malam berjuang memadamkan api? Bukan malah tertawa karena tulisan di-like dan di-share banyak orang sambil  terus mengecek laku tidaknya barang jualan.  Lihat status para pembenci yang dalam kalimatnya bukan didominasi oleh simpati apalagi empati tetapi malah penuh caci maki?

Sebagai orang Banjarbaru yang kebetulan jarak rumah tak sampai dua kilometer dari foto-foto dimana Pak Jokowi bersedia datang, kehadiran itu sudah sangat menyenangkan kami.  Ibarat orang sakit, sekedar ditengok saja kami sudah senang, karena kemudian pemimpin kami di sini akan lebih peduli. Minimal pelaku pembakaran akan berhitung lagi sekian kali, daripada ditangkapi dan tanah tak lagi dimiliki.  Presiden bukan Jin Aladin, yang sekali tiup bisa mematikan ribuan titik api.  Doakan saja kami, tanpa perlu membully, karena doa yang tulus akan lebih dikabulkan.  Jangan berdoa palsu, seolah untuk kami padahal sebenarnya untuk memuaskan nafsu marahmu.  Berdoa itu dengan merendahkan diri, bukan sambil memaki…

 

*gambar diambil dari kompas.com

Utsunomiya, 7 Oktober 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun