Pada dasarnya lampu halogen merupakan jenis atas lampu pijar biasa bukan lampu pendar. Lampu pijar terdiri dari filamen tungsten yang ditutupi oleh kaca yang berisi gas. Waktu ada tegangan listrik, filamen menjadi panas hingga berpijar dan memancarkan cahaya putih. Cahaya tampak terang, tetapi sesungguhnya 10% ~ 12% energi yang dipancarkan kasat mata. Selebihnya kira-kira 70% dipancarkan radiasi inframerah yang tidak kasat mata dan lebih panas.
Bola lampu pijar biasa, berisi gas merupakan gas lembab (tidak reaktif), argon / kripton ditambah nitrogen. Dengan adanya gas ini agar tungsten tidak teroksidasi atau menguap seperti ketika di udara bebas. Ada juga untuk mengatasi hal ini dengan cara dihampakan, yaitu tidak ada gas sama sekali.
Pada halogen, biasanya berisi Iodium atau bisa juga Brom. Unsur kimia tersebut sangat reaktif pada lampu halogen. Gas terjadi proses kimia dua fase sehingga filamen berumur 2x lebih panjang.
Filamen merupakan kumparan tipis kawat tungsten. Tungsten dipakai karena memiliki titik leleh paling tinggi pada logam, yaitu 34000 C dan tetap stabil walaupun panasnya sampai 25000 C atau lebih. Tungsten memiliki tekanan uap paling rendah pada logam, sehingga penguapan terjadi kecil. Karena logam sesekali terjdai penguapan pada atomnya tetapi prosesnya sangat lambat, kita tidak bisa mengamatinya kecuali pada suhu yang sangat tinggi.
Waktu dipanaskan sampai berpijar, tungsten akan menguap dengan cepat maka filamen lekas tipis, akhirnya putus dan begitu juga aliran listrik. Untuk beberapa waktu sebelum terjadi sebenarnya kita dapat mengamati tungsten menguap dari lapisan hitam yang mengotori dalam kaca yang mengembun karena suhu kaca relatif lebih rendah. Lapisan hitam yang membuat bola lampu tidak seterang biasanya.
sumber: sumberlampu.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI