Mohon tunggu...
Sumaenah Angmen
Sumaenah Angmen Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 3 Gegesik Kabupaten Cirebon

Pembelajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Aksi Nyata: Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

30 Mei 2021   13:23 Diperbarui: 30 Mei 2021   13:36 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

1. Peristiwa (Fact)

a. Latar Belakang

Menjelang  akhir pelaksanaan pembelajaran di kelas  9, ada beberapa siswa yang masih belum mengumpulkan tugas, sementara nilai raport  semester genap harus segera dibuat untuk dimasukan ke dalam e-raport. Berbagai pendekatan dan strategi sudah dilakukan diantaranya dengan menghubungi secara pribadi, bersama wali kelas dan guru BK melakukan kunjungan ke rumah yang bersangkutan sampai dengan berkomunikasi dengan orang tuanya.  Akan tetapi semua itu tidak membuahkan hasil. Berdasarkan hasil kunjungan rumah (Home Visit) pada salah satu siswa yang bernama Mohamad Wahyudin,  diketahui  bahwa Mohamad Wahyudin adalah siswa dengan tingkat ekonomi pra sejahtera, Ibunya pekerja migran (TKW) di Arab Saudi, sedangkan ayahnya bekerja di pengepul barang bekas di luar wilayah dengan system penglaju, yaitu berangkat pagi pulang sore, sehingga intensitas pertemuan dengan anaknya sangat kurang.  Hal ini menyebabkan ayahnya  kurang pengawasan terhadap kegiatan dan aktivitas keseharian anaknya. Mohamad wahyudin cenderung tak acuh pada tugas sekolahnya dan berencana untuk berhenti sekolah. Dia memilih untuk tidak aktif di WA grup kelasnya karena tidak mau tahu tugas-tugas sekolahnya dan sengaja tidak mau mengerjakan tugas -- tugas sekolahnya karena tidak memiliki motivasi intrinsik untuk meneruskan sekolahnya.

b. Alasan melakukan Aksi Nyata

Menurut saya, kasus ini memuat  dilema etika, karena menghadapi situasi dimana  seorang guru  harus memilih apakah tidak memberikan nilai kepada murid yang bersangkutan dengan alasan tidak menegerjaka tugas sehingga dipastikan murid tersebut tidak lulus sekolah. Hal ini sesuai dengan prinsip rasa keadilan (justice)dimana semua murid yang tidak mengerjakan tugas belajarnya seharusnya tidak mendapatkan nilai raport. Akan tetapi prinsip ini bertentangan dengan rasa kasihan (mercy) mengingat kondisi nyata yang ditemui di lapangan dimana murid yang bersangkutan tidak mendapatkan hak nya sebagai anak dalam hal pengasuhan, pengawasan dan edukasi dari kedua orang tuanya. Keluarga sebagai salah satu pranata sosial seharusnya memiliki fungsi afeksi (kasih sayang dan pengasuhan), pengawasan dan pengendalian sosial dan pendidikan (edukasi). Ini yang tidak berjalan dengan baik di keluarga  murid tersebut. 

Jika murid ini tidak diberikan nilai sehingga tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke sekolah lanjutan, maka kemungkinan dia akan menjadi semakin liar. Tetapi jika dia diberi nilai, maka akan menjadi preseden buruk bagi sekolah, bahwa tak menegrjakan tugas pun bisa lulus, sehingga kemungkinan ditiru oleh teman-temannya.

Saya kemudian mengambil keputusan dengan mempertimbangkan  4 paradigma etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujuan keputusan.  Paradigma dilemma yang saya gunakan adalah rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) dan jangka pendek lawan jangka panjang  ( short term vs long term). Prinsip pengambilan keputusan yang saya ambil adalah berpikir berbasis rasa peduli. Adapun 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan  dilakukan dengan :

  • Mengenali  nilai-nilai yang bertentangan  dalam hal ini adalah  adil dengan tak memberi nilai atau diberi nilai karena kasihan.
  • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini: murid, orang tuanya, guru-guru di sekolahnya dan murid-murid lainnya.
  • Mengumpulkan fakta  yang relevan : Murid tersebut  tidak pernah mengumpulkan tugas belajarnya, Murid tidak mendapatkan pengasuhan dan pengawasan yang semestinya dari keluarganya.
  • Melakukan poengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan Koran dan uji panutan. Kesimpulannya taka da pelanggaran hukum maupun moral tetapi saya tidak merasa nyaman jika hal ini menjadi konsumsi masyarakat.
  • Pengujian paradigm benar lawan benar yakni  rasa keadilan lawan rasa kasihan dan jangka pendek lawan jangka panjang.
  • Melakukan prinsip resolusi  dengan berpikir berbasis rasa peduli
  • Investigasi opsi trilema : Meminta kepada bibinya yang terdekat rumahnya untuk mengambil alih fungsi pengasuhan dan pengawasan terhadap murid tersebut, memberikan dorongan untuk mengerjakan tugas minimal satu tugas saja tiap mata pelajarannya.
  • Buat keputusan : tetap memberikan nilai rapor kepada murid yang bersangkutan dengan catatan harus tetap mengumpulkan tugas minimal satu.
  • Lihat lagi keputusan dan refleksikan. Meminta rekan sejawat untuk bersama-sama melakukan refleksi terhadap kasus dilemma etika tersebut, sehingga jika berdampak baik bagi murid maka akan ditiru oleh rekan sejawat tersebut.

Selanjutnya agar pengetahuan dan praktik baik dalam mengambil keputusan ini bisa ditransfer di lingkungan atau  sekolah asal, maka saya melakukan koordinasi dengan kepala sekolah untuk sosialisasi  pada rapat dinas  di sekolah saya. Saya  juga  membagikan tulisan  artikel reflkesi aksi nyata ini  pada blog kompassiana , agar bisa mentransfer pengetahuan dan praktik baik tersebut pada komunitas yang lebih luas.

2. Perasaan (Feelings)

Perasaan saya ketika harus mangambil keputusan untuk membantu murid ini lebih dominan kepada kasihan dibandingkan dengan bahwa saya harus bersikap adil.  Kenyataan bahwa ada beberapa fungsi keluarga seperti fungsi afeksi, fungsi pengawasan dan pengendalian sosial serta fungsi edukasi yang tidak berjalan baik di keluarganya membuat saya berempati pada murid ini. Anak ini tidak memiliki dorongan untuk sekolah karena keduaorangtuanya tidak mendorongnya untuk sekolah, tidak mengawasi apa saja yang dilakukannya, tidak mengingatkan ketika dia menyimpang dari aturan ataupun tidak melaksanakan tugas belajarnya dan tidak memfasilitasi pendidikan di sekolahnya. Maka ketika anak ini tidak mendapatkan hak tersebut di rumahnya seharusnya sekolah bisa merangkulnya untuk membantunya mendapatkan hak-hak tersebut.

3. Pembelajaran  (Findings)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun