Mohon tunggu...
Sulistyantari Retno
Sulistyantari Retno Mohon Tunggu... -

16 y.o wanna be a good writer

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ternyata Saya Masih Dangkal

12 Desember 2015   22:50 Diperbarui: 25 Desember 2015   21:57 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

 

 

Untuk mereka yang saya sakiti hatinya karena ketertutupan diri saya.

Beberapa waktu lalu di kampus saya marak sekali berita tentang pemasaran berjenjang, atau sebut saja MLM. Usaha ini tampaknya diminati oleh civitas kampus yang paling dominan, mahasiswa. Beberapa kenalan saya mencoba peruntungannya di bisnis ini dengan beragam motif. Sebagian besar alasan mereka untuk membantu orang tua, mencari pengalaman, menambah uang saku dsb. Keuntungannya pun tampak menjanjikan, katanya setara dengan harga sebuah mobil, setidaknya liburan ke luar negeri. Siapa yang tidak mau dengan iming-iming seperti itu. Apalagi sebagai seorang mahasiwa yang butuh pembuktian diri, alangkah membanggakan bila kita bisa menghasilkan uang lewat usaha sendiri.

Namun bagaimana? 

Itu yang selalu saya pertanyakan. Karena kebanyakan kasus yang saya dengar berakhir dengan kata "merugi". Apakah uang yang diperuntukan sebagai modal bisa dijamin akan kembali? Lalu bagaimana dengan mereka yang sampai mampu menghasilkan uang sekian banyak dengan usaha ini? 

Suatu saat ketika saya makan di kantin kampus bersama teman saya, kami di datangi dua orang yang mengaku kakak tingkat. Mereka tampak ramah, dan saya menyambut mereka dengan ramah pula. Kami berbincang-bincang banyak hal. Hingga pada akhirnya mereka meminta kontak dan nomer telepon masing-masing dari kami. Kami langsung memberinya, karena menganggap mereka tidak memiliki intensi apapun. 

Semenjak itu, kakak itu sering mengirimi pesan singkat berisi sekedar "Selamat pagi?" Atau "Lagi ngapain dek?" Saya juga masih membalasnya. Kakak itu juga mengajak untuk ketemuan dan makan bareng di tempat kami bertemu hingga suatu saat teman saya mengatakan suatu hal. "Nok, koyok e mbak-mbak kuwi ate ngajak MLM deh. Deleng en toh chat ku." "Nok, sepertinya kakak-kakak itu mau ngajak MLM deh. Lihat nih chat ku." Dan setelah saya baca memang benar, bahasanya memang tipikal-tipikal yang seperti itu. Ada kata dahsyat, bisnis, coba dulu, dateng aja dulu dan sebagainya.

Setelah itu pun teman saya mengingatkan untuk lebih hati-hati. Yang kalo ke tempat makan jangan sendiri lah, kalau kemana-mana jangan sendiri lah. Takutnya nanti dihipnotis dan diajak MLM. Saya awalnya sempat takut jika bertemu dengan kakaknya, tapi bukan masalah takut dihipnotis, saya takut canggung karena smsnya tidak pernah saya balas lagi.

Ada juga cerita tentang teman seangkatan. Ada seseorang teman yang berpromosi produknya, teman-teman yang lain membuat guyonan dan memperoloknya. Secara tidak langsung, tanpa orangnya tau. Karena itu lucu, saya pun tertawa. Ya, bagaimana lagi memang lucu. Manusia memang selalu butuh objek untuk ditertawakan, memang. Saya yakin diluar sana ada yang mentertawakan saya juga. 

Setelah saya pikir. Ya tuhaan, buat apa saya sepeti itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun