Mohon tunggu...
Sukmasih
Sukmasih Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Resmi

Menulis berbagai hal dari sudut pandang kajian ilmu komunikasi. Belajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembangunan Dalam Perspektif Kesetaraan Gender

21 Agustus 2020   16:35 Diperbarui: 21 Agustus 2020   16:51 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi negara-negara yang baru merdeka seusai perang dunia ke-II, pembangunan adalah suatu yang wajib dilakukan. Hal ini dilakukan untuk membentuk negara yang kuat, mandiri dan mampu mengejar keberhasilan negara-negara maju di dunia. 

Semangat melakukan pembangunan di sebuah negara diiringi oleh semangat kapitalis baru yang disokong oleh kemjuan teknologi. Industri berbasis teknologi terbaru terus berkembang, alhasil kebutuhan SDM untuk menjadi buruh pun semakin meningkat. Semangat kapitalis yang semula dianggap dapat membawa keberhasilan pembangunan suatu negara justru menciptakan masalah baru. 

Munculnya kelas sosial antara kaum pengusaha dan kaum buruh menciptakan ketimpangan sosial. Semangat pembangunan di bidang ekonomi justru membuat masyarakat tidak seimbang secara ekonomi.Karena pembangunan berbasis ekonomi dengan mengandalkan sistem kapitalis ternyata justru menimbulkan ketimpangan sosial, maka lahirlah sebuah konsep pembangunan yang disebut sebagai pembangunan parsitipatif yang menekankan pada pemberdayaan masyarakat. 

Hal yang sama juga ditekankan oleh PBB melalui Sustainable Development Goals melalui tujuh belas indikator pembangunan berkelanjutan dan salah satu indikatornya adalah pemberdayaan perempuan. Dalam tulisan ini, penulis hendak mengajak pembaca memahami tentang peran perempuan dalam pembangunan.

Sustainable Development Goals

Sustainable Development Goals merupakan upaya pembangunan berkelanjutan yang menjadi acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia sebagai pengganti Millenium Development Goals yang telah berakhir di tahun 2015. Sustainable Development Goals memiliki tujuh belas tujuan, diantaranya: (1) tanpa kemiskinan, (2) tanpa kelaparan, (3) kehidupan sehat dan sejahtera. (4) pendidikan berkualitas, (5) kesetaraan gender, (6) air bersih dan sanitasi layak, (7) energi bersih dan terjangkau, (8) pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, (9) industri, inovasi dan infrastruktur. (10) berkurangnya kesenjangan, (11) kota dan permukiman yang berkelanjutan, (12) konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab, (13) penanganan perubahan iklim, (14) ekosistem lautan, (15) ekosistem daratan, (16) perdamaian, keadilan dan lembaga yang tangguh, dan (17) kemitraan untuk mencapai tujuan. Ke-17 tujuan SDGs ini memiliki target dapat tercapai pada tahun 2030.

Perempuan dan Pembangunan

Setelah membaca beberapa penelitian, penulis menemukan beberapa pendapat ilmuan tentang keterkaitan perempuan dengan pembangunan. Salah satunya yang telah dikatakan John Locke bahwa manusia diciptakan Tuhan sejajar, serta memiliki hak dan kewajiban yang sama. Demikian penulis juga menemukan ketegasan hal yang sama dalam GBHN:

“Wanita, baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber insani bagi pembangunan mempunya hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria di segala bidangkehidupan bangsa dan dalamsegenap kegiatan pembangunan. Sehubungan dengan itu, kedudukannya dalam masyarakat dan peranannya dalam pembangunan perlu terus ditingkatkan serta diarahkan sehingga dapat meningkatkan partisipasinya dan memberikan sumbangan yang sebesar-besarnya bagi pembangunan bangsa sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya.”

Melalui dua landasan formal di atas dan juga penegasan indikator pembangunan berkelanjutan kita semua perlu memahami bahwa perempuan telah diakui peran pentingnya dalam pembangunan. Sebagai contoh sederhana, perempuan memiliki potensi positif dalam membangun insan bangsa yang berkualitas dalam rumah tangganya dengan memberikan serta mengembangakan pendidikan anak-anaknya. Bukan hanya itu, di era abad ke20 ini, perempuan bukan hanya memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis dalam keluarga dan masyarakat. 

Dalam kehidupan berkeluarga, hampir seluruh jalannya keuangan di mainkan oleh perempuan. Tanpa perempuan dalam keluarga, maka laju keuangan dalam keluarga akan bermasalah, oleh karena itu akan sangat penting untuk memperhatikan tingkat pendidikan perempuan.

Terdapat sebuah tulisan yang mengatakan bahwa salah satu faktor penyebab kemiskinin adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Perlu diakui bahwa peran perempuan dinilai penting di berbagai aspek bidang kehidupan seperti pendidikan, sosial, ekonomi, hukum, politik atau bidang lainnya.

Dalam perkembangan peradaban, perempuan memegang tiga jenis peran gender, yaitu: peran produktif, peran reproduktif, dan peran sosial. Peran produktif adalah peran perempuan yang menyangkut pekerjaan dalam menghasilkan barang atau jasa. Peran reproduktif adalah peran perempuan dalam hal pemeliharaan sumber daya manusia/menjalankan tugas rumah tangga. Peran sosial adalah peran perempuan dalam berinteraksi dan berpartisipasi di tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun