Mohon tunggu...
Sukmawati
Sukmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan siapa-siapa

Suka melancong

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fauzi Isman Eks Tapol Talang Sari Lampung, "Teroris Harus Dihukum Berat Supaya Tidak Mengulangi Perbuatan yang Serupa"

8 April 2021   10:39 Diperbarui: 8 April 2021   14:10 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekjen BPPRI Ibu Shinta, menambahkan bahwa mereka adalah orang-orang yang kurang pergaulan, atau salah bergaul sehingga sangat mudah dipengaruhi orang yang kurang pergaulan atau mereka hanya mau bergaul dengan kelompoknya sendiri sehingg tidak melihat perbedaan, mindset-nya pun dibentuk dan inilah yang paling gampang dipengaruhi," kata Ibu Shinta. 

Mencontohkan saat Pilpres berlangsung, terbentuknya pengelompokan tertentu antara pendukung satu  dengan pendukung lainnya bahkan pilpres sudah usai namun pengelompokan belum juga usai masih terjadi hingga saat ini, masyarakat pun terkotak-kotak, hanya mau bergaul dengan kelompoknya sendiri dan menurut Fauzi Isman, hal semacam ini merupakan konsep NII.

Apakah teroris memiliki agama?

Tak perlu takut mengatakan bahwa mereka itu adalah sekelompok orang Islam yang salah dalam mahami teksnya dan sesat dan itulah mereka,  jika kita tidak mau mengakui maka tidak akan bisa menyelesaikan masalah," ucap Bapak kelahiran Lampung, 27 Februari 1967 itu.

Konon mereka yang sudah terpapar teroris senang berhalusinasi, bermain emosi, pikirannya jalan kemana-mana mana dan dinarasikan. Kata Fauzi Isman, "Penjajahan pikiran merupakan salah satu yang dapat menghancurkan bangsa."

Al-Quran bukan dihapal tetapi diamalkan.

Masa mau masuk kedokteran harus hafal Alquran, apaan itu? Alquran bukan dihafal tetapi diamalkan, harus dilaksanakan bagaimana itu terwujud dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada dikatakan harus hafal tetapi yang paling penting diamalkan. 

Misalnya tidak boleh menyinggung orang lain, memaki orang lain dan sebagainya.Jangan seperti praktisi hukum, ini pasal sekian itu normatif, tetapi tunjukkanlah dengan perbuatan dan yang disesalkan sekarang ini banyak cendikiawan yang manfaatkan itu untuk cari panggung, bahkan kemajuan teknologi harusnya membuat kita makin cerdas, kenyataannya sekarang tidak, justru semakin meluas pemahaman yang salah," Jelas beliau. 

Lalu bagaimana tugas atau sikap kita agar terhindar dari ajaran yang menyesatkan itu. 

Menurut ibu Shinta, Untuk mengatasinya dengan terjun ke masyarakat, mengajak secara personal, mengenalkan keberagaman, melakukan pelatihan dan bagaimana  mengcounter doktrin tersebut, dengan mengenal banyak orang dari berbagai suku dan agama otomatis ada kecenderungan untuk berubah.  

"Biasanya mereka anggota baru lebih punya semangat dan ini jangan dibiarkan, karena jika dibiarkan akan semakin banyak, untuk itulah kita harus berbuat sesuatu, aparat tidak akan sanggup tanpa bantuan kita," ujar Ibu Shinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun