Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jembatan Temadorefiha Tingkatkan Ekonomi Maluku Utara

13 Januari 2016   06:29 Diperbarui: 14 Januari 2016   08:06 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir tahun 2015 hingga tahun baru 2016, saya berkesempatan keliling Nusantara, menjalankan tugas perusahaan PT. Pelni untuk memandu siswa mengenal Nusantara dari Riau yang dikirim PT. Pertamina ke Maluku Utara. Kenapa saya bisa ke Maluku Utara? Kementerian BUMN telah menunjuk para Dirut BUMN untuk menjadi ketua kordinator atau ketua PIC di 34 provinsi. PT. Pelni, Pelindo 4 dan Perum Perindo kebagian penugasan di Maluku Utara, dengan home base dan pusat kegiatan di Kota Ternate.

Pada hari  pertama di tahun 2016, tanggal 1 Januari 2016, rombongan siswa mengenal nusantara  mengunjungi Pulau Tidore. Pulau yang sekaligus  nama Gunung Tidore ini berdempet atau hampir berhimpitan  dengan Gunung dan sekaligus nama Pulau Maitara. Karena keindahan Gunung Maitara dan Tidore, pemerintah mengabadikan dalam uang pecahan Rp 1.000,-. Foto dalam uang pecahan hasil karya  Perum Peruri itu, dapat dilihat dari Pantai Futi. Sambil memegang uang pecahan seribu rupiah, biasanya para wisawatan akan berfoto dengan latar belakang Gunung Maitara dan Gunung Tidore. Apa yang ada di uang pecahan seribu persis sama dengan yang kita saksikan dengan mata kepala. Sungguh luar biasa.  

Untuk menyeberang dari Pulau Ternate ke Tidore tidak lama, cuma 15-20 menit dengan Kapal Roro milik BUMN, PT. ASDP. Jembatan Nusantara ini mengantar ribuan orang dari dan ke Ternate atau Tidore setiap 2 jam sekali. Sehingga lalu lintas Tidore-Ternate sangat tergantung dengan kapal penyeberangan. Ternate memiliki Pelabuhan Ahmad Yani yang dikelola BUMN PT.Pelindo 4, sehingga pelabuhan ini menjadi pusat distribusi barang kebutuhan di Maluku Utara untuk didistribusiskan melalui daratan  maupun laut dengan kapal ukuran lebih kecil.

Meskipun denyut perekonomian melaju kencang, Maluku Utara khususnya Kota Ternate dan Tidore tidak menghasilkan beras sebagai sumber pangan utama. Ternate terkenal sebagai penghasil rempah-rempah (cengkeh dan pala) sejak Portugis menemukan Kota Ternate 765 tahun lalu, tepatnya tanggal 29 Desember. Maka tanggal 29 Desember dijadikan HJT (Hari Jadi Ternate). Sejak saat itu maka Ternate terkenal di seluruh dunia, khususnya di Eropa, China dan Timur Tengah, negara-negara Arab. Bukti-bukti komunikasi Kesultanan Ternate dengan bangsa-bangsa Eropa, China, Arab dan Timur Tengah tersimpan di  Kesultanan Ternate dan dapat dilihat ketika berkunjung ke Ternate.

Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi hasil pemekaran Provinsi Maluku pada tahun 1999. Gugusan pulau di Indonesia Timur ini terdiri Pulau Ternate, Maitara, Tidore dan Halmahera, merupakan pulau-pulau yang letaknya berdekatan dan hampir sambung menyambung. Provinsi Maluku Utara sebenarnya memiliki 600 pulau, namun  yang dihuni baru sekitar 200 pulau. Dari sekian banyak  pulau besar di Maluku Utara, Pulau Halmahera merupakan pulau terbesar. Dalam peta, pulau ini seperti huruf K. Subhanallah penulis berkenan menginjakkan kaki di Halmahera.

Dari sekian banyak pulau besar di Kepulauan Maluku Utara, Pulau Ternate merupakan pulau terpadat penduduknya. Padahal Pulau Ternate leih kecil dari Pulau Tidore, apalagi dibanding Halmahera yang dibagi menjadi lima dari tujuh Kabupaten dan dua kota, Ternate dan Tidore di Maluku Utara. Pulau Maitara, Tidore dan Halmahera populasi penduduknya lebih sedikit dibanding Pulau Ternate yang wilayahnya lebih sempit. Jalanan di Halmahera masih sangat mulus. kanan kirinya umumnya  masih berupa hutan dengan rumah sangat jarang.

Padatnya penduduk Kota Ternate tak terlepas dari kelengkapan infrastruktur di Kota yang mengelilingi Gunung Gamalama sebagai pusat pendidikan, perdagangan dan berbagai jasa yang terus berkembang di Kota Ternate.  Letusan Gungung Gamalama pada 2015 lalu, tak menyurutkan warga tetap tinggal di Kota tempat bersejarah di negeri ini. Penduduk Kota Ternate makin hari makin padat. Kendaraan bermotor di Kota  Ternate tak pernah melaju melebih 40 km/jam karena jalanya padat,  pendek-pendek dan  banyak tikungan. Meskipun kendaraan CC-nya besar, tak pernah berlari kencang, kecuali pada dini hari dan di pinggiran luar kota.

Perkembangan penduduk di Kota Ternate juga terus tumbuh, mereka menempati wilayah pantai hingga mendekati setengah tinggi Gunung Gamalama yang masih aktif yang pernah meletus dahsyat pada tahun 1600. Tahun 2015 Gunung Gamala juga sempat batuk-batuk  dan Bandara Sultan Babullah sempat ditutup beberapa hari, sehingga penerbangan dari dan ke Kota Ternate tidak dapat dilayani pesawat udara.

Untuk memperluas wilayah daratan, Pemerintah Kota Ternate melakukan reklamasi pantai. Langkah itu ditempuh untuk mengimbangi tingkat pertumbuhan penduduk, pengembangan bisnis di  Kota Ternate yang terus melaju. Namun langkah reklamasi bukan langkah tepat untuk mengimbangi pesatnya penduduk, karena selain Kota Ternata, di Maluku Utara masih banyak pulau yang belum berpenghuni. Pmerataan dan penyebaran ekonomi dan penyebaran penduduk lebih urgen. Sebut saja di sebelah Ternate ada  di Pulau Maitara dan Pulau Tidore yang  penduduknya masih sedikit. Bahkan rumah di Kota Tidore boleh dibilang hanya ada di pinggir-pinggir pantai, sejajar jalan raya di tepian pulau.

Untuk memindahkan pusat kegiatan ekonomi, pendidikan dan pemerintahan, langkah pemerintah Provinsi Maluku Utara yang telah memindahkan Kantor Gubernur dari Kota Ternate  ke Sofifi di Palau Halmahera sangat tepat. Pulau Halmahera sendiri sangat luas dan penduduknya masih sangat jarang. Karena itu melalui pemindahan Kantor Gubernur ke Sofifi diharapkan para pegawai pemerintah provinsi yang rumahnya masih di Ternate dapat segera pindah ke dekat perkantoran untuk menjadi pelopor penyebaran penduduk dan membuat pusat ekonomi baru di Maluku Utara. Sayangnya para PNS itu memilih menglaju dari Ternate ke Sofifi, Berangkat pagi pulang sore atau malam menyerangi laut.

Tentunya maksud pemerintah provinsi Maluku Utara sangat baik, sangat visioner untuk membangun Maluku Utara ke depan. Pemerintah melihat, Maluku Utara bukan hanya Ternate, namun ada ada Halmahera yang luas, Tidore yang indah dan maitara yang cantik. Semua wilayah harus dapat dinikmati, dihuni tidak menumpuk di Ternate. Karena itu setelah pemindahan kantor Gubernur ke Sofifi, pemerintah provisni diharapkan merencanakan penambahan Bandara baru, Pelabuhan Samudra di Sofifi, Halmahera. Dengan pembangunan infrastrusktur itu, Maluku Utara akan berkembang menjadi Provinsi yang maju di Indonesia Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun