Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Pengabdian Sejati dari Pedal Gas Bus antar Kota

3 Mei 2019   07:18 Diperbarui: 3 Mei 2019   07:34 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram/@hndrpprdn

Mendengar cerita para sopir bus sungguh menjadi pengalaman berharga. Salah satunya sebut saja Nanang seorang pengemudi bus jurusan Bobotsari-Jakarta. Pria 46 tahun ini mengisahkan pertama kali berkenalan dengan pedal bus bermula menjadi kernet, tidak langsung pegang setir, namun mengikuti, mengamati rekanya Tarto yang berprofesi pengemudi.

Dalam perjalanan karier Nanang, ketika menjadi kernet ia tergolong rajin memeriksa kondisi bus. Sesampainya bus tiba di tujuan ia tidak langsung istirhat, tapi  mengecek bagi-bagian penting yang perlu diperiksa secara harian, seusai menjalani rute. Dari ketekunan ini, ia mulai berani menghidupkan mesin, lalu mencoba maju dan mundur jalan lurus.

Hari berikutnya ia berani menggerakkan setir, belok memasuki jalan raya. Semakin hari Nanang semakin tahu, semakin lincah dan semakin terampil. Nanang lalu mencoba ikut ujian SIM, mula-mula SIM A, namun dalam waktu tidak terlalu lama ia sudah mendapatkan SIM B Umum.

Berbekal SIM B Umum, Nanag sudah berani membawa bus menyusuri jalanan dari Bobotasari ke Jakarta, baik lewat Purwokerto-Bumiayu-Jakarta maupun via Pemalang yang jalanya penuh tanjakan dan menantang, namun ketika masuk jalan tol, perjalanan lewat utara jauh lebih cepat.

Kisah Nanang berbeda dengan Jaelani, yang sudah malang melintang membawa truk tronton, truk gandeng hingga sebagai pengemudi bus antar kota sebagai profesinya saat ini. Jaelani bukan tergolong muda lagi. Usianya kini sudah kepala 55, suatu ukuran tua dikalangan penegmudi. Meskipun usianya menjelang senja, pria bertinggi badan sekitar 160 cm ini masih lincah dan terampil membawa bus, bahkan dia tidak berkamata.  

Pria murah senyum ini mengisahkan menjadi sopir enak jaman dulu ketika masih mengantar gula merah dari Bobotasri ke Pamanukan, Jakarta atau kota-kota lain sekitar ibu kota.

Dulu, kisahnya, sebelum ada jalan tol, dia bisa lebih hemat waktu. Dari Bobotasri ke Jakarta Cuma paling lama 10 jam sudah termasuk waktu istirahat. Sekarang, sudah ada jalan tol, waktu tempuhnya lebih lama, bisa molor hingga 12 sd 14 jam untuk membawa truk.

Dulu, lanjutnya, belum banyak mobil. Kendaraan masih sedikit terlebih motor di jalan raya, masih bisa dihitung dengan jari, sehingga ketika ngebut di jalur pantura, ia merasakan kenyamanan. Tapi kini, bila lewat jalur pantura, terlebih siang hari, hati dagdigdug, karena motor sering memotong jalan yang kadang bisa berujung ajal sang pengendara motor.

Saat menjadi pengemudi truk, ketika pulangnya kosong seringkali di jalan mendapatkan muatan bailk. Ada pelanggan bawang merah. Ada sayuran dan aneka hasil bumi yang bisa menjadi penghasilan tambahan. Karenanya menjadi sopir saat itu, menjadi sumber penghasilan yagn tinggi. Ia pun tidak menyia-nyaiakan penghasilanya saat itu. 

Ia investasikan penghasilanya untuk membeli tanah, sawah bahkan mampu menabung untuk pendidikan anak-anaknya. Ia berhasil menjadi sopir sejati, sopir yang sopan, terampil dan bermental baik.

Menjadi sopir harus rela bangun pagi, bangun tengah malam untuk mempersiapkan fisik, kendaraan hingga berbagai pelayanan yang harus disiapkan mereka. Mereka berharap busnya penuh, perjalananya  lancar, aman dan tidak ada pungutan di jalan raya. Penghasilan mereka tidak besar, dibanding pengabdian mereka amat luar biasa bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun