Â
Tol laut merupakan pelayaran langsung secara terjadwal, regular atau tetap sesuai dengan penugasan yang telah ditetapkan pemerintah, salah satunya penugasan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kepada Pelni, sebagai BUMN tarnsportasi laut. Ada penugasan  baru  lebih spesifik kepada Pelni, yaitu  menekan disparitas harga dengan indikator sasaran; terjangkaunya pendistribusian logistik ke daerah tertinggal terpencil, terluar dan perbatasan (3TP), dan ketersediaan barang untuk mengurangi disparitas harga guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tak heran bila 6 rute tol laut yang ditugaskan kepada Pelni hampir seluruhnya ke pulau-pulau terdepan negeri, meliputi; Trayek T-2, dari Tanjung Priok-Tanjung Batu-Belinyu-Tarempa-Natuna-Midai-Serasan. Dengan KM. Caraka Niaga Jaya (CJN) Â III-4, rute ini dijalani sejak peluncuran pada 4 November 2015.
 Tanjung Priok, Jakarta  merupakan pelabuhan pemberangkatan untuk muat bahan pokok dan barang pnting untuk memenuhi kebutuhan warga di Belitung, Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Tarempa, Kabupaten Anambas,  Natuna, Midai dan Serasan Provinsi Kepualauan Riau. Tujuan tol laut pada trayek T-2 ini merupakan pulau-pulau terdepan di batas negara berhadapan  dengan Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam.
Tarempa, Natuna, Â Midai, dan Serasan merupakan serangkaian gugusan pulau di Provinsi Kepulauan Riau yang merupakan wajah Indonesia dan menjadi basis pertahanan negara di sisi utara, menghadap Laut China Selatan. Â
Pelabuhan Selat Lampa, menjadi koneksi jalur laut yang terhubung dengan Jakarta dan pelabuhan lainnya di Indonesia. Pulau sangat  indah di belahan utara negeri  ini tidak ada beras, gula pasir, terigu, sabun, dan berbagai kebutuhan kalau tidak dipasok dari luar karena pabriknya umumnya berada di Pulau Jawa.
Pelni mengoperasikan KM. Caraka Jaya Niaga (CJN) III-4 ke Natuna secara teratur 17 hari dalam 1 voyage. Direktur Utama SBN, Suharyanto yang ikut mengawal perjalanan perdana bersama penulis harus membawa truk, forklif untuk mobilisasi kontainer dari sisi kapal ke gudang yang ada di sekitar pelabuhan.
Kemudian Trayek  T-4, dari Tanjung Perak, Surabaya ke Makasar, Sulawesi Selatan dan Tahuna Sulawesi Utara dengan KM. Logistik Nusantara 1, kapal Lognus I hanya samapai Tahuna yang memiliki dermaga mencukupi untuk menumpuk kontainer. Dari Tahuna, didiapkan kapal  feeder dari Tahuna-Kahaktuang-Burias-Tagulandang-Blaro-Lirung-Melongoane-Miangas-Marore dengan KM. Kandhaga Nusantara 1, kapal ini berfungsi sebagai kapal lokal untuk disiribusi barang ke pulau-pulau kecil, pulau terdepan di Sulawesi Utara.Â
Miangas merupakan pulau terluar Indonesia di Samudera Pasifik, berhapan langsung dengan Filipina. Tak banyak peralatan muat bongkar di sana, Pelni-SBN harus menyiapkan truk agar distribusi ke BUMD, BUMdes, Koperasi dan toko mitra terlayani baik.
Selanjutnya Trayek  T-6 dari Tanjung Perak-Tidore-Morotai-PP dengan KM. Caraka Jaya Niaga III-2. Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur merupakan pelabuhan muat barang pokok dan barang penting. Seperti kita tahu, Morotai dan Tidore merupakan pulau terluar di Maluku Utara. Kedua pulau ini sebelumnya dipasok barang kebutuhan pokok dari Ternate, yang sebelumnya ibu kota Maluku Utara sebelum dipindahkan ke Sofifi di Pulau Halmahera, pulau terbesar di Provinsi Maluku Utara.  Â