Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

"New Tanah Abang", Solusi Terpadu Terintegrasi

24 Februari 2018   08:12 Diperbarui: 24 Februari 2018   16:45 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PKL di Jalan depan Stasiun Tanah Abang

Kawasan Tanah Abang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi di Ibu Kota. Sebagai ikon Jakarta, keberadaan stasiun kereta api, Pasar Tanah Abang sebagai pusat perdagangan menjadi magnet bagi warga berbagai penjuru tanah air di Indonesia bahkan kawasan regional Asia Tenggara berombogan datang ke Pasar Tanah Abang.

Ribuan orang dari pengusaha baju, pernak pernik kerajinan hingga porter menggangutungkan nasibnya di Tanah Abang. Wajar jika di Tanah Abang tumbuh ratusan pedagang kaki lima di trotoar, dan belakangan diakomodasi Pemprov DKI, berjualan di jalan protokol depan Stasiun Kereta Api Tanah Abang dengan menutup akses jalan raya, sehingga diprotes tidak hanya oleh pengemudi angkot.

Penampungan PKL ke jalan raya menuai pro kontra karena jalur angkot 08 Jakarta Kota-Tanah Abang dan mobil pribadi pengangkut barang kesulitan karena tidak dapat lewat di depan stasiun. Kemacetan di depan stasiun dan sekitar Pasar Tanah Abang menjadi menu sehari-hari. Pejalan kaki, mobil pribadi, bus, angkot, bajaj menjadi satu di jalan raya, tak heran kendaraan  merayap 5 km/jam karena banyaknya aktifitas warga.

Bertumpahnya PKL ke jalan raya  kontras dengan kondisi Pasar Tanah Abang Blok G, yang sepi pembeli karena  posisinya di belakang dan warga enggan mendatangi kopleks perdagangan Blok G. Tak heran bila para pedagang di Blok G menggerutu dan ingin protes atas kebijakan penutupan jalan untuk  memberi ruang kepada PKL.

Untuk menata Tanah Abang agar semua mendapatkan kue, harus dilakukan dengan terencana, terpadu, menyatukan semua potensi di sekitar kawasan Tanah Abang. Sehingga semua lokasi dapat dikunjungi warga yang akan berbelanja, aktifitas pejalan kaki dan kendaraan dapat berjalan bersamaan diatur tertib sesuai kebutuhanya.

Stasiun KA merupakan pusat kegiatan warga dari berbagai penjuru kota yang akan bekerja, berjualan, belanja, dan juga para kuli porter mengawali dan mengakhiri kegiatan mencari nafkah di kawasan Tanah Abang. Tak heran para PKL menyesaki trotoar  di depan stasiun, dengan harapan banyaknya orang lalu lalang akan tertarik dan membeli barang.

Kompleks Stasiun dan Pasar Tanah Abang perlu ditata terpadu dengan mengerahkan segenap potensi di sekitarnya. Kawasan Tanah Abang, khususnya di depan Stasiun saat ini masih kumuh, bangunanya tidak teratur karena kepemilikan lahan bukan milik satu orang, namun milik bnayak orang. Karena itu pemerintah harus menjadi inisiator untuk membuat konsep terpadu penataan kawasan Tanah Abang. Semua stakelhoders dirangkul untuk menyamakan persepsi, menata kawasan Tanah Abang secara terpadu terintegrasi  berkeadilan.

Pemprov DKI memiliki lahan berupa jalan raya. Jalan raya di depan stasiun memutar hingga mengelilingi Blok A, B, C, D dan Blok G dan blok lainnya di Pasar Tanah Abang harus dibuat susun agar dapat memisahkan pedagang,  transportasi bus, angkot, sepeda motor dan mobil pribadi dan pejalan kaki tanpa saling mengganggu aktifitas satu dengan lainnya.

Pembangunan jalan memutar layang tidak hanya akan menambah space lahan cukup luas, namun dapat menjadi solusi memisahkan pejalan kaki dan mobil. Pejalan kaki yang akan belanja dan  pejalan kaki yang hanya melintas harus dipisahkan.  Penataan model seperti ini sudah diterapkan di Mekah dan Madinah, di mana di bawah masjid terdapat kompleks pertokoan dan parkir yang cukup luas dan tidak saling menghalangi untuk berkatifitas. Model seperti ini dapat diadopsi di Tanah Abang. Dengan jalan lingkar memutar didesain modern, tentu akan menambah nilai jual menyatukan stasiun dan kompleks perdagangan.

Reancana DKI Jakarta menata kawasan Tanah Abang (Dok. DKI)
Reancana DKI Jakarta menata kawasan Tanah Abang (Dok. DKI)
Para pemilik lahan atau pemilik toko yang dibangun tidak teratur  dan kondisinya kumuh perlu diajak bicara, mereka tidak perlu digusur tapi ditata dengan model kepemilikan saham, sehingga pembagian keuntunganya adil dan mereka masih dapat berjualan atau memanfaatkan lahanya. Daripada mereka membangun sendiri-sendiri perlu dana besar dan tidak cukup modal, lebih baik dibangun bersama dengan model kepemilikan saham, sehingga  mendapat keuntungan abadi.

Penataan kawasan Tanah Abang terpadu dan terintegrasi menjadi kebutuhan untuk Jakarta yang lebih baik. Karena itu Pemprov DKI Jakarta sudah selayaknya memikirkan penataan itu. Untuk memudahkan, penataan dapat diawali menata jalan raya dengan membangun jalan layang melingkar untuk kelancaran akses sehingga aktifitas warga tidak saling mengganggu satu dengan lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun