Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pesta Demokrasi di Tengah Pandemi Covid-19

9 Desember 2020   13:10 Diperbarui: 9 Desember 2020   13:21 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber.Youtube.com/tribunnews

Hari ini, Rabu, 9 Desember 2020, Indonesia merayakan pesta demokrasi di tengah pandemi. 270 daerah di seluruh Indonesia yang meliputi 9 Provinsi, 224 Kabupaten, dan 37 Kota mengadakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Masyarakat di daerah-daerah tersebut menggunakan hak pilihnya untuk menentukan pemimpin yang layak memimpin dan mampu menjawab segala persoalan yang mereka alami selama ini.

Pilkada kali ini tentu saja berbeda dengan pilkada-pikada sebelumnya karena terlaksana di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga hilang. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan masyarakat yang datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) wajib menggunakan protokol kesehatan agar terhindar dari penularan Covid-19.

Meskipun dilaksanakan di tengah pandemi, antusiasme masyarakat pemilih dalam menyambut pilkada serentak ini masih sangat tinggi. Setidaknya, penulis memantau melalui layar televisi, bahwa masyarakat pemilih di beberapa daerah tetap bersemangat untuk datang ke TPS. Mereka menggunakan protokol kesehatan: memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak sebagaimana yang diatur oleh KPU.

Hal ini menunjukkan bahwa Covid-19 tak menghalangi keinginan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. Dan yang paling penting bahwa masyarakat meletakkan kepercayaan penuh pada calon-calon kepala daerah yang mereka pilih.

Nyobloslah paslon yang jujur!

Setiap lima tahun sekali seluruh daerah di Indonesia selalu mengadakan pilkada. Pertanyaannya, apakah janji-janji yang dilontarkan oleh para pasangan calon (paslon) di masa-masa kampanye sudah terealisasi atau belum? Apakah antusisme masyarakat pemilih sudah terbayar penuh oleh paslon yang memenangi pilkada atau belum? Saya kira, kita semua sepakat untuk secara serentak mengatakan: BELUM.

Masih banyak kepala daerah yang selama ini lebih memilih duduk manis di istana kekuasaan daripada turun ke bawah dan menjumpai masyarakat yang telah memilihnya. Pilkada kali ini, mereka muncul lagi bawa serta janji-janji dan harapan-harapan palsu.

Banyak pula kepala daerah yang lebih berpihak pada cukong-cukong politik (penyumbang biaya kampaye-red) daripada bekerja sama dengan masyarakat yang selalu merindukan perubahan.

Lantas, saya dan Anda kembali bertanya: untuk apa kita menyoblos kalau kelak suara kita diabaikan setelah pilakada serentak ini selesai? Ya, pada pundak paslon-paslon barulah kita meletakkan kepercayaan dan pilihan kita. Lebih baik memilih orang-orang baru daripada memaksa memilih wajah-wajah lama yang sudah terbukti membohongi masayarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun