Indonesia merupakan negara besar yang terdiri dari beragam suku, ras dan agama. Keberagaman itu merupakan kekayaan bangsa yang patut kita syukuri. Bukan sebaliknya, keberagaman dan keberbedaan justru menjadi sumber konflik dan perpecahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Padahal, kita semua menyadari bahwa semua ajaran agama bertujuan untuk membawa umatnya pada kebenaran.
Namun realitanya justru berbicara lain. Banyak umat beragama yang bertindak mengatasnamakan agama untuk melakukan tindakan kejahatan, kekerasan dan bahkan pembunuhan.
Banyak juga umat beragama yang memakai atribut-atribut keagamaan untuk kepentingan politik dan ekonomi. Dalam konteks ini, agama justru tercerabut dari akarnya. Agama tidak lagi membawa perdamaian tapi justru membawa pertentangan dan peperangan di masyarakat.
Dalam sejarah dunia, kita mengetahui bahwa masalah agama seringkali menguasai kehidupan manusia. Salah satu contohnya adalah konflik besar antara umat beragama Islam dengan umat Kristen di Eropa pada abad pertengahan yang sering disebut perang Salib (1096-1271 M).Â
Contoh lain, pembantaian Muslim Rohingnya oleh umat Budha di Myammar. Di Indonesia, misalnya, konflik antara umat Muslim dengan Nasrani di Poso, dan masih banyak contoh lainnya.
Konflik-konflik tersebut memperlihatkan bahwa umat beragama seringkali tidak bertindak sesuai ajaran-ajaran agamanya. Dampaknya justru menimbulkan streotip-streotip terhadap agama tertentu.Â
Misalnya agama Islam sering dicap sebagai agama radikal, tidak toleran, melanggengkan kekerasan dan lain sebagainya. Sedangkan agama Kristen adalah agama kaum kafir. Padahal, kenyataan tidak demikian. Banyak umat Islam yang lebih moderat. Dan Kristen bukanlah agama kaum kafir.
Dominasi Agama
Di Indonesia, dominasi agama terhadap kehidupan bernegara sangat jelas. Masalah mantan Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama alis Ahok adalah salah satu contoh nyata. Demonstrasi berjilid-jilid dalam jumlah masa yang sangat banyak dan menggunakan atribut-atribut agama. Tujuannya jelas, yakni menjebloskan Ahok ke dalam penjara dan sekaligus menggagalkannya menjadi Gubernur DKI periode kedua.
Atau contoh lain, demonstrasi menolak Undang-Undang Ciptaker yang diinisiasi oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Mahasiswa, dan ormas-ormas Islam.Â