Corona telah membawa dampak yang begitu besar bagi masyarakat di seluruh dunia. Terutama membatalkan niat masyarakat yang hendak menikah di tahun ini. Saya kira sekitar ratusan dan bahkan ribuan pasangan di Indonesia terhitung sejak bulan Maret hingga bulan Mei ini yang terpaksa membatalkan rencana pernikahannya.
Najwa Shihap, pada april lalu bahkan memberikan kejutan pada calon pengantin yang harus menunda pernikahnnya akibat wabah corona. Najwa mengajak calon pengantin untuk bergabung dalam kejutan melalui video call. Pasangan yang bernama Agil dan Novel seharusnya menikah dan meggelar acara resepsi pada, Sabtu 4 April 2020 (msn.com, 19/4/2020).
Barangkali melonjaknya angka kehamilan pada 3 bulan ini sebagai bentuk pelempiasan atas terkurungnya niat pernikahan pasangan yang batal nikah. Mereka bersepakat untuk "mencetak" anak terlebih dahulu baru kemudian menikah, layaknya banyak pasangan suami istri di Eropa yang tak menikah.
Kebetulan saya punya rekan kerja yang sejak awal 2019 mempersiapkan pernikahannya pada akhir bulan Mei ini. Namun karena corona, niatnya terpaksa dikurung. Padahal mereka sudah menyiapkan biaya pernikahan, gedung resepsi, Â mahar dan bahkan sudah menghubungi pastur yang akan memberikan sakramen pernikahan. Tinggal undangan pernikahan saja yang belum dicetak.
Saat berkomunikasi via telfon satu minggu yang lalu, kawan saya itu bercerita tentang kegalauannya. Katanya, dia sedang galau dan bingung, sambil berpikir mau ditunda sampai kapan pernikahan mereka. Apalagi virus corona ini belum juga pergi dari negeri ini.
Mendengar bagaimana dia bercerita, saya hanya memposisikan diri sebagai pendengar yang baik dan mencoba untuk bersikap tenang. Karena membuat keputusan untuk membatalkan atau "reschedule" jadwal pernikahan bukanlah perkara yang mudah. Keputusan untuk menentukan jadwal pernikahan mesti melibatkan seluruh keluarga besar.
Akhirnya, dengan suara yang lembut---tak segarang biasanya---dia menyampaikan bahwa pernikahannya sangat tergantung situasi. Kalau corona cepat pergi maka pernikahannya pun akan cepat terlaksana, demikian pun sebaliknya.Â
Saya membayangkan bagaimana kalau saya sendiri yang sudah bertahun-tahun berencana dan mempersiapkan pernikahan di tahun ini, namun gagal karena corona. Betapa stresnya saya dan pasangan.Â
Saya malah menduga bahwa mereka yang batal nikah lebis stres daripada mereka yang meninggal. Sebab, orang yang meninggal karena corona tak sempat memikirkan bagaimana kesedihan dan kegalauan mereka yang ditinggalkannya.
Semoga corona cepat pergi sehingga mereka yang hendak menikah termasuk rekan saya, segera menikah. Sehingga pasangannnya tak direbut oleh mereka yang lagi jomblo. SEKIAN