Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepenggal Kisah Rekan Kerja yang Batal Nikah

27 Mei 2020   11:20 Diperbarui: 27 Mei 2020   11:39 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan yang batal nikah (Sumber: carapedia.com)

Corona telah membawa dampak yang begitu besar bagi masyarakat di seluruh dunia. Terutama membatalkan niat masyarakat yang hendak menikah di tahun ini. Saya kira sekitar ratusan dan bahkan ribuan pasangan di Indonesia terhitung sejak bulan Maret hingga bulan Mei ini yang terpaksa membatalkan rencana pernikahannya.

Najwa Shihap, pada april lalu bahkan memberikan kejutan pada calon pengantin yang harus menunda pernikahnnya akibat wabah corona. Najwa mengajak calon pengantin untuk bergabung dalam kejutan melalui video call. Pasangan yang bernama Agil dan Novel seharusnya menikah dan meggelar acara resepsi pada, Sabtu 4 April 2020 (msn.com, 19/4/2020).

Barangkali melonjaknya angka kehamilan pada 3 bulan ini sebagai bentuk pelempiasan atas terkurungnya niat pernikahan pasangan yang batal nikah. Mereka bersepakat untuk "mencetak" anak terlebih dahulu baru kemudian menikah, layaknya banyak pasangan suami istri di Eropa yang tak menikah.

Kebetulan saya punya rekan kerja yang sejak awal 2019 mempersiapkan pernikahannya pada akhir bulan Mei ini. Namun karena corona, niatnya terpaksa dikurung. Padahal mereka sudah menyiapkan biaya pernikahan, gedung resepsi,  mahar dan bahkan sudah menghubungi pastur yang akan memberikan sakramen pernikahan. Tinggal undangan pernikahan saja yang belum dicetak.

Saat berkomunikasi via telfon satu minggu yang lalu, kawan saya itu bercerita tentang kegalauannya. Katanya, dia sedang galau dan bingung, sambil berpikir mau ditunda sampai kapan pernikahan mereka. Apalagi virus corona ini belum juga pergi dari negeri ini.

Mendengar bagaimana dia bercerita, saya hanya memposisikan diri sebagai pendengar yang baik dan mencoba untuk bersikap tenang. Karena membuat keputusan untuk membatalkan atau "reschedule" jadwal pernikahan bukanlah perkara yang mudah. Keputusan untuk menentukan jadwal pernikahan mesti melibatkan seluruh keluarga besar.

Akhirnya, dengan suara yang lembut---tak segarang biasanya---dia menyampaikan bahwa pernikahannya sangat tergantung situasi. Kalau corona cepat pergi maka pernikahannya pun akan cepat terlaksana, demikian pun sebaliknya. 

Saya membayangkan bagaimana kalau saya sendiri yang sudah bertahun-tahun berencana dan mempersiapkan pernikahan di tahun ini, namun gagal karena corona. Betapa stresnya saya dan pasangan. 

Saya malah menduga bahwa mereka yang batal nikah lebis stres daripada mereka yang meninggal. Sebab, orang yang meninggal karena corona tak sempat memikirkan bagaimana kesedihan dan kegalauan mereka yang ditinggalkannya.

Semoga corona cepat pergi sehingga mereka yang hendak menikah termasuk rekan saya, segera menikah. Sehingga pasangannnya tak direbut oleh mereka yang lagi jomblo. SEKIAN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun