Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mahalnya "Belis" Perempuan Manggarai, Penghargaan atau Perdagangan Perempuan?

23 Mei 2020   13:32 Diperbarui: 24 Mei 2020   00:31 2813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadis-gadis cantik Manggarai (Sumber: Theeast.co.id)

Kedua, hamil di luar nikah. Banyak perempuan Manggarai yang hamil di luar nikah. Hal tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan antara laki-laki dan perempuan. 

Mereka melakukan hubungan seks ilegal karena mahalnya belis yang diminta. Sehingga ketika dilaksanakan acara perkawinan adat, belis yang diminta pun tidak terlalu mahal.

Ketiga, menikahi perempuan di luar Manggarai. Mahalnya belis menyebabkan pemuda Mangarai menikahi perempuan di luar Manggarai, misalnya menikah dengan perempuan Jawa, Medan, Papua, dll. 

Pemuda Manggarai berpikir bahwa lebih baik menikahi perempuan dari daerah lain daripada harus memerima mahalnya belis yang mengakibatkan rantai kemiskinan di Manggarai tak kunjung putus.

Penutup

Budaya di mana-mana di Indonesia ini mesti dijunjung tinggi apapun jenis budayanya. Bahkan menempatkan budaya setaraf dengan agama sejauh nilai-nilai budaya tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. 

Akhir penulis berharap, agar kita sungguh-sungguh mencintai dan menghidupkan budaya daerah masing-masing. Jangan menjadikan budaya sebagai alat untuk meraup keuntungan ekonomi sebesar-besarnya, seperti yang terjadi dalam upacara perkawinan masyarakat Manggarai.

Perempuan adalah bukti cinta Tuhan untuk manusia, sebab melalui para perempuanlah muncul generasi-generasi baru yang dapat meneruskan sejarah peradaban manusia di dunia ini. Oleh karena itu, janganlah "menjual" anak perempuan  dengan meminta belis yang mahal! 

Salam cerdas dalam berbudaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun