Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kekerasan di Sekolah, Salah Siapa?

9 Maret 2020   16:37 Diperbarui: 9 Maret 2020   16:39 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Untuk itu,  kita perlu berkaca pada kekerasan yang dilakukan oleh guru yang juga adalah wakil kepala sekolah di SMAN 12 Bekasi pada 11 Februari yang lalu. Pada saat itu, siswa yang berinisial RF dipukul oleh gurunya di lapangan karena telat dan tidak memakai ikat pinggang. Masalah ini berujung pada pencopotan pelaku (guru) dari sekolah.

Melihat masalah di atas, kita pasti marah pada guru tersebut. Lagi pula, masih ada hukuman lain yang dapat memberikan efek jerah terhadap peserta didik. Misalnya berlutut selama satu jam pelajaran, menghormati bendera di bawah terik matahari, membersihkan sampah di lingkungan sekolah, berlutut selama satu jam pelajaran dan masih ada hukuman lain yang dapat dipraktikan. 

Hukuman seperti itulah yang sering penulis praktikan di sekolah. Efeknya sangat jelas, siswa tak berani melakukan pelanggaran selama berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Perlu disadari juga bahwa tindakan kekerasan terhadap peserta didik tidak menjamin bahwa anak itu akan berubah. Mungkin saja kekerasan itu membuat anak didik semakin apatis dan "kepala batu".

Cara Menanggulangi Kekerasan
Ada banyak cara menanggulangi  tindakan kekerasan di lingkungan sekolah. Misalnya menciptakan aturan khusus terhadap pelaku kekerasan. Siapapun yang melakukan keekerasan, baik siswa maupun murid langsung dikeluarkan dari sekolah. 

Aturan ini mesti dibuat dan harus konsisten. Maksudnya, tak perlu banyak pertimbangan kalau terjadi kekerasan di sekolah. Kedua, menciptakan rasa aman. Bapa/ibu guru perlu menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah. Artinya, bapak/ibu guru perlu mengawasi pergaulan siswa, baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. 

Di samping itu, sebagai orang tua, perlu mengetahui seluruh peraturan sekolah. Sehingga ketika ada siswa yang melakukan pelanggaran tertentu. Orang tidak main hakim sendiri, agar tidak terulang lagi  lagi masalah seperti yang terjadi di SMAN 10 Tanjung Barat, Jambi, dimana Seorang wali murid membawa pistol dan menganiaya kepala sekolah. Lantas, kita bertanya siapa yang bersalah atas semua kekerasan di sekolah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun