Larangan membawa handphone ke sekolah bukanlah suatu larangan yang baru. Jauh sebelum itu, sejumlah sekolah telah mengeluarkan kebijakan tersebut. Hanya saja sekarang ini, peraturan tersebut akan menjadi sebuah peraturan yang berlaku di semua sekolah di Indonesia. Pelarangan membawa handphone ke sekolah ada beberapa maksud, diantaranya agar siswa bisa fokus dalam belajar, tidak mengambil contekan dari internet, menanyakan jawaban kepada temannya melalui sms, BBM, dan yang lainnya serta untuk menghindarkan siswa dari konten-konten pornografi.
Bagus sih, kebijakan tersebut. Tetapi saya rasa kebijakan tersebut tak begitu bijak. Mengapa? Karena seolah-olah sekolah ingin berlepas diri dari mendidik siswanya mengenai etika penggunaan IT (Information Technology) yang baik dan benar. Seharusnya sekolah justru mengajarkan etika tersebut, bukan hanya fokus pada nilai akademik. Percuma nilai akademiknya tinggi tetapi tidak mengerti etika penggunaan teknologi informasi yang benar.
Toh nantinya semua siswa juga akan menggunakannya. Bahkan sepulang sekolah pun bisa jadi langsung pegang handpone. Artinya, kita semua tidak akan bisa lepas dari teknologi informasi ini. Maka di sinilah sesungguhnya peran sentral sekolah untuk mendidik siswanya tentang bagaimana cara penggunaan teknologi informasi yang benar. Kalau bukan sekolah siapa lagi yang akan mendidiknya?
Kebijakan yang tujuannya untuk lari dari segala kenyataan, ketakutan dan kekhawatiran mengenai hilangnya moral dalam menggunakan teknologi merupakan suatu kebijakan yang tak bijak. Seharusnya sekolah berani menghadapi kecenderungan siswa untuk melakukan tindakan-tindakan negatif dalam penggunaan handphone. Kemudian memberikan pengetahuan dan mendidiknya supaya nantinya bisa menggunakan teknologi secara positif dan bermanfaat. Kebijakan yang yang bijak dalam masalah ini adalah peningkatan kemampuan dan kualitas guru dalam hal mendidik siswanya mengenai tata cara penggunaan teknologi yang beretika bukan larangan membawa handphone.
