Mohon tunggu...
suhanda ariyanto
suhanda ariyanto Mohon Tunggu... Program Coordinator IRI Indonesia

Penulis berita mengumpulkan, menulis, dan menyajikan fakta kepada publik melalui berbagai media dengan memastikan kredibilitas dan kepatuhan terhadap kode etik jurnalistik. dan editor: meninjau, menyunting, dan memastikan kualitas serta ketepatan informasi sebelum dipublikasikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Integrasi Nilai Agama dalam Keuangan Global untuk Masa Depan Berkelanjutan

28 April 2025   12:01 Diperbarui: 28 April 2025   12:01 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Hayu S. Prabowo

Jakarta, Ecomasjid--- Ketua Ecomasjid, Dr. Hayu Prabowo, menegaskan perlunya integrasi nilai etika dan prinsip agama dalam sistem keuangan global untuk mencapai masa depan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.

Dalam pernyataan terbarunya, Hayu menyoroti bahwa ekonomi dunia berada di persimpangan kritis, di mana model pertumbuhan konvensional yang berorientasi keuntungan jangka pendek telah mempercepat kerusakan lingkungan dan memperlebar ketimpangan sosial.

Mengutip data Bank Dunia 2021, Hayu mengatakan bahwa model ekonomi linear tradisional bertanggung jawab atas 90% hilangnya keanekaragaman hayati dan 70% emisi karbon global.

"Keuangan berkelanjutan memerlukan lebih dari sekadar inovasi teknologi atau kebijakan baru; ia membutuhkan fondasi moral yang kuat," ujarnya (28/4).

Hayu menekankan, ajaran agama-agama besar dunia, seperti larangan riba dalam Islam, konsep stewardship dalam Kristen, prinsip dharma dalam Hindu, kesederhanaan dalam Buddha, dan harmoni sosial dalam Khonghucu, dapat memperkuat prinsip keadilan, keseimbangan, dan keberlanjutan dalam ekonomi global.

Ia juga memperkenalkan konsep empat pilar keuangan berkelanjutan, yaitu keuntungan ekonomi, perlindungan lingkungan, keadilan sosial, dan landasan etika, seraya menekankan pentingnya prinsip keadilan antargenerasi, transparansi, dan kehati-hatian dalam setiap keputusan keuangan.

Sektor keuangan, kata Hayu, memainkan peran vital dalam mengarahkan transisi ini, mengingat sekitar 80% emisi global terkait aktivitas yang mereka danai. Namun ia mencatat bahwa investasi dalam energi terbarukan kini menawarkan tingkat pengembalian tiga hingga delapan kali lebih tinggi dibandingkan energi fosil, berdasarkan laporan UNEP FI 2021.

Selain itu, Hayu menggarisbawahi pentingnya kearifan lokal, seperti gotong royong dan sistem koperasi komunitas, dalam memastikan keuangan transisi yang inklusif dan adil, terutama bagi masyarakat rentan yang terdampak perubahan iklim.

"Untuk membangun ekonomi masa depan yang hijau dan adil, kita perlu menggabungkan etika universal, kebijaksanaan agama, dan komitmen terhadap keadilan sosial," katanya.

Hayu menyerukan agar sektor keuangan, pembuat kebijakan, dan komunitas global lebih serius mempertimbangkan nilai-nilai spiritual dalam mengarahkan investasi dan kebijakan pembangunan, mengingat 84% populasi dunia memeluk agama, berdasarkan laporan Pew Research Center 2022.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun