Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Susi Pudjiastuti, Laut, dan Lustrum XII SMA 1 Teladan

16 Desember 2017   09:30 Diperbarui: 16 Desember 2017   09:37 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://jateng.metrotvnews.com/

Susi menjadi salah satu sosok fenomenal saat ini. Ia menjadi 'hebat' dengan hanya bermodal satu kata 'tenggelamkan'. Tapi itu berarti banyak, tenggelamkan praktek busuk mafia perikanan dan segala aspeknya. Tenggelamkan para koruptor dan para antek dan penerima hasil korupsi itu (ormas, parpol, politikus, birokrat, akademisi, dan banyak yang lain yang tak malu meposisikan diri sebagai maling berdasi dan sok suci). Tapi konon Menteri Kelautan dan Perikanan RI itu tidak mengakui andil ikut 'menenggalamkan' Jakarta. . .

Di atas penggung dengan kaya bicara akademik semi 'stand up comedy' ia berujar, dulu kapal asing diberi BBM bersubsisi, dikawal pula oleh aparat, padahal mereka maling ikan. Menguras, menggasak, mengguduli hasil laut entah sudah berapa puluh tahun. Kemana para penguasa waktu itu, kemana pihak keamanan, kemana kementrian yang mengurus. . . . kemana. . . . kemana. . . dan ngapain saja mereka itu?

Ah, kata-kata di atas penafsiran saya saja atas pidato Bu Susi. Jangan diambil hati. Terlebih bagi para pejabat masa lalu yang telanjur kenyang dengan usaha mengeruk dan memiskinkan negeri sendiri. Tenang saja,  

Bu Susi dengan rambut kriwil dan wajah sangar itu menambahkan, dengan meneriakkan 'tenggllamkan'; ternyata berbagai pihak merasa kebakaran jengggot (lelaki maupun perempuan). Tidak terkecuali, termasuk para pengusaha, mencari-cari pasal untuk menumbangkan dasar pijakan kebijakan Susi.

Mengherankan memang, mereka bukannya membantu tetapi malah dengan berbagai cara coba menghalangi, menelikung, menggembosi. Tapi 'Perempuan van Pangandaran' itu bergeming. Dia bahkan memperingatkan orang-orang yang coba 'membeli'nya dengan harga fantastik, jangan coba-coba. . . . !

***

Ada yang berargumentasi, ikan itu bukan warga Indoneisa, mereka tidak punya KTP, mereka warga dunia, jadi siapa saja boleh mengambilnya. Susi berkilah, kalau begitu kenapa tidak menunggu di negara mereka masing-masing saja. Nanti bila ikannya datang ke perairan mereka mereka baru ditangkap di sana.

Nah, soal ikan tidak ber-KTP, Susi berseloroh: bagaimana mungkin ikan diberi KTP, berapa banyak jumlah mereka? Sedangkan mengurus KTP untuk manusia Indonesia saja dikorupsi.

Satu lagi. Susi tidak pernah lulus di SMA Teladan Yogyakarta. Namun tak dapat ditampik bahwa ia merupakan salah satu sosok fenomenal yang ditemukan alamamaternya dan diorbitkan Jokowi untuk mewujudkan impiannya yang aneh-muskhil-mengada-ada dan entah sebutan apa lain pada awalnya. Terasa semua hanya bualan, menjaga kedaulatan laut itu tidak populer.

Namun dengan kata 'tenggelamkan' banyak hal terjadi kemudian yang diluar dugaan. Stok ikan meningkat, perusahaan ikan dalam anegeri bangkit, kekdaultgan laut terjaga. Susi fenomenal. SMA Teladan fenomenal. Maka Susi mengajak para siswa untuk membebaskan pikiran dari berbagai belenggu yang justru membatasi diri sendiri untuk maju.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun