Mohon tunggu...
Sugiyanta Pancasari
Sugiyanta Pancasari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Cerita dan Catatan" Yang tak boleh menua, dilumat usia

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hari-hari Terakhir Sebelum Akhirnya Semua Benar-benar Harus Berakhir

27 Januari 2021   15:05 Diperbarui: 27 Januari 2021   15:09 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

/31/12/2020/

Hari itu cukup cerah meski berhari-hari sebelumnya hujan turun teramat lebat, mengisyaratkan kecemasan, menyambut tahun baru, yang semoga tak berlangsung kelabu.

Kami berempat, ditemani teh hangat, kopi hitam pekat, ditambah renyah cemilan, dan aneka gorengan panas-panas sedap, membuat kami terengah, menambah sedikit gerah ruangan 7 kali 3,5 meter, dengan kipas angin yang terus berputar mengusir butir keringat, saat harus dikejar laporan akhir tahun dan tak boleh telat.
Kebersamaan bertumbuh, berbingkai niat pengabdian yang utuh, dan rekat semangat yang tak meluruh. Dan kerelawanan adalah "suluh" ditengah suram dan pudarnya nilai-nilai luhur yang makin luntur merapuh.

Canda dan tawa seolah mekar wangi bunga, menghias dan penyejuk hari-hari yang keras, penawar bagi beban tugas, dan jika ikhlas pasti akan berbalas.

Tak terasa waktu sudah menunjuk pukul 15. 40 sore. Di luar mendung tebal menggantung. Tak ada firasat apapun, kecuali pertanda bahwa malam tahun baru, hujan lebat akan mengungkung kita, dalam sunyi dan murung.

/2/1/2021/

Kami hanya bertiga dalam cekam kesunyian. Udara terasa dingin dengan sedikit awan dan mendung.

Kursi itu kosong, begitupun meja, yang terlihat aneh tanpa tumpukan berkas-berkas kerja, dan beragam dokumen yang setia menunggu untuk diselesaikan.

Ada yang terasa hampa, tanpa kehadiranmu, duduk di kursi dekat jendela itu. Kami bertiga lebih banyak terdiam, hanya mematung, dan gagal berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas, dan entah kemana pikiran kami jauh mengembara, seolah kami tengah berperang melawan kecamuk dan menjerat kami dalam perih dan terpuruk.

Hari-hari seperti ini biasanya segelas teh hangat, kopi panas, atau sesakali juice, sudah tersiap di atas meja masing-masing, tentu dengan aneka cemilan yang membuat kami sebentar-sebentar terhenti dari kesibukan kerja.

Tetapi hari itu, tak seperti biasanya, jika kau tak masuk kerja hanya dengan alasan tak enak badan seperti biasanya, tetapi hari itu, ketidakhadiranmu adalah kehampaan yang begitu sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun