Mohon tunggu...
sugita
sugita Mohon Tunggu... Guru - Menulis merupakan bagian hidup

Menulis untuk bahagia

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Liku -liku Hidup (7)

16 Juli 2022   08:00 Diperbarui: 26 Juli 2022   06:56 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
websitependidikan.com

                                                  

       Tahun ajaran baru dimulai bulan Juli tahun 1978  aku berada di  kelas 6 SD ketika itu  ,ada beberapa perubahan baru yang  akan dilaksanakan  .Pemberitahuan wali kelas 6, pak Salam bahwa setiap hari senin diadakan upacara bendara di halaman  sekolah dan diwajibkan memakai sepatu saat upacara .Untuk petugas upacaranya bergantian kelas 5 dan 6 dan  dimulai dari  anak kelas 6 dulu.Hari itu baru pertama masuk sekolah , anak -anak membersihkan ruang kelas dan halaman . Setelah pulang sekolah  aku bercerita pada simbok bahwa setiap senin disuruh memakai sepatu karena diadakan upacara dan diharuskan memakai sepatu. Simbok diam berpikir belum menjawab baru sore harinya diberi tahu besok dibelikan sepatu warna hitam sesuai yang diwajibkan sekolah. Pada hal sebelumunya tidak pernah memakai sepatu dan upacara pun hanya peringatan hari -hari besar saja.

     Hari berikutnya masih kerja bakti lagi merawat kebun belakang kelas dan menanam singkong dan bunga di pinggiran  untuk anak perempuan ,sedangkan anak laki-laki menebas rumput dilanjutkan mencangkul membuat pematang .Menjelang matahari tegak diatas kepala semua pekerjaan telah  selesai  kemudian  istirahat . Pada pukul 12.30 bel masuk dibunyikan , pak salam masuk kelas memberi salam serta memberi pengarahan dan bimbingan kemudian menulis  jadwal pelajaran  di papan tulis.Hal baru yang perlu diinggat mulai minggu depan setiap hari jumat dan sabtu latihan upacara setelah jam istirahat siang kata pengarahan terakhir dari wali kelas.

     Sebulan  masuk sekolah,  betul -betul terjadi perubahan .Setiap senin upacara ,memakai seragam putih merah dan bersepatu , pada hari jum 'at dan sabtu menjelang pulang selalu ada latihan upacara ,aku dan teman-teman diam saja tidak ada yang tanya menuruti ajuran wali kelas. Maklum lah anak desa yang tidak ada yang  tahu perkembangan dunia pendidikan . Jangankan masalah pendidikan , naik mobil ovelet  tua saja senangnya luar biasa, dan ada truk lewat dikejar -kejar dibelakangnya.

Baca juga: Liku-Liku Hidup (6)

    Lain halnya dengan kisah yang tak terlupakan , yakni  gempa bumi yang melanda wilayah sekitar gunung lawu selama setahun mulai dari awal Januari sampai Desember 1979  luar biasa menakutkan bagi anak -anak seusiaku saat itu  . Tidak bisa tinggal dirumah selama setahun dengan tenang ,tidurnya dihalaman rumah dengan membuat gubuk beratap daun kelapa. Dan hanya saat makan saja di dalam rumah selebihnya di luar rumah untuk menjaga selalu waspada ,karena hampir tiap waktu terjadi gempa kadang 1 hari satu malam bisa 4 kali terkadang sekali terjadi. Menurut pengumuman  dari pemerintahan  desa saat itu  bahwa gunung Lawu akan meletus .Penduduk yang tinggal di lereng gunung Lawu seperti lokasi wisata Sarangan , kota kecamatan plaosan sudah banyak yang mengungsi ke wilayah kota Magetan sekitarnya bahkan ada yang sampai tinggal di kota Madiun .

    Setelah satu tahun gempa bumi mereda ,namun kerusakan rumah dan bangunan umum seperti sekolah , kantor desa jalan  ,dan parit -parit banyak yang  rusak seperti retak -retak dan pecah -pecah pada dinding rumah beton . Selain itu  ada juga  rumah yang  roboh karena belum selesai di plester baru didinding bata saja.

    Sedangkan kegiatan sekolah saat itu  tetap saja berlangsung  , jika ada gempa murid -murid berhamburan keluar .Jika tidak ada gempa ,belajar dilanjutkan lagi seakan gempa bumi dianggap biasa sampai SMP kelas 1 ketika ulangan semester saat asyik menggambar tiba -tiba terjadi gempa agak besar  semua siswa keluar kelas kemudian dipulangkan . Ditunda hari berikutnya jam ke 3 setelah jadwal ulangan semester jam 1 dan 2 . Saya sebagai anak -anak saat itu tidak tahu pasti mengapa semua kegiatan tetap dilaksanakan seperti biasa tanpa ada yang ketakutan dengan gempa. Bulan Februari tahun 1979 tidak lagi terjadi gempa ,menurut informasi dari informasi guru SMP saat itu aktifitas gunung lawu sudah tidak aktif lagi kembali yang berdampak tidak ada gempa bumi.

Baca juga: Liku-liku Hidup (5)

    Disisi lain kondisi saya saat masuk di kelas 1 di SMPN 1 Plaosan terasa sangat berat karena peraturan ketat dan disiplin tinggi terlambat masuk pagi peringatan jika terlalu sering di hukum . Apalagi tidak melaksanakan tugas piket dengan alasan apapun ,hukuman mengepel satu ruang sendirian di kelas nya masing -masing. Pada hal di SD kelas 6 santai, tidak ada hukuman jika terlambat biasa saja cuma ijin terlambat  dan untuk yang tidak sempat piket bisa diatur dengan teman yang datang duluan.

   Selama 3 tahun di SMP terbentuk karakter disiplin yang tinggi , membuat saya memiliki semangat untuk melanjutkan belajar ke jenjang SLTA  ketika itu. Pada bulan Juni 1982 ikut masuk daftar di SLTA , kemauan orang tua masuk SPG namun saya tidak ingin jadi guru . Ketika akan mengambil Danem di Kantor  TU SMP bertemu dengan teman -teman satu desa yang berada di lain kelas  dia bertanya ,"Kamu mau daftar kemana Git "  STM ( SMK sekarang ) jawabku .Lalu dia berkata " STM kan tidak ada yang Negeri di  Magetan ,mau STM Negeri Madiun kah , tidak jauh itu ,sahutku. Ayo ikut aku saja daftar SMA negeri sahut Fii, ku jawab iya lah kalau begitu .

Baca juga: Liku-Liku Hidup (4)

   Kemudian esok harinya 4 anak aku ,fii ,jawari ,kayun dan parman daftar di SMA Negeri  , kemudian minggu depannya dilanjutkan dengan Tes tulis. Aku tidak terlalu serius saat mengerjakan tes waktu karena pikiran ku mau masuk STM . Dua minggu kemudian pengumuman tes , belum sempat lihat pengumunan fi'I memberi tahu  ternyata hanya saya sendiri yang lulus tes. Kaget bukan kepalang saya hanya ikut -ikutan tidak serius kok bisa lulus tes sendiri.

   Di waktu kelas 1 terasa berat ,tidak ada teman 1 pun dari desa , yang satu sekolah dan masuk sore lagi penyesuaian nya luar biasa berat .Raport semester 1 tidak ada nilai 7 nya , hampir 6 semua nilainya dan ada nilai 5 dan 4 nilai masing -masing 1. Di semester 2 berjuang ekstra keras  untuk mendongkrak nilai 4 dan 5 juga untuk mendapatkan nilai 7 dan 8  , nanti malu jika tidak naik kelas.Betul -betul terjadi di semester 2 tidak ada nilai 4 dan 5 , paling rendah 6  dan sebagian besar nilai 7 dan ada 2 mata pelajaran  nilainya 8 ,alkhamdulillah gumanku . Mulai saat itu sudah mulai banyak teman-teman dari tetangga desa yang berasal dari SMP lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun