Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berhenti dan Berpikir

1 November 2016   21:37 Diperbarui: 1 November 2016   21:42 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: www.sesawi.net.

Pertama, mengalihkan. Maksudnya, setiap mengalami hal yang baru, ada orang yang cenderung mengalihkan perhatian pada hal  yang lain lagi, sehingga pengalaman yang baru itu tidak pernah dengan serius dinikmatinya. Yang terjadi adalah manipulasi, seakan-akan mengalami hal yang baru, padahal tidak. Hal inilah yang juga saya alami dengan kegiatan “berhenti dan berpikir” yang saya anggap sebagai sesuatu yang baru itu. Akibat kesombongan saya, maka “kenikmatan”  untuk masuk dalam suasana “berhenti dan berpikir” itu tidak saya dapatkan.

Kedua, mengakui. Maksudnya, setiap mengalami hal yang baru, ada orang yang cenderung mengakui manfaat positif dari pengalaman yang baru itu, namun sebatas hanya mengakui, tanpa keterlibatan apalagi kontribusi dalam proses yang berlangsung. Hal ini pun saya alami dalam kegiatan yang saya lakukan. Saya tahu bahwa kegiatan “berhenti dan berpikir” itu baik, positif. Saya juga mengakui bahwa kegiatan itu banyak manfaatnya, tetapi, karena saya tidak melibatkan diri secara intens dalam proses “berhenti dan berpikir” itu, maka saya tidak mendapatkan pengalaman bermakna, sehingga hidup saya tidak berkembang secara optimal.

Ketiga, mengambil peran. Maksudnya, setiap mengalami hal yang baru, ada orang yang secara sukacita mengambil peran dalam penerapan pengalaman baru itu, sekalipun secara tidak formal. Orang seperti ini bukan saja meyakini kebaikan yang akan terjadi, melainkan cenderung tidak sabar untuk segera mengalami dan memberi kontribusi dalam pengalaman baru itu. 

Itulah yang juga saya coba lakukan dan kenyataannya, hasilnya luar biasa. Setelah saya mencoba membuka hati dan pikiran untuk dengan sukarela menerapkan kegiatan “berhenti dan berpikir”, bahkan ketika saya menyediakan waktu khusus untuk kegiatan yang kurang dari lima  menit itu, maka saya mendapatkan pengalaman yang indah dan mengesankan: damai di hati, sejuk di rasa.

Nah, bagaimana melakukan kegiatan “berhenti dan berpikir”, supaya Anda dapat memperoleh pengalaman kedamaian dan kesejukan itu? Jika Anda memang sungguh-sungguh berniat untuk melakukannya, Krishnamurti memberikan tuntunan seperti pesan berikut ini.

Saat Anda membaca tulisan ini, langsung saja lakukan kegiatan “berhenti & berpikir“ (stop &think) berikut yang hanya memerlukan waktu sekitar 1 menit saja, namun akan memiliki dampak luar biasa dalam kehidupan Anda. Hafalkan dulu urutan kegiatannya, sebelum dilakukan.

  • Rasakan degup jantung Anda dengan cara (silakan pilih: Letakkan satu tangan di dada; Pegang urat nadi salah satu tangan; Letakkan dua jari di jambang rambut depan kuping;
  • Tutup mata secara perlahan.
  • Tarik nafas yang dalam secara perlahan.
  • Tahan nafas selama mungkin dan dengarkan degup jantung Anda.
  • Hembuskan nafas secara perlahan, sambil mengatakan kalimat afirmasi dalam hati: “Terima kasih ya Allah atas segala rahmat yang sudah kuterima seumur hidupku ini.”
  • Lakukan langkah 3, 4 & 5 sebanyak 5 kali saja dengan menghitung mundur yakni 5, 4, 3, 2 dan 1.
  • Rasakan kenyamaan yang muncul dalam diri Anda, lalu bukalah mata secara perlahan.

Silakan melanjutkan pekerjaan atau aktifitas Anda berikutnya. Lakukan Stop & Think kapan saja dan di mana saja saat Anda memerlukannya.  Kalau sudah terbiasa, Anda dapat melakukan dengan mata tetap terbuka. Tidak ada kata gagal dalam melatih diri, Anda hanyalah belum terbiasa saja.  Lakukan dan ulangi saja terus dan terus… Selamat mencoba!

Bandung, 01 November 2016

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun