Mohon tunggu...
Sugiarto Sumas
Sugiarto Sumas Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara Ahli Utama

Sebagai widyaiswara di Kementerian Ketenagakerjaan bertugas untuk menjadi fasilitator / pembimbingan peningkatan kompetensi pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Menulis artikel ilmiah dan artikel populer adalah salah satu hobby sekaligus kewajiban sebagai tenaga pendidik

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

8 September 2022   14:37 Diperbarui: 12 Desember 2022   12:46 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kreasi sendiri menggunakan aplikasi Canva.com

JAKARTA. PCNL adalah salah satu prosedur untuk memindahkan batu dari ginjal dengan luka kecil hingga maksimum 1 cm melalui kulit. Prosedur ini paling sesuai untuk mengangkat batu ukuran lebih besar dari 2 cm yang dilakukan di bawah bius umum atau bius spinal.

Menurut dr. Sigit Sp.U, sebagai dokter spesialis urologi Rumah Sakit Asri Jakarta, risiko komplikasi yang dapat terjadi dari PCNL adalah cedera bagian dalam tubuh karena peralatan PCNL, seperti cedera pada usus besar, cedera pada pembuluh darah ginjal, kebocoran urin dapat bertahan selama beberapa hari, infeksi dan sepsis oleh sebab batu yang mengandung bakteri terpapar melalui darah, hydrothorax jika PCNL dilakukan melalui sela iga ke-11 melukai dinding paru-paru, pendarahan, dan kematian.

Prosedur PCNL inilah yang pernah dilakukan kepada saya untuk mengambil batu ukuran sekitar 2 cm yang berada pada ginjal kiri saya pada hari Senin, 10 November 2014. Tindakan medis ini  dilakukan oleh Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U., sekitar pukul 15.30 - 17.00 wib.

Berbagai persiapan telah dilakukan selama 15 hari terakhir ini, antara lain pemeriksaan laboratorium, photo radiologi dada dan perut, pemeriksaan dokter spesialis penyakit paru, spesialis penyakit jantung, dan spesialis penyakit dalam. Hasilnya, semua persyaratan untuk tindakan medis yang diperlukan terpenuhi, sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan PCNL.

Pukul 06.30 wib saya mendaftar di pendaftaran rawat nginap, pelayannya cukup ramah, hanya saja membutuhkan waktu cukup lama, sebab harus konfirmasi sekali lagi ke Ad Medika selaku operator Asuransi Jasindo yang menanggung seluruh biaya. Selanjutnya, sesuai dengan prosedur rumah sakit Asri, maka saya harus masuk rawat nginap rumah sakit melalui unit gawat darurat, untuk pemeriksaan kondisi kesehatan terakhir, yang akhirnya diberi obat flu dan penurun panas. Selanjutnya, dilakukan photo radiologi dada dan perut untuk memotret kondisi bagian dalam tubuh terakhir. Setelah itu, sekitar pukul 09.00 wib memasuki kamar 315 di lantai 3 Rumah Sakit Asri, Jl. Duren Tiga Jakarta Selatan, yang sejak 1 November 2014 menjadi Rumah Sakit Siloam.

Tidak lama berselang, Dr. Lydya selaku dokter spesialis anestesi, datang memeriksa saya dan memberikan penjelasan tentang prosedur pemberian anestesi. Diterangkannya, bahwa bius akan dilakukan dengan cara spinal, yaitu dengan menyuntik di tulang belakang. Karena itu, saya disuruh duduk dan melakukan gladi pembiusan, yang pada intinya duduk sambil memeluk bantal dengan menundukkan kepala secara optimal untuk memberi ruang antar ruas tulang belakang sebagai tempat penyuntikan. Namun, karena leher saya pendek, maka ada kemungkinan sulit mencari sela ruas tulang belakang. Sehingga, apabila hal ini yang akan terjadi maka pembiusan akan dilakukan secara bius umum..

Dokter anestesi mengingatkan saya untuk terus melakukan puasa hingga tindakan medis dilakukan. Hal ini untuk menghindari mual hingga muntah saat dan pasca pembiusan. Dikatakannya, bahwa operasi dapat berjalan hingga 2 jam, setelah itu akan diistirahatkan di ruang pemulihan selama 1 jam. Pada saat itu, keluarga diminta tetap menunggu di luar kamar operasi. Selanjutnya, dokter meminta saya untuk memperbanyak doa agar sebelum, saat, dan sesudah operasi selalu baik dan mendapat perlindungan dari Allah SWT.

Hari operasi, memang hari istimewa, yaitu: istimewa pertama bertepatan dengan peringatan hari pahlawan, 10 November 2014, yang tentu saja diperingati secara nasional. Istimewa kedua adalah isteri saya sengaja cuti untuk menemani saya menghadapi saat-saat operasi PCNL, padahal semestinya cuti berdua seperti ini untuk bersenang-senang, sambil liburan. Istimewa ketiga, Herbowo anak saya yang kedua, juga ikut menemani di ruang perawatan. Sehingga, mengingatkan saya ketika menemaninya saat dia operasi bedah syaraf di Rumah Sakit UKI pada 19 tahun lalu.

Menjelang operasi itu spontan aku berdoa. Maaf mah, maaf Bo, selama ini aku salah membagi waktu, lebih mementingkan urusan kantor daripada urusan keluarga, yang semestinya harus seimbang. Karenanya, aku berdoa kepada Allah SWT, semoga PCNL berjalan lancar dan aku masih berkesempatan mengajak Mamah dan Bowo serta Tawang, putra pertama saya, untuk bersenang senang, mungkin sambil liburan, tidak usah jauh jauh, ke Bali pun memadai, sebab selama 28 tahun pernikahan kami hanya pernah umroh bersama Mamah, Tawang, dan Bowo sekali. Di luar itu, belum pernah merasakan liburan bersama keluarga sekalipun. Aku janji deh. (S.Sumas / sugiarto@sumas.biz  / 10112014.).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun