Mohon tunggu...
Sugianto PS
Sugianto PS Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Seorang murid, dan selamanya begitu.

Meninggalkan secangkir kopi. Hening sesaat. Lalu menyambar gawai sebelum kalimat itu menguap di ruang maya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Danau Toba, Kapan Meletus Lagi?

13 Maret 2011   21:51 Diperbarui: 4 April 2017   17:48 10201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia baru saja berduka dengan bencana gempa sekaligus tsunami yang meluluhlantakkan beberapa kota di Jepang. United States Geological Survey memperkirakan bahwa gempa Jepang yang terjadi hari Jumat, tanggal 11 Maret lalu berpusat pada 130 km sebelah timur Sendai, Honshu, atau 373 km tenggara Tokyo pada kedalaman 24 km. Bencana itu salah satu yang terbesar di dunia dalam 20 tahun terakhir. Kebanyakan geologis percaya bahwa gempa berkekuatan 8,9 skala Richter  tersebut disebabkan oleh pergerakan Lempeng Pasifik, salah satu lempeng tektonik pada kerak bumi. Dr Roger Musson, dari British Geological Survey mengatakan  bahwa gempa itu terjadi karena lempeng tersebut menyungsep ke bawah Jepang.Shengzao Chen, seorang ahli geofisika menambahkan bahwa gempa itu terjadi setelah kerak bumi pecah di perairan Jepang yang panjangnya sekitar 400 kilometer dan lebarnya 160 km. Pada peristiwa itu Chen mengatakan bahwa  lempeng tektonik tergelincir lebih dari 18 meter. Dampaknya luar biasa. Badan Nasional Institut Geofisika dan Vulkanologi di Italia mengungkapkan, pulau utama Jepang telah tergeser hingga 2,4 meter. Sedangkan poros bumi juga tergeser hampir 10 sentimeter.

Lempeng Tektonik Berdasarkan Teori Lempeng Tektonik yang diperkenalkan Tozo Wilson, kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik. Lempeng tektonik adalah bagian dari litosfer yang padat dan mengambang di atas lapisan astenosfer yang berwujud lebih cair. Terdapat tujuh lempeng utama yaitu lempeng eng tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena adanya pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer. Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya.Perbedaan antara kerak benua dan samudera ialah berdasarkan kepadatan bahan pembentuknya. Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua. Komponen litosfer tersebut sangat dinamis karena selalu bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas. Tsunami Gempa yang memakan ribuan korban jiwa di Jepang minggu lalu, diperparah oleh bencana tsunami. Di dalam kamus Webster’s  tsunami ("tsu" =  ‘pelabuhan, "name" = ‘ gelombang”) diartikan sebagai gelombang laut dahsyat yang ditimbulkan oleh gerakan bumi di bawah laut atau letusan gunung api. Tsunami terjadi karena  perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami. Perlu diketahui bahwa sekitar 80 persen dari seluruh tsunami di dunia terjadi di Samudera Pasifik.

1300051871619680827
1300051871619680827
Tsunami di Jepang pekan lalu mengakibatkan terbentuknya gelombang pasang air setinggi sepuluh meter. Tsunami menyapu sawah, menelan seluruh kota, menyeret rumah, mobil serta kapal seperti mainan. Empasan gelombang itu juga mencapai sepuluh kilometer ke pedalaman di Prefektur Miyagi di pantai timur Jepang. Tsunami juga melintasi Samudra Pasifik, memicu peringatan tsunami untuk 50 negara hingga pantai barat Kanada, Amerika Serikat, Cile termasuk Indonesia.

Gunung berapi Gempa bumi tidak hanya bersumber dari peristiwa tektonik semacam bencana Jepang tersebut tapi juga dari gempa bumi vulkanik. Gempa bumi  vulkanik terjadi karena adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung berapi meletus. Tapi berbeda dengan gempa bumi tektonik, gempa bumi vulkanik tersebut hanya terasa di sekitar gunung berapi tersebut. Dampak merugikan dari meletusnya gunung berapi biasanya bukanlah karena dampak gempa bumi yang ditimbulkannya tapi lebih dari dampak erupsinya yaitu semburan material fluida panas (terutama lava) dari dalam bumi ke atmosfir. Juga semburan gas beracun, abu, maupun batu dan lumpur. Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, berada pada pertemuan dua lempeng tektonik, baik yang divergen maupun yang konvergen. Lokasi gunung berapi yang terkenal adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik. Supervulkan Tapi tahukah Anda bahwa ada bencana geologis yang diam-diam lebih mematikan dari gunung berapi?. Ada bencana potensial dari supervulkan di dunia yang lebih menakutkan. Supervulkan adalah letusan vulkanik dengan ejekta lebih besar dari 1.000 kilometer kubik, yang lebih besar dari peristiwa vulkanik gunung berapi manapun dalam sejarah. Supervulkanik  terjadi ketika magma di Bumi naik ke kerak tetapi tidak mampu melewati kerak. Meningkatnya tekanan membuat kerak tidak dapat menahan tekanan. Discovery Channel telah mendokumentasikan tujuh supervulkan di dunia: (1) Kaldera Yellowstone, (2) Long Valley, dan (3) Valles di Amerika Serikat; (4) Danau Toba di Indonesia; (5) Gunung Taupo di Selandia Baru; (6) Kaldera Aira, di Kyūshū, Jepang; dan (7) Siberian Traps, di  Rusia. Danau Toba Danau toba adalah danau terbesar di Indonesia yang terletak di Propinsi Sumatra Utara, berjarak 176 km dari  Medan dan terletak pada garis lintang dan garis bujur antara 98030′ BT; 3005′ LS dan 99020 BT’; 2040′ LS.  Danau Toba merupakan keindahan yang ajaib, merupakan kaldera terbesar di permukaan bumi ini yang terbentuk 904 meter di atas permukaan laut (Yokohama dan Hehanusa, 1981) yang sanggup menampung air sebanyak 250 kilometer kubik. Dengan panjang danau 87 km dari baratdaya ke tenggara dan lebar 27 km, danau ini membentuk suatu area seluas 3,704 km2 yang terbagi ke dalam lima Kabupaten, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun, Dairi dan Karo.

Van-Bemmelen (1949), mengatakan bahwa kawasan Danau Toba dikelilingi oleh kelompok batuan hasil letusan gunung berapi, dan danau itu sendiri adalah  bekas kaldera volkanik yang sangat besar. Suatu area besar yang anjlok setelah letusan akibat dimuntahkannya material vulkanik dalam volume yang sangat besar dan kuat, kemudian membentuk suatu kaldera, yang terisi dengan air yang membentuk Danau Toba. Kemudian, dasar dari kaldera terangkat membentuk Samosir, suatu pulau besar di dalam danau. Pengangkatan seperti itu sering terjadi pada kaldera yang sangat besar akibat tekanan ke atas oleh magma.

13000519601544762535
13000519601544762535

Ironisnya, pengunjung yang menikmati keindahan danau Toba saat ini adalah generasi tersisa dari umat manusia yang sempat bertahan dari bencana kepunahan Toba. Ya, keindahan danau Toba dibayar sangat mahal oleh nenek moyang manusia. Toba yang cantik konon terbentuk dari peristiwa supervulkanik sekitar 73.000 -75.000  tahun lalu. Letusan abu vulkanik yang menyebabkan terbentuknya kaldera Toba, tersebar hingga wilayah Malaysia dan India, hingga jarak 3.000 km. Hal tersebut, dibuktikan dengan dijumpai abu riolit yang sama di sekitar Danau Toba dengan yang ditemukan di wilayah Malaysia dan India, bahkan di dasar lautan India Timur dan perairan Teluk Bengal. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut. Hanya sedikit binatang dan tumbuhan di Indonesia yang selamat, dan mungkin letusan menyebabkan suatu bagian yang luas dari kehidupan planet mati satu per satu. Ada beberapa bukti, berdasar pada mitochondrial DNA, bahwa ras manusia berkurang menjadi hanya beberapa ribu individu dari sejumlah beberapa puluh juta akibat letusan Toba. McGuire mengonfirmasi konsensus ilmiah yang saat ini muncul bajwa sebagai konsekuensi erupsi Toba, populasi dunia langsung berkurang mungkin hingga 90 persennya atau lebih. Awan debu yang terbentuk  di atmosfir menahan sinar matahari, membawa seisi bumi ke dalam kedinginan jaman es sekaligus memutuskan rantai makanan selama beberapa tahun.

Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.

Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba yaitu Toba. Kita sudah mengetahui dan berduka atas bencana gempa dan tsunami Jepang, tapi Indonesia sendiri menyembunyikan berbagai jenis bencana geologis. Kita sudah mengalaminya baru-baru ini: Tsunami samudera Hindia, lumpur Sidoarjo, gempa di Papua dan Yogya, dan erupsi Merapi di Yogya. Tapi kita kini sadar bencana Toba jauh lebih menakutkan kalau terulang lagi. Tidak ada jaminan bahwa Danau Toba yang indah dan tenang itu akan diam selamanya. Raksasa tidur itu hanya butuh pemicu untuk bangkit dan membunuh kita semua.  Ya, karena danau Toba sebagai supervulkan bisa meletus kapan saja. Bersiap-siaplah, karena kalau itu terjadi kita memang tidak akan bisa berbuat apa-apa.

Dari berbagai sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun