Mohon tunggu...
Sugeng Hardianto
Sugeng Hardianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha Mandiri

Pemerhati sosial, penikmat kuliner dan penyuka keindahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Alasan Menyekolahkan Anak Saya Ke SD IT

22 Oktober 2015   08:10 Diperbarui: 22 Oktober 2015   08:33 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kami mempunyai 2 anak  yang saat ini keduanya bersekolah di sekolah IT. Anak kami yang pertama sekolah di SMP IT dan adiknya baru kelas 2 SD , anak kami yang pertama sempat sekolah di SD Negeri sampai kelas 3 sebelum akhirnya pindah ke SD IT yang pada waktu itu karena tuntutan pekerjaan sehingga harus pindah lokasi kerja.

                Selama menyekolahkan anak kami di sekolah IT ada banyak pengalaman menarik yang bisa kita share untuk referensi siapa tau ada orang tua yang tertarik juga menyekolahkan anaknya di sekolah IT.  Berikut  beberapa poin menarik kenapa kami menyekolahkan anak di sekolah IT.

  1. Pengetahuan Agamanya Meningkat

Tanpa bermaksud menyalahkan orang tua kami dulu ,kebetulan kami ini adalah orang yang tergolong  “Pengetahuan agamanya” kurang  , sehingga untuk melepas dahaga religius, kami lebih banyak belajar sendiri. Ini salah satu motivasi saya agar mereka jangan sampai mengalami seperti yang kami alami.

Kedua anak kami sekarang ini sudah menjalankan sholat lima waktu tanpa harus kami suruh suruh apalagi dibentak bentak , ada satu sistem di sekolah mereka yang membuat mereka menjalankan shalat secara ikhlas dan merasa bahwa aktifias itu adalah memang kebutuhan rohani yang harus dijalani tanpa terpaksa .

Kemudian anak kami yang pertama sudah hampir khatam Al Quran  dan sudah hafal beberapa juzz ..Lha bandingkan dengan Bapak nya yang Juzz Amma saja tak lulus - lulus. Dan ada satu waktu ketika kedua anak saya “berduet” membaca Al Quran  dengan begitu indahnya yang membuat saya tak terasa meneteskan air mata.

  1. Tak Harus mahal

Ada yang mengatakan bahwa sekolah IT itu mahal. Memang ada beberapa sekolah IT yang menetapkan biaya masuk yang relatif mahal , mungkin ada yang mencapai puluhan juta untuk uang masuknya. Tetapi tak semua sekolah IT menetapkan biaya sekolah yang mahal, memang umumnya lebih mahal dibanding sekolah negeri karena  sekolah IT jam pelajaran sampai sore , bisa jam 3 atau bahkan jam 4 sore karena ada pelajaran tambahan berupa Agama dan ketrampilan khusus sesuai bakat masing masing anak seperti  bahasa inggris, matematika . dan spp yang harus saya bayarkan cukup beberapa ratus ribu rupiah perbulannya.

  1. Terkait politik ..?

Ada yang menyebutkan sekolah IT terkait politik dan bahkan dengan salah satu partai tertentu. Wah kalau menurut saya penilaian ini tidak bisa digeneralisir bahwa semua sekolah IT seperti itu , mungkin memang ada beberapa sekolah yang Bapak atau Ibu gurunya termasuk anggota partai  . Yang saya tahu selama ini tempat sekolah anak saya tak pernah sekalipun demo terkait issu anti amerika atau yang lainnya , yang ada demo karena ada kabut asap yang tak kunjung reda ini

  1. Tidak Mengenal Perbedaan

Memang di sekolah IT 100 % muridnya adalah muslim ,sehingga ada yang berpendapat bahwa mereka hanya bergaul dengan “sejenisnya”  saja dan tidak atau kurang menghargai adanya perbedaan, baik perbedaan agama maupun sosial. Tetapi menurut pendapat saya dalam perkembangan seorang anak , sebelum dia mengenal adanya perbedaan , anak harus tahu  identitasnya terlebih dahulu , identitas dia sebagai seorang muslim , disekolah inilah identitas itu diperkenalkan dan ditanamkan . sehingga pada saat dia menjumpai perbedaan dia bisa menentukan dimana seharusnya  dia harus berdiri.            

Tetapi  menyekolahkan anak dimanapun adalah kembali ke kebijakan orangtua masing masing , apapun pilihannya kita berusaha memberikan yang terbaik untuk anak anak kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun