Di suatu sore yang hangat, seorang lelaki tua duduk di balkon rumahnya yang menghadap ke hamparan bukit hijau. Ia memandangi kakinya yang bengkak, merah, dan berdenyut seperti genderang perang. Di tangannya, sebuah ponsel tua menyala dengan pertanyaan yang ia ketik terburu-buru: "Apa obat asam urat?"
Pertanyaan itu sederhana. Terlalu sederhana. Seperti bertanya kepada langit, "Apa warna awan?" tanpa menyebut waktu, musim, atau tempat. Ia tidak tahu bahwa pertanyaan itu akan membawanya pada perjalanan panjang, bukan hanya tentang obat, tapi tentang tubuhnya sendiri yang sedang bicara dengan bahasa yang belum ia pahami.
Asam urat bukan sekadar angka di hasil laboratorium. Ia adalah cerita panjang tentang metabolisme, makanan, dan warisan genetik. Ketika kadar asam urat dalam darah terlalu tinggi, tubuh mulai kehilangan kendali. Kristal-kristal kecil yang tajam seperti serpihan kaca terbentuk di sendi, terutama di kaki. Tubuh, yang selama ini diam, mulai bicara. Ia bicara lewat nyeri, lewat bengkak, lewat panas yang menjalar.
Namun, tubuh tidak hanya bicara. Ia juga bereaksi. Sistem imun, pasukan penjaga yang biasanya melawan virus dan bakteri, salah paham. Ia mengira kristal asam urat adalah musuh. Maka dimulailah perang. Sel-sel imun menyerbu sendi, melepaskan senjata kimia seperti interleukin dan TNF-. Hasilnya adalah peradangan hebat, bengkak yang menyiksa, dan nyeri yang membuat tidur menjadi mimpi buruk.
Di sinilah letak kesalahan yang sering terjadi. Banyak orang, seperti lelaki tua itu, mencari obat saat perang sedang berlangsung. Mereka mengetik "obat asam urat" dan menemukan nama alopurinol atau sejenis. Tanpa tahu bahwa alopurinol bukan tentara yang bisa menghentikan perang, melainkan diplomat yang bekerja setelah perang usai.
Alopurinol: Bukan Penjinak Nyeri, Tapi Penjaga Kedamaian
Alopurinol adalah obat yang bekerja dengan cara menurunkan kadar asam urat dalam darah. Ia menghambat enzim xanthine oxidase, sehingga produksi asam urat berkurang. Tapi ia tidak bisa meredakan nyeri. Ia tidak bisa menghentikan peradangan. Bahkan, jika digunakan saat serangan akut, alopurinol bisa memperburuk keadaan.
Mengapa? Karena perubahan kadar asam urat yang mendadak bisa membuat kristal lama terlepas atau kristal baru terbentuk. Sistem imun, yang sudah marah, menjadi lebih agresif. Peradangan meningkat. Bengkak bertambah. Nyeri menjadi lebih dalam.
Itulah sebabnya dokter tidak menyarankan memulai alopurinol saat serangan akut. Obat ini harus digunakan setelah nyeri mereda, setelah tubuh tenang. Ia harus dikonsumsi secara rutin, bukan hanya saat gejala muncul. Ia adalah penjaga kedamaian, bukan petugas pemadam kebakaran.
Prompt yang Keliru dan  Hikmah di Baliknya
Di era digital, kita semakin intens berkomunikasi dengan mesin. Kita bertanya kepada mesin pencari, kepada chatbot, kepada sistem kecerdasan buatan. Tapi seperti halnya manusia, mesin juga membutuhkan konteks. Ia tidak bisa membaca pikiran. Ia hanya bisa membaca kata.
Kesalahan prompt seperti "apa obat asam urat?" adalah cermin dari kebiasaan kita yang terburu-buru. Padahal, pertanyaan yang baik adalah kunci dari jawaban yang tepat. Jika kita bertanya dengan konteks yang jelas---misalnya, "apa obat jangka panjang untuk asam urat setelah serangan akut mereda?"---maka jawaban yang kita terima akan lebih akurat, lebih aman, dan lebih bermanfaat.
Keterampilan berkomunikasi dengan AI bukan hanya soal teknologi. Ia adalah keterampilan hidup. Ia mengajarkan kita untuk berpikir jernih, menyusun kata dengan hati-hati, dan memahami bahwa di balik setiap jawaban, ada proses pemahaman yang harus kita bantu dengan pertanyaan yang bijak.
Di beranda itu, lelaki tua menatap laut yang tenang. Ia tahu bahwa tubuhnya pernah marah, pernah bicara lewat nyeri. Tapi ia juga tahu bahwa tubuhnya bisa diajak berdamai. Ia tahu bahwa pertanyaan yang keliru bisa membawa luka, tapi juga bisa membuka jalan menuju pemahaman. Dan di era baru ini, ia belajar bahwa bertanya kepada AI pun membutuhkan seni, seperti berbicara kepada sahabat lama yang tak pernah lelah menjawab.